6

2.2K 292 142
                                    

Aku mendongak untuk melihat wajah si pemilik suara itu.

"Nicho?!" Teriakku kaget.

Nicholas ini sahabatku dari kecil. Umur kita hanya berjarak 2 tahun. Dulu kita kemana-mana selalu bersama. Sayangnya, kita harus berpisah karena ia harus pindah ke London.

"Kimberly? Astaga, i miss you so much!" Nicho menarikku ke pelukannya.

"I miss you too! Kok lo bisa disini?" Tanyaku setelah melepas pelukan.

"Gue kesini cuma buat liburan sama temen-temen. Bulan depan gue harus balik lagi ke London," Jawabnya.
"Kita ke food court aja, yuk. Ga enak kalau ngobrol sambil berdiri." Ajak Nicho.

---

Kita pun mengobrol panjang. Tidak terasa, 2 jam sudah berlalu.

"Gimana London? Enak ga tinggal disana?" Tanyaku. Dia yang tadinya sedang memakan kentangnya, langsung mendongak menatapku.

"Yaaa, lumayan sih. Disana gue ketemu banyak temen, asik-asik kok orangnya." Jawabnya.

"Oh, gitu, kapan-kapan ajak gue dong kesana,"
"Sekarang lo tinggal dimana?" Tanyaku lagi sambil mengaduk-ngaduk minumanku.

"Gue nginep di hotel deket sini. Rumah lo masih sama kayak yang dulu?"

"Iya. Masih inget?"

"Masih, lah. Mau gue anter pulang ga?" Tawar Nicho.

"Sebenernya Mama gue udah nungguin di parkiran. Gue duluan, ya? Besok kita ketemuan lagi." Pamitku.

"Iya. Line aja, nanti gue kabarin."

"Bye!" Aku bangkit dari dudukku, lalu melambaikan tangan pada Nicho.

---

Aku berjalan di parkiran, mencari dimana mobil Mama.

Itu dia. Batinku. Aku langsung berlari mendekati mobilnya.

"Ma. Udah lama nunggu?" Tanyaku ketika memasuki mobil.

"Iya. Hampir aja Mama tinggalin. Dari mana, sih?" Mama menyalakan mesin mobilnya.

"Tadi aku ketemu Nicho. Mama masih inget Nicho?"

"Nicho yang dulu sahabat kamu? Bukannya dia di London, ya?" Tanya Mama heran.

"Iya, dia lagi liburan disini. Tadi kita ngobrol dulu di cafe, makannya lama." Jawabku.

"Oh, yaudah. Besok ajak dia main ke rumah, nanti Mama masakin makanan kesukaan kalian." Kata Mama.

"Siap, Ma!" Jawabku semangat.

---

Akhirnya nyampe rumah.

Untungnya dirumah sudah tidak mati lampu lagi. Aku berjalan menuju kamarku, mengambil handuk, lalu mandi. Setelah mandi, aku mencharge HPku.

Tingnong!

Bukan, itu bukan suara bel. Itu suara notification LINE. Aku membuka LINEku, lalu membalas chat yang ternyata dari Nicho.

Nicholas : Kim, udah nyampe rumah?
Kimberly : Udah, baru aja
Nicholas : Besok mau jalan kemana?
Kimberly : Ke rumah gue aja, yuk! Udah lama lo ga main kesini
Nicholas : Boleh, jam berapa?
Kimberly : Terserah lo aja, gue ada dirumah jam 3an
Nicholas : Oh iya, lo masih sekolah ya. Kasian deh😜
Kimberly : Tau deh yang mentang-mentang udah lulus😒
Kimberly : Udah ah, gue ngantuk. Byeee

Aku menaruh HPku, lalu naik ke tempat tidurku. Aku menarik selimut sampai dagu.

---

Aku pergi ke sekolah seperti biasa. Hari ini tidak ada yang menarik di sekolah. Aku langsung buru-buru pulang, karena aku ada janji dengan Nicho.

Sesampainya di rumah, aku membuka HPku, lalu membuka LINE.

Kimberly : Nic. Lo dimana? Jadi kesini?
Nicholas : Jadi. Bentar lagi gue nyampe
Kimberly : Buruan elah
Nicholas : Gue udah nyampe, bukain pagernya.

Pake nyuruh-nyuruh segala, lagi. Dasar.

Aku berjalan ke depan rumah untuk membukakan pagar.

"Banyak gaya amat sih. Naik taxi aja harus dibukain pagernya." Protesku.

"Biarin, protes aja,"
"Udah, yuk masuk, anggap aja rumah sendiri." Kata Nicho yang berusaha untuk melucu.

"Yang punya rumahnya siapa, ya?" Aku mendelikkan mataku. Lalu kita memasuki rumah.

"Mama lo mana?" Tanya Nicho.

"Di dapur. Samperin aja." Jawabku.

Nicho pergi ke dapur. Lalu kembali lagi kesini bersama Mama.

"Makan, yuk. Udah Mama bikinin tuh makanan kesukaan kalian." Ajak Mama.

"Asikkk!" Ucapku dan Nicho bersamaan. Lalu kita ke ruang makan.

Di meja makan sudah ada spaghetti. Spaghetti buatan Mamaku adalah makanan kesukaan aku dan Nicho. Mungkin kalian pikir spaghetti adalah makanan yang mainstream, tapi buatan Mamaku rasanya berbeda.

"Gila. Gue kangen banget spaghetti buatan Mama lo, Kim!" Ucap Nicho berlebihan.

"Makanya sering main kesini. Lo sombong sih sekarang." Sindirku.

"Kalo tiket pesawat murah, gue bakal sering kesini, Kim." Kata Nicho.

Iya juga, sih. Tiket pesawat kan ga murah.

"Cepet banget lo abisnya." Kataku sambil melihat piring milik Nicho.

"Kaya lo engga aja. Lo juga udah abis, kan?" Nicho tertawa.

"Iya sih," Aku ikut tertawa.
"Jadi, sekarang kita mau ngapain?" Tanyaku.

---

HEHEHE GARING Y MAAFIN

671 words,
Penguiniall x

Asal • njhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang