Reminder :
"Italics" : B.ing
Vote dulu baru baca, makasi.---
"Nih coba lo yang main." Kata Niall. Aku menggesek kartunya. Aku mengarahkan mesin penjepitnya ke arah boneka yang mudah diambil. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang melingkari leherku. Aku menunduk, ternyata itu tangan. Aku menoleh untuk melihat si pemilik tangan, ternyata itu tangan Nicho.
"Lo ngapain, sih?" Tanyaku.
"Ngapain apanya?"
"Ini tangan lo ngapain?"
"Ngapain emang?" Aku memutar bola mataku.
Dih ribet dasar ngomong sama si tolil.
Aku memutuskan untuk mengabaikannya dan tetap bermain permainan ini. Aku memencet tombolnya, sehingga penjepit itu menjepit bonekanya dan menariknya keatas. Tadi nyaris terjepit, tapi terlepas lagi.
Sialan.
Aku mencobanya sekali lagi. Tetapi tetap sama, terlepas lagi.
"Susah, yel. Coba lo lagi." Aku memberikan kartunya pada Niall. Niall mencoba lagi permainan itu.
"Ini permainannya yang susah atau guenya yang payah, ya?"
"Tapi ga mungkin gue yang payah. Pasti ini mesinnya dicurangin!" Gerutu Niall.Aku hanya tersenyum kecil melihatnya. Aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Maksudku, aku tidak pernah menyangka aku bisa bermain bersama Niall Horan, dan dia ada disini, bersamaku, berdiri disebelahku. Ini semua bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan.
"Kenapa lo senyam-senyum sendiri?" Pikiranku terpecah karena pertanyaan Nicho. Aku mendongak untuk menatap wajah Nicho, karena tinggiku hanya sebahunya.
"Eh? Gapapa. Gue seneng aja main sama kalian." Jawabku sambil tersenyum.
"Main sama kita atau main sama Niall?" Goda Nicho sambil tersenyum mengejek. Dia mengeratkan tangannya yang melingkari leherku. Aku memutar bola mataku.
Lama-lama aku mati kecekek, nih.
"Sama kalian,"
"Lepas ah tangannya." Aku memukul-mukul tangan Nicho, hingga akhirnya ia melepaskan tangannya dari leherku."Kim! Nih lo aja yang main. Gue kesel lama-lama." Niall memberikan kartunya lagi padaku.
Aku bermain lagi. Aku mencoba berkali-kali, tetap saja tidak ada yang berhasil. Aku mulai frustasi, jadi aku berhenti bermain.
Bener, kan. Ini permainan terlaknat. Bye.
"Udah, yuk! Emosi lama-lama disini." Ajakku.
"Mau kemana sekarang?" Tanyanya.
"Photobox! Buat kenang-kenangan." Kataku.
"Ayo!" Aku berjalan duluan di depan mereka.
---
"Photoboxnya ngantri ga, mba?" Tanyaku pada mba-mbanya.
"Engga, kok. Cuma nunggu seorang aja."
"Yaudah. Cetak 3 lembar ya, mba." Kataku.
"Gue aja yang bayar." Nicho menyuruhku untuk bergeser. Aku bergeser sedikit ke kanan.
"Makasih, Nic." Ucapku. Nicho hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Langsung ke sana aja, mba." Ucap mba-mba tadi.
"Ayo, yel!" Aku menyikut lengan Niall.
Kita memasuki tempat photoboxnya. Sempit. Seharusnya ini hanya cukup untuk berdua, tapi kita memaksa.
"LO SIH NIC BADANNYA GEDE BANGET!" Candaku.
"Anjir. Badan lo tuh yang gede." Balasnya.
"Udah, ah. Kalo gini ga akan mulai-mulai fotonya."
Kita memilih background untuk foto, pilihan kita jatuh pada background yang simple dan tidak alay. Kita diberi jatah foto 8 kali.
Aku melihat kebawah, ternyata ada kotak yang berisi properti lucu-lucu untuk berfoto.
"Pada mau pake itu, ga?" Tanyaku sambik menunjuk kotaknya.
"Boleh." Mereka mengobrak-abrik kotaknya, lalu mengambil salah satu. Aku juga memilih yang bergambar bibir (💋).
"Udah?" Tanya Nicho. Kita hanya mengangguk. Nicho memencet tombolnya.
Kita mulai berpose, posisinya aku yang ditengah. Di foto pertama, kita berpose senyum seperti biasa sambil mengangkat propertinya. Foto kedua, kita menjulurkan lidah sambil berteriak 'AAA'. Foto ketiga, kita mengangkat jari tengah sambil bersekspresi sangar. Foto keempat, kita membentuk jari kita menjadi seperti pistol, lalu berpose ala agen rahasia. Foto kelima, kita tertawa, ini bukan tertawa yang dibuat-buat. Foto keenam, kita berpose seperti group hug-atau bisa dibilang mereka yang memelukku. Foto ketujuh, aku berpose seperti mencengkram pipi mereka. Foto terakhir, kita berpose alay sambil memajukan bibir.
Setelah selesai, kita keluar dari tempat photobox, dan menunggu hasil fotonya.
"Mba, ini udah selesai." Panggil mba-mba itu. Aku mengambil hasil fotonya. Nicho dan Niall mendekat padaku untuk melihat fotonya.
"INI KOK LUCU SIH HAHAHA." Aku menertawakan fotonya. Bagaimana tidak tertawa? Di foto ini kita terlihat seperti 3 anak alay.
"Muka gue kok gini banget, ya?" Tanya Nicho pada diri sendiri. Aku dan Niall masih cekikikan.
"Niall! Kok lo nya ok-ok aja sih?" Tanya Nicho pada Niall.
"Gue mau gaya sealay apapun juga masih ganteng, Nic." Niall menyombongkan diri. Membuat tawaku semakin menjadi-jadi.
"Emang gitu, bawaan lahir." Aku ikut-ikutan. Aku melihat sekitar, ternyata orang-orang sudah mulai banyak yang memperhatikan kita, atau lebih tepatnya memperhatikan Niall.
"Banyak yang ngeliatin." Bisikku pada Nicho dan Niall. Mereka berdua langsung melihat sekitar juga.
"Banyak yang ngambil foto,"
"Kim, Nic, siap-siap terkenal dadakan." Kata Niall."Kok serem?" Aku menunduk untuk menutupi wajah. Diikuti oleh mereka berdua.
"Abis ini mau ngapain?" Tanya Niall.
"GUE TAU!"
. . .
---
Kenapa jadi kaya bopung gt ya HAHAHAHA. Bahasanya berbelit-belit maafin ya:(
Mulmed ada Nicho (luke) sama Niall😍 AKHSKSSJBSSKSHJS
VOTENYA UDAH 500+! MAKASIH YA YANG RAJIN NGEVOTE, ALAFYUUU!
Vote + Comments! 💓
773 Words,
Penguiniall x
KAMU SEDANG MEMBACA
Asal • njh
Fiksi Penggemar"Aku dijemput Niall Horan." Berawal dari asal sebut, hingga jadi kenyataan. [©2016 Penguiniall]