8

15.4K 511 6
                                    

David baru saja pulang makan malam dengan Sophia. Sepertinya Sophia melunak padanya. Tapi apapun itu dia bersyukur karena Sophia menerima ajakan makan malamnya. Dia tenang berada di dekat gadis itu. Hanya memandang Sophia bisa membuatnya melupakan lelah karena pekerjaannya seharian. Cinta memang indah bukan?

Dan Diva melihatnya dengan pandangan jijik. Kembarannya ini sudah pulang dengan keadaan tangan kosong padahal Diva meminta dibelikan martabak manis. Orang jatuh cinta memang menyebalkan. Mereka akan lupa dengan keberadaan kehidupan makhluk lainnya. Dan tentu saja hal itu juga berlaku pada anak kembar. Sialnya Diva tidak memiliki kekasih untuk membuatnya melupakan kehidupan makhluk lain di dunia.

Diva menyadarkan David dengan berdehem pelan di depan TV.

David memandangnya lalu menghambur ke sofa, "Sorry..."

"You're not sorry"

"Oke, oke, kita cari sekarang"

"Kenyang"

"Lo belom makan..."

"Sok tau"

"Ke rumah Mama deh numpang makan"

Diva meringis, sepertinya David lupa kalau Diva belum menerima orang tuanya. "Kita cari martabak aja mending"

David mengangguk lalu mengikuti Diva yang keluar dan masuk ke mobilnya. Mesin mobil itu baru saja istirahat dan David sudah menggunakannya kembali. Demi persahabatan abadi antara anak kembar. Dia tidak boleh mengeluh.

"Dav, depan kompleks aja"

David menoleh tak percaya, "Rada jauh aja oke, depan kompleks tadi bisa ngesot Div"

"Depan. Kompleks"

David mengalah dan menyetir mobilnya ke arah deretan ruko yang menjual berbagai macam makanan. Ruko ini sejenis food court dan David memarkirkan mobilnya dengan mulus. Setelah itu mereka berdua keluar dan semua mata memandang mereka berdua. Ini memang kompleks untuk kalangan menengah keatas dan David bisa melihat sekelompok laki-laki borjuis sedang memandang kembarannya dengan tatapan ingin menerkam Diva saat itu juga.

David menghampiri Diva yang sedang memesan martabak manis di salah satu terminal makanan yang cukup ramai. Dia merangkul Diva dengan satu lengannya ke pinggang Diva. Diva melirik sinis meminta penjelasan.

"Ada kingkongnya"

"Bawa bulldog dia"

"Memang yang cantik itu selalu ada yang punya"

"Lo gak tau mereka serumah?"

"Demi?"

"Wah..."

"Kalo putus tuh lumayan buat gue aja"

"Anjay tu cowok menang banyak coy"

"Imagine rocking her all day and night"

"Woooooh"

David berdehem pelan, "Lama amat Div" bisiknya

"Jangan di dengerin" ucap Diva akhirnya

David memandang Diva terkejut, Diva dengan tenang menundukan wajahnya. Oh, dia tidak bisa membayangkan bagaimana Diva bisa melalui semua tatapan lelaki hidung belang selama ini tanpa dirinya. David merasa tidak rela ada yang memandang Diva seperti itu. David merasa bersalah.

"Lo tunggu di mobil aja" bisiknya lagi, dan Diva menurutinya.

David mengedarkan pandangannya ke sekumpulan cowok-cowok itu. Hanya beberapa orang dari mereka pernah dilihatnya di salah satu club. Kemudian salah seorang yang dia maksud itu menyapanya.

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang