13

13.3K 466 16
                                    


Sudah sebulan dan Diva masih saja histeris ketika David menyentuhnya. David sudah tidak tahan. Tubuh Diva bahkan lebih kurus dari sebelumnya. David tidak tahan melihat Diva tersiksa dan berteriak tak karuan kemudian melemparkan barang-barang sambil berteriak.

David lelah karena menanggung pekerjaan double karena ternyata pekerjaan Diva cukup menyita energinya. Dia sampai harus sering lembur. Belum lagi memastikan Diva memakan makanan yang telah disiapkan. Dan menghadapi penolakan Diva membuat tenaganya terkuras cukup banyak.

Arian diam-diam dia pulangkan ke Indonesia hanya untuk mengobati Diva. Arian tiba ketika hari sudah hampir malam dan David menyambutnya di ruang tamu sambil memijit keningnya.

"Jadi ada apa sampe lo bayar penerbangan paling mahal gue?" Tanya Arian tidak tenang

Baru saja dia tiba, tapi dia mendengar suara pecahan kaca cukup kencang dari arah ruang makan. Rumah ini cukup besar hanya untuk seorang David, dan menyiapkan rumah tangga? Arian percaya tapi dia tidak melihat calon istri David dimanapun. Arian memandang sahabatnya curiga.

David memijit keningnya, "Kalo lo bisa jaga rahasia, gue bisa pastiin lo bisa hidup tenang"

Arian mengernyit, ini yang disebut meminta tolong atau mengancam?

"Lo inget Diva?"

Arian menganggukkan kepalanya. Mereka memang satu SMA sewaktu itu. Arian merupakan salah satu dokter kejiwaan yang mengecap rasanya menjadi sahabat David sejak SMP. Dan Arian ingat bagaimana David memandang Diva di masa lalu. Tunggu, jangan bilang...

"Diva yang barusan mecahin apapun itu"

Arian melongo, "Sial. Lo kenapa?"

David meringsek di sofanya. Terdengar pecahan kaca lain dari arah ruang makan.

"Lo selingkuh Dav? Gila lo! Kemaren gue baru aja ketemu Sophia"

David duduk dengan tegak secara tiba-tiba, "Sial gue lupa sama dia"

Arian melongo lagi, Diva sudah sangat luar biasa menjungkir balikan kehidupan sahabatnya, dia harus bertemu Diva untuk memberi selamat.

"Lo harus meriksa Diva, gue gak bisa bawa dia kemanapun. Cuma lo yang gue percaya"

Arian mengangguk. Persahabatan mereka memang sangat erat. Terlebih karena David banyak membantunya, dia berhutang budi. Tidak. Bahkan berhutang nyawa pada lelaki didepannya ini.

"Gimana?"

Arian menelan ludah, "pertama, gue harus tau apa yang terjadi Dav"

David menelan ludah,

Arian menunggu

"Lo tau gue brengsek?"

Arian mengernyit

"Gue perkosa dia"

Seketika itu, Arian merasa telinganya dihujam pedang tajam. Sepertinya dia juga harus memeriksa sahabatnya ini. "APA?!"

...

Sudah seminggu tapi Arian masih menemukan Diva tidak mau bicara dan selalu histeris. Dia sampai bingung apa yang sudah dilakukan sahabatnya pada gadis seperti Diva. Diva terlalu baik untuk disakiti. Arian ingat bagaimana gadis itu ketika SMA dulu walaupun mereka tidak pernah berteman. Dan menurutnya ini bukan tingkat wajar dimana Diva akan melemparkan apapun dihadapannya kearah tempat tidur, kearah meja makan dan terlebih kepada apapun yang sudah disentuh David.

Dia menemukan kejanggalan ketika Diva tersenyum menatap kamar mandi tapi beberapa detik kemudian Diva berteriak histeris dan melemparkan buku-buku kepintu kamar mandi. Kemudian benda apa pun akan dia lempar, apapun. Selimut dia cakar hingga robek dan melukai kukunya sendiri. Arian hampir menyerah dan memutuskan menemui David ke kantornya.

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang