38

7.1K 371 55
                                    


Tried to keep you close to me,

But life got in between

- Hold Back The River by James Bay 



"Tangkap siapapun disini!" Perintah Arjuna pada seluruh anak buah Diva yang mengikutinya, terang saja mereka semua berlarian mengejar para pelaku penculikan Diva dan Jevlyn. Beberapa diantaranya menuju gudang tempat penyekapan para asisten rumah tangga milik David.

Benar dugaan Julian, Sophia menggunakan rumah pribadi David untuk menyekap mereka semua. Julian hanya menghela nafas lega ketika mendapati David tanpa luka dan sedang tertidur, atau mungkin pingsan, yang jelas David sedang memejamkan mata.

Nuha menampar pelan wajah David hanya agar lelaki itu sadar sambil terus mencuri pandang pada suaminya sesekali "David! Sadar! David!"

Dallas membuka ikatan yang membelit David kemudian setelah selesai berusaha membopong lelaki yang setengah sadar itu.

David membuka matanya, mencari-cari sumber suara yang memanggilnya berkali-kali

"Ah, lama banget lo buka mata!" Omel Jesara sambil memainkan pistol di tangannya

"Diva mana?!" Tanya David dengan gusar, ingatan terakhirnya mengatakan gadis itu tidak baik-baik saja dan hampir mati. Ingatannya benar-benar menyiksanya sekarang, ditambah dia tidak menemukan dimana keberadaan Diva saat ini

Mereka terdiam, menelan ludah. Arjuna dan Arian datang bersamaan dengan Fabian, ketiganya sama saja membawa pistol revolver dalam genggaman mereka. Mengatur ritme nafas mereka dengan tenang dan menatap teman-teman mereka yang lainnya

"MANA?!"

Julian mendekati David dan berusaha menenangkan lelaki itu dari amarahnya "Dav, sekarang kita ke rumah sakit. Diva terlalu kritis..."

"PENJARAIN ITU SOPHIA PRATAMA! KALO PERLU SAMPE DAPET HUKUMAN MATI!"

Mereka semua terdiam, memandang satu sama lain dan menghela nafas dengan berat. Teriakan David yang penuh amarah itu, menandakan kemarahan lelaki itu sudah berada diambang batas.

...

Dengan perintah tuan besar Kay, semua anggota Philos dan beberapa teman mereka lainnya berkumpul disamping ruangan dengan tenang. Sebenarnya hanya kerabat dekat yang diizinkan dalam koridor ini, hanya saja, akses VVIP milik keluarga mereka dan Julian sebagai direktur rumah sakit memberikan mereka akses lebih bebas. Hanya untuk berjaga-jaga jika David berubah emosinya dan tentu saja jika laki-laki itu tiba-tiba ambruk karena menolak diberikan pertolongan pertama.

Ruangan gawat darurat itu masih saja menyalakan lampunya, pertanda masih ada aktivitas di dalam sana. Hingga akhirnya seorang dokter muda keluar lalu membuka masker penutup wajahnya dan menghampiri kerumunan orang disamping ruangan itu.

"Dengan wali Divayana?"

"Sa,, Saya dok" Jawab David gugup. "Bagaimana keadaan..." ada jeda, kemudian David menelan ludah, "Istri saya dok?"

"Akan saya jelaskan tapi..." dokter itu mengedarkan pandangannya pada sekelilingnya, tampak tidak ada yang rileks dan semuanya menegang memandangnya, termasuk Julian yang merupakan atasannya.

"Apa?" tanya David tidak sabar

Dokter itu menghela nafas, "Bisa kita bicara di ruangan saya?"

David mengikutinya, terduduk dengan gusar di hadapan Dokter itu, yang kemudian David ketahui namanya Ari dari plakat nama yang tertara dengan jelas di meja kerja dokter muda di hadapannya ini

Dokter Ari meneliti keadaan David yang tegang, bahkan mata pria itu merah, dan ada banyak luka di tubuh suami pasiennya ini, "Begini, ada beberapa hal yang harus kami lakukan. Kami sudah berkonsultasi dengan bagian kandungan..."

"Kandungan?" Potong David sekali lagi

Dokter Ari mengernyitkan dahinya "Apakah sebelumnya anda tidak mengetahui tentang kehamilan istri anda?"

Sial. Dan David merasa sebagai pria paling brengsek di dunia ini karena tidak mengetahui kehamilan Diva.

"Istri anda hamil memasuki minggu ke 18" ujar Dokter Ari sambil mengelus tengkuknya, sangat aneh untuk usia kandungan yang memasuki usia trisemester kedua tetapi suaminya sama sekali tidak mengetahui kondisi istrinya. Baiklah bukan urusannya.

David menegang, mencoba menghitung berapa bulan, sepertinya kinerja otaknya melambat akibat berita yang baru saja dia terima

"4 bulan lebih dua minggu"

"Apa?" tanya David hampir tanpa suara

"Iya, 18 minggu. Sayangnya..."

David tidak bisa mendengar apa saja ucapan dokter itu. Diva hamil. 4 bulan. Sudah jelas itu anaknya. 4 bulan lebih beberapa minggu yang lalu adalah kejadian dimana dirinya memperkosa gadis itu. Astaga gadis itu mengandung anaknya. Pantas saja Diva begitu luluh padanya beberapa bulan yang lalu, pantas saja gadis itu begitu lembut. Pantas saja gadis itu begitu manja. Pantas saja emosi Diva tidak terkendali bahkan cenderung seperti seorang dengan bipolar menurutnya. David pernah tidak sengaja membaca artikel mengenai hormone ibu hamil dapat mempengaruhi sikap dari para ibu dan Diva sangat jelas menunjukkan tanda-tanda itu. Astaga. Sial. David tidak menduganya. Apakah anak mereka baik-baik saja? Apakah mereka bisa bertahan? Bagaimana ini? David terdiam memikirkan segala macam kegundahannya, apa saja yang selama ini dia lakukan sehingga tidak menyadari ada kehidupan lain dalam tubuh Diva

"Jadi keputusannya ada di tangan anda"

"Apa?" David tercenung, kenapa tiba-tiba dokter muda ini menanyakan keputusan padanya

Dokter Ari terdiam, menghela nafas cukup panjang, "Kami harus mengoperasi istri anda dengan segera. Ada banyak pendarahan dan bisa berakibat komplikasi, selain itu, janinnya sangat lemah dan terancam karena, maaf kekerasan yang istri anda alami. Kami harus melakukan ini, tapi ibu Diva akan..."

"Tidak bisa hamil lagi?" terkanya dengan lemah

Dokter Ari mengangguk, "Itu hanya kemungkinan..."

Kembali telinganya tuli terhadap semua penjelasan yang diberikan Dokter Ari padanya. David merasakan sesak pada dadanya seolah ditikam ribuan panah yang tepat menuju paru-parunya. Apa yang akan terjadi nanti? Jika Diva tahu kalau dirinya hamil, tapi anak mereka tidak selamat, dan kemungkinan Diva... "Lakukan saja yang terbaik dok, selamatkan istri saya" tolong selamatkan bayi kami juga

Dokter Ari hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Tapi dia bisamelihat, David tidak baik-baik saja. Lelaki itu bahkan sempat menghentikannafasnya, dan Dokter muda itu ingin sekali menyentuh pundak lelaki itu untukmemberikan dorongan moral. Hanya saja, keadaan pasiennya memungkinkan apapununtuk terjadi.    

_____________________________

Congratulation for finishing this part, well we're getting closer to the final chapter of this story hurray! But, there are about 4 or 5 Chapters to go.

Maaf karena lama update, i went to borneo last week and it was totally hectic back there, and i really need to prepare my next trip which is mean kalo kalian pembaca Flurry mungkin akan menunggu cukup lama karena seriously, Flurry is the hardest story i've ever wrote because aku harus jadi Dias disitu, harus sedikit gila dan sengklek dan Dias itu laki-laki sementara aku adalah perempuan tulen, and i have no idea how guys saw us (woman) dan intinya sangat susah menulis dari sudut pandang seorang Dias Hugo 

Dan tenang aja, aku sepertinya tidak yakin ceritaku bisa naik cetak jadi kalian tenang saja, selama apapun aku tidak update dia akan tetap tamat di wattpad he he he (curhat karena cerita yang masuk list libraryku gak tamat dan malah naik cetak dan aku terlanjur penasaran dan aku galau antara mau beli apa tidak because i already knew the end of story was like blah blah blah typical oh novel but they did it oh mygod how cruel you are famous author *crying*)

 

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang