39

7.4K 354 34
                                    


Lesson learned sometimes, 

I guess that's just the way we find out who we are, 

Was it all worth it, 

It melts away the price I pay to taste your love 

– Wiser by Madilyn Bailey




David mondar-mandir dengan gusar. Diva di dalam ruang operasi bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Semua sahabatnya disini, sesekali menepuk bahunya berusaha menenangkannya. Sialnya tidak berpengaruh apa-apa. Sesekali Julian meyakinkannya dengan anggukkan.

Anita baru akan tiba besok siang, dan David melihat Amanda serta Sebastian terduduk sambil memandang kosong. Dua kali. Dua kali mereka mengalami hal ini. Dan ketakutan David semakin besar jika seandainya apa yang terjadi pada Inge akan Diva alami juga.

David belum meminta maaf atas semua keegoisannya selama ini. Diva bahkan belum mengetahui kabar gembira kalau mereka akan mempunyai bayi. Tidak bisa. David tidak bisa memilih salah satu diantara mereka. Diva dan bayi mereka, bukanlah pilihan.

Sebastian menahan sakit di dadanya sekali lagi. Sangat tidak bisa menahan emosinya ketika mendengar apa yang terjadi pada anak-anaknya. Tentu saja dia masih akan terus menganggap Diva putrinya. Sebastian membesarkan anak itu, dengan caranya sendiri.

Diva sedang terbaring, dan Sebastian tidak mampu menyembunyikan tangisnya ketika Arjuna menceritakan kronologis kejadian penculikkan itu pada mereka. Dia sudah memiliki seorang cucu cantik? Dan cucunya baik-baik saja, hanya tertidur karena obat penenang yang diberikan Sophia.

Sebastian tercekat beberapa kali ketika mendengarkan Arjuna berbicara mengenai perkiraan penyekapan dan kekerasan Diva. Dan dia tidak mampu lagi menahan sesak didadanya ketika mendengar Diva sedang mengandung anak David. Ya Tuhan, dosanya pada Diva terlalu banyak sepertinya.

Sepertinya The Klan harus mengadakan pertemuan untuk membahas tingkah laku anak-anak mereka yang tidak wajar. Sekali lagi, mereka kecolongan dengan sikap putra dan putri mereka.

Tidak ada satupun yang berani bicara pada David. Lelaki itu tampak berantakan dan sesekali menjambak rambutnya dengan kasar. Apa yang dialami oleh Diva benar-benar diluar dugaan mereka. Julian sama saja. Tidak pernah mengira hal ini akan terjadi.

...

Julian mengetuk jarinya pada jeruji besi dihadapannya.

Sophia terkekeh lalu memamerkan deretan gigi putihnya, "Bestie..."

Julian menggertakkan giginya, "Gue masih gak habis pikir, setelah ngawasin lo bertahun-tahun gue masih aja kecolongan Sof!"

Gadis itu memandang takut, "Uh, yeah kita sahabatan karena lo mau ngontrol gue ya?"

Lelaki itu memandang perubahan raut wajah Sophia, "Sinting lo, bener-bener lo harus membusuk disini!"

Sophia menjauh, memandang takut dengan kalut, air matanya tiba-tiba keluar dan hampir menetes, bergetar, "Gue mohon tolong gue Jul, lepasin gue dari sini"

Julian melihatnya menangis, hanya gelengan singkat yang bisa Julian berikan

"Gue gak tau kalo bakal begini tolong gue Julian..." pintanya dengan sendu, sungguh siapapun yang tidak mengetahui kondisi kejiwaan gadis ini pasti mengira gadis ini adalah gadis normal yang tengah menyesal menyakiti seseorang sehingga menangis pilu saat ini

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang