25

9.4K 341 33
                                    

  Noise and tears, Death on the TV, And then there's you 

- Cruel by Snakehips ft Zayn Malik 



Diva terbangun dan mendapati David memeluknya erat pagi ini. Bangkit menuju kamar mandi dan merasakan tubuhnya seperti remuk. Ya Tuhan, dosa semalam yang dia lakukan membuatnya bercermin dengan gusar. Ada banyak kissmark disana, dan bibirnya bengkak. Memangnya sampai jam berapa mereka olah raga semalam? Rasanya melelahkan sekali, dan entah kenapa bagian kewanitaannya terasa menyakitkan. Mungkin dia belum terbiasa dengan semua ini

Terkejut ketika seseorang mencium tengkuknya dengan lembut

"Hmm... Mandi bareng?"

Diva menyingkirkan tangan David dari pinggulnya, "Dav,,, aku masih... ashhh"

David membungkam Diva dengan lumatan bibirnya dan tentu saja jari-jarinya telah menyentuh kewanitaan Diva membuat Diva berdiri dengan tegang sekarang

Sebuah interupsi cukup kencang datang dari arah ruang tidur mereka. Diva melepaskan ciuman David dengan paksa, menangkup wajah pria itu dengan gusar, "Angkat siapa tau penting"

David hanya menghela nafas pasrah lalu menuju nakas tempat handphonenya berdering, melihat nama Inge tertera disana membuatnya mengangkat cepat panggilan itu,

"I have 3 hours, nanti siang sekitar jam 2 atau setengah 3. Kita bisa ketemu kak?"

"Bilang salam kek, adik macem apa ini..."

"Aku gak punya waktu, Kay baru aja berangkat kerja. Aku mau mastiin sesuatu,,,"

"Tunggu tunggu..." potong David, "Ngapain Kay berangkat kerja dari tempet kamu?"

Inge mendecak sebal, "Nginep as usual okay?"

David terkekeh, adiknya sudah dewasa sepertinya, "Oke, kamu dapet kabar apa?"

"Something about what you asked. Oh rite, sebentar lagi lo mau punya fiancée karena mama mau bikin acara tunangan buat kalian"

"What the... fucking hell"

"I know... lo sih kak gak bilang siapa cewek lo supaya gue bisa bantuin dapet restu"

Tidak mungkin David bilang jika dia sudah menikah dengan kembarannya sendiri kan? Bisa dipasung mereka di depan rumah kalau begitu ceritanya, "Jadi... nanti gimana?"

"I'll text you okay?"

"Hmmm, ganggu aja lo pagi-pagi, kalo di text doang kenapa mesti nelpon sekarang..."

"Gerutu mulu lo kak, emang lagi ehem-ehem sama cewenya ya? Berubah gih, duh keburu hamil anak orang"

"Semoga lo kemakan omongan lo sendiri ya adik kecil"

"See ya, anyway, gue ketemu Jessica and, hm, and she told me everything... Dia bilang gue dalem bahaya, so hm I need Diva's help but I can't reach her"

David menelan ludah, "Hm,,, terus kenapa lo nyari dia ke gue?"

"You know something suspicious? Setiap kali gue ngerasa gue gak bisa nemuin kak Diva, lo selalu tau dia dimana kak. It's just you, who can find her"

Menolak melanjutkan obrolan berat dengan adiknya, David mengalihkan omongan lain, "Nanti gue kirim bodyguard buat lo tanpa sepengetahuan siapapun"

"Sip! Thank you! And see you my lovely brother. Aku gak tau kenapa aku beruntung banget punya kak David yang selalu lindungin aku, jagain aku, sayang sama aku, yang..."

"Hey, hey kampret! Kalo muji kira-kira dong"

Inge tertawa sangat lembut, kemudian menghela nafas, "Aku beruntung punya Kak David sama Kak Diva yang selalu ada di pihak aku, dan tiba-tiba aku kangen kalian"

"Ouh, you touch my heart. Udah lo ganggu gue aja, mau mandi nih"

"Mandi bareng ya? Makanya garang abis sama gue"

"Bye" David tertawa kecil mengingat tingkah laku Inge, adiknya, memang sesuatu. Kedua adiknya memang sesuatu yang paling berharga untuknya.

Adik? David akan memikirkan lagi, apakah Diva termasuk dalam kategori adik miliknya, sepertinya Diva lebih seperti separuh dirinya. 

...

Jessica menggeram ketika gadis dihadapannya ini meliriknya sesaat, "Apa yang kau lakukan?"

"Memudahkan jalanmu menuju Arjuna"

Apa?

"Oh, maksudku mengkambing hitamkanmu"

Sial. Jessica tidak menyangka gadis ini akan dengan mudah menyusun rencananya. Mengkambing hitamkannya? Apa maksud gadis gila ini?

"Halooo" gadis itu menggenggam ponselnya dengan tenang, "Kalian sudah keringkan kolamnya?"

Ada apa dengan kolam? Apa maksud gadis ini? Apa dia menjebak seseorang?

"Bagus... lalu bagaimana? Gadis itu pasti mati kan nanti?"

Jessica merebut ponsel itu, mematikannya lalu memandang tajam gadis didepannya

"Jessica, kau penasaran?" Tanpa sadar, phonsel itu sudah berada kembali di tangan pemiliknya, "Asisten Kay, siapa namanya? Inggrita Seruni?"

Jessica menyipitkan matanya mengingat-ingat nama Inge, benar, asisten Kay, apa hubungannya Inge dengan semua ini

"Aku akan menghentikan permainanku jika semua ini berakhir, maksudku jika David berada dalam genggamanku..."

Jessica memandang tajam gadis didepannya, "Apa yang kau lakukan?"

"Sayangnya, Inggrita mengetahui rencanaku, dan aku harus melenyapkannya"

"MAKSUDMU?!"

"Apa kau tau dia juga anak Iris?"

"APA?!"

"Dia juga yang merebut Arjuna darimu kan?"

Jessica memahami satu hal disini, apa gadis ini berusaha membunuh Inge?

"Dan kematiannya hanya akan menjadi kecelakaan"

Jessica membekap mulutnya tak percaya

"Inilah bonus yang aku bicarakan Jess, hentikan permainanmu segera atau akan ada orang lain yang mati"

"Kau tidak akan berani membunuhnya sialan!"

Gadis itu terkekeh, "Sayangnya, sebentar lagi aku akan mengeksekusinya. Bagaimana jika David mengetahui adiknya mati karena kau tidak menyetujui tawaranku?"

"Kau gila? Dia pasti akan menyalahkanmu karena mencelakai Inge"

"Uh,,, aku pikir tidak"

"Hentikan sebelum semua ini menjadi semakin buruk aku mohon"

"Lalu apa aku boleh menyakiti Jevlyn?"

"SIALAN!" Bentak Jessica

"Jangan keras-keras Jessica, kita di tempat umum sekarang"

"Apa kau pikir aku akan membiarkanmu menyakitinya?"

"Kenapa kau melindunginya? Oh, kau pikir hanya kau yang boleh menyakiti Inge karena dia sudah mengambil Arjuna dan Kay darimu, bahkan dia mendapatkan perhatian David secara cuma-cuma. Membuatku iri saja"

Jessica menelan ludah, "Aku tidak..."

"Akui saja Jess, dalam rencanamu, kau juga ingin membunuh Inge, paling tidak menyakiti Inge membuat gadis itu merasakan apa yang kau rasakan"

Jessica membeku, bagaimana gadis ini tau

"Membuat Kay dan Arjuna menjauhinya..."

Sekali lagi Jessica memandang tajam pada gadis didepannya

"Melalui permainan kita, kau hanya tinggal cuci tangan dan lihat David menderita kehilangan adiknya dan juga istrinya"

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang