ENAM

392 31 1
                                    

Selamat datang di part enam...

Selamat membaca,

Semoga suka dan semoga menikmatinya!!!

------------------

Raejae menghela nafas lega ketika telpon Jungsoo terputus. Tertera tulisan dua panggilan tak terjawab di layar handphone Raejae. Ahh, ada apa lagi sebenarnya Jungsoo menelponnya? Apa Raejae harus melakukan sesuatu lagi. Mungkin sebaiknya dia tidak berurusan dengan Jungsoo lagi.

Raejae memasukkan kembali handphonenya ke saku celananya.

"Jadi kalian sedang bertengkar? Kau terlihat seperti tidak mau menjawab telpon Jungsoo Hyung." Raejae sedikit berlonjak, terkejut Donghae sudah tiba-tiba di belakangnya. Raejae beringsut ke samping, mengindari Donghae.

"Bukan urusanmu!" jawab Raejae ketus lalu membungkukkan badannya sekilas pada kasir mini market. "Kamsamnida!" seru Raejae berlalu.

"Kau mau kemana sekarang?" seru Donghae menyamakan langkahnya dengan Raejae yang semakin mempercepat langkahnya. Raejae hanya diam, tak memperdulikan Donghae yang terus mengoceh tentang Jungsoo yang entahlah, membuat kuping Raejae jadi panas. Raejae melirik lelaki tinggi di sampingnya itu.

"Apa kau pengangguran?" Raejae menghentikan langkahnya di halte bis dan menatap wajah Donghae dingin. Donghae terkekeh mendengar pertanyaan konyol Raejae.
"Ya Kim Raejae-ssi! Kau bercanda? Aku ini orang penting! Anak tunggal Lee Corporation. Mana mungkin aku ini pengangguran." Donghae tertawa geli. Yang benar saja, baru kali ini dia mendengar pertanyaan seaneh itu.

"Lalu kenapa kau terus mengikutiku dari tadi!" ucap Raejae dengan mata tajam. Donghae terdiam.

"Itu... itu..." Donghae menggaruk kepalanya yang tak gatal. Raejae benar. Untuk apa dia mengikuti Raejae sejauh ini. Ahh, Dia bahkan melupakan mobilnya yang terparkir didepan mini market tadi. Raejae menghela nafas dan mencibir Donghae. Sekarang siapa yang konyol? Dia atau Donghae?

Handphone Raejae kembali berbunyi. Raejae memutar bola matanya, malas. Ayolah! Kenapa lagi Jungsoo menghubunginya? Seharusnya Jungsoo mengerti kalau Raejae tidak mau mengangkat telponnya. Raejae mencoba tak menggubris telponnya. Tapi benda sialan itu terus saja berbunyi, seperti tidak mengerti bahwa pemiliknya sedang tidak ingin mengangkat telpon. Donghae menyikut Raejae, memintanya mengangkat telpon. Karena mereka sudah menjadi pusat perhatian orang, suara ringtone handphone Raejae terdengar sangat nyaring dan mengganggu. Dengan malas Raejae merogoh saku celananya. Tertera nama Hankyung di layar telponnya. Ahh syukurlah kali ini bukan CEO menyebalkan itu! Raejae menggeser tombol hijau dengan cepat dan menempelkan handphonenya ke telinga.

"Yeobose...! Ahh!" Raejae menarik kepalanya, menghindari suara dari seberang sana yang sepertinya berniat memekakkan telinga. "Aish, jinjja!!" gerutu Raejae yang mengenali itu suara Jungsoo. Lalu kembali mendekatkan handphonenya ke telinganya

"Kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak mengangkat telponku? Apa kau sengaja? Apa kau menghindariku? Apa kau ingin mati? Eoh?" suara nyaring Jungsoo langsung menyusup ke telinga Raejae, seperti ribuan jarum.

"Jeosonghaeyeo, Jungsoo-ssi. Aku tadi... hmm.." Raejae mengerutkan dahinya, bingung harus menjawab apa.

Hankyung hanya terdiam dan agak ngeri di kursi kerjanya melihat Jungsoo yang membulatkan matanya, tak sabar mendengar jawaban Raejae. Jungsoo menjadi seperti monster yang siap menelan handphone miliknya. Ahh.. semoga telinga Raejae baik-baik saja mendapat teriakan Jungsoo tadi. Hankyung kembali menajamkan telinga, berharap dapat mendengar suara Raejae di seberang sana, yang sebenarnya tidak akan mungkin.

Ice Cream (FF/ Park Jungsoo- Kim Raejae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang