SEPULUH

322 28 1
                                    

Terjebak, mungkin itu bukan kata yang pas untuk menggambarkan situasinya sekarang. Dia lebih tepat diberi label terjerat. Terjerat secara perlahan. Karena dalam gelap, dalam terang, dalam suka, dalam duka, apapun yang mereka lalui di setiap detik, setiap helahan nafas, setiap derap langkah, setiap kata, setiap senyuman, semuanya terasa seperti magnet yang semakin mempererat, menjerat dirinya, hingga dia sulit terlepas, sangat sulit!

Dia boleh saja terus memberontak, menolak, dan berbohong. Boleh saja sekuat apapun menahan diri, tapi semua telah terlanjur. Dia terlanjur merasakannya, rasa kesal, rasa cemburu, rasa marah, rasa bahagia, rasa rindu, rasa nyaman, dan berjuta rasa yang bersikeras tetap dia tolak.

Dan dengar saja, mulutnya boleh saja terus mengoceh bahwa itu manusiawi, rasa benci itu manusiawi. Karena, siapapun yang menikah tanpa dasar cinta -hanya karena paksaan- tidak akan semudah itu merubah istilah dari rasa yang dimilikinya. Apalagi lelaki itu -yang disebutnya suami- adalah orang yang sombong, cuek, terlalu menganggap dirinya teman, dan terlalu memikirkan cinta pertamanya, Si Gadis Ice Cream.

Dia merasa bodoh, sangat bodoh!

Dia bahkan tidak bisa meyakinkan hatinya, rasa itu masih benci atau... sudah berubah menjadi jatuh cinta!

* * *


Jungsoo meletakkan sebuah amplop putih panjang di meja kaca di sebelah Raejae ketika didapatinya Raejae tengah melamun. Raejae mengangkat kepalanya lalu menatap Jungsoo dan amplop secara bergantian dengan tatapan penuh tanya.

"Dari Siwon."

Jungsoo mengambil tempat di kursi sebelah kanan Raejae dan terpisah oleh meja kaca. Jungsoo mengikuti arah pandang Raejae tadi, mencari apa yang diperhatikan Raejae sampai sebegitunya. Hanya kolam rasanya, dan sepertinya tidak menarik sama sekali, karena air kolam hanya berwarna hitam pekat, senada dengan warna langit malam yang gelap tanpa bintang.

"Apa yang sedang kau pikirkan, J?" Jungsoo mengalihkan pandangannya pada Raejae sejenak lalu kembali menatap kolam tanpa ekspresi.

Raejae tidak menjawab, hanya saja sudah tampak membuka amplop dari Siwon dan mendapati dua buah tiket pesawat menuju pulau Jeju, besok sore. Raejae kembali memasukkan tiket itu, seperti tidak tertarik.

"Siwon mengadakan pesta pelepasan masa lajang di salah satu Villa milik keluarga Choi!" jelas Jungsoo tanpa ditanya.

Raejae mengerutkan dahinya. "Mendadak sekali."

Jungsoo terkekeh lalu menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Sebenarnya sudah beberapa hari amplop itu Siwon berikan padaku, hanya saja ragu menyampaikannya padamu."

"Kenapa?" Raejae meletakkan amplop itu dan menggesernya ke arah Jungsoo.

"Karena ku pikir kau tidak akan mau berkumpul dengan segerombolan lelaki menyebalkan itu."

"Kurasa aku sudah terbiasa di serbu oleh mereka!" Raejae tertawa pelan. Mengingat segerombol lelaki dewasa yang selalu bertingkah seperti anak kecil itu, yang selalu menyerbu rumah mereka dan selalu membuat rumah mereka berakhir seperti kapal pecah. Itu membuatnya merasa geli.

Jungsoo ikut tertawa. "Kurasa juga begitu!"

"Selain mereka siapa yang diundang?" Raejae mulai terlihat antusias, itu terlihat dari matanya yang berkilat-kilat senang.

Ice Cream (FF/ Park Jungsoo- Kim Raejae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang