DUA BELAS

320 25 3
                                    

Ku pikir, setelah peristiwa yang terjadi pada kami waktu itu
Ku pikir, setelah kami melakukannya
Dia akan selalu bersamaku
Dia akan melupakan cinta pertamanya Dia akan berpaling kepadaku
Dia akan menganggapku sebagai lebih dari sekedar teman

Tapi aku salah,
Pada kenyataannya
Dia semakin melupakanku
Dia semakin menjauhiku
Dia semakin membenciku
Dia bahkan menganggapku sebagai musuh

* * *

"Huh! Aku bersyukur akhirnya aku bisa bertemu denganmu hari ini!" seru Hyerin ketika pantatnya berhasil menyentuh kursi di hadapan Raejae. Raejae terkekeh, mengangkat tangan kanannya untuk memanggil pelayan cafe. Mereka terdiam sejenak, menunggu pelayan cafe yang sedang berjalan menuju mereka.

"Waeyeo? Jangan bilang kau rindu padaku?" ucap Raejae setelah memesan secangkir cappucino untuknya dan secangkir latte untuk Hyerin.

Hyerin meringis. "Yang benar saja. Oh iya, Kau tahu?"

"Tidak!" jawab Raejae sekenanya dan kembali tertawa seraya membetulkan letak kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya. Yang sukses mendapatkan pelototan dari Hyerin. "Memangnya kenapa?"

"Aish jinjja! Kenapa kau serba tidak tahu, Nyonya Park?" Hyerin menepuk dahinya pelan, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

Pesanan mereka datang. Hyerin langsung menyeruput latte-nya untuk sekedar menghilangkan rasa kesalnya pada Raejae. Dan parahnya Raejae kembali terkekeh melihat tingkah temannya itu.

Hyerin mengedarkan pandangannya keseluruhan cafe. Raejae yang sebenarnya tidak mengerti, mengikuti arah pandang Hyerin yang seperti mengawasi keadaan sekelilingnya. Tidak ada yang aneh rasanya. Hanya ada beberapa karyawan cafe, sepuluh atau sebelas pengunjung cafe, tiga diantaranya terlihat seperti pasangan kekasih, dan seorang lelaki berpakaian serba hitam tidak jauh dari mereka, yang pasti Rejae tahu itu siapa. Itu adalah Kim, si wajah datar, supir sekaligus bodyguard-nya.

Raejae kembali menatap ke depan dan mendapati Hyerin tengah memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Hyerin mencondongkan tubuhnya ke depan, mengangkat kedua tangannya menutupi kedua sisi bibirnya, seolah melindungi suara yang akan keluar dari bibirnya agar tidak terdengar orang lain. "Kau tahu..." ucapnya menggantung dan terdengar menggebu-gebu.

Raejae menghela nafas. "Aku sudah bilang aku tidak tahu, Han Hyerin!" ujar Raejae seraya memutar bola matanya malas.

"Aku sedang serius, Jae!" geram Hyerin dan menghentakkan kedua kepalan tangannya ke meja cafe, sangat keras. Semua mata pengunjung cafe beralih ke meja Raejae dan Hyerin, termasuk Kim. Kim langsung berdiri, siap melakukan apa saja, jika terjadi sesuatu pada Raejae. Hyerin langsung menundukkan kepalanya, takut melihat wajah datar Kim. Menggelikan!

"Gwaenchanayeo, Kim! Jeosongheyeo!" Raejae mengangkat tangan kanannya, memberi isyarat pada Kim agar duduk kembali dan membungkukkan badannya meminta pengertian dari pengunjung cafe.

"Lanjutkan, Hyerin-ah!" Raejae menepuk-nepuk tangan Hyerin. Hyerin mengangkat kepalanya dan mendapati Kim masih menatapnya dengan tajam. Oh tenang saja, Tuan Kim! Mana ada orang yang berani melukai Raejae, jika ada kau di sekitarnya? Gerutu Hyerin dalam hati.

Hyerin menyeruput kembali latte-nya, membenarkan posisi duduknya, lalu menatap Raejae dengan tatapan yang sangat serius. Firasat Raejae langsung berubah menjadi buruk. Kira-kira apa yang akan Hyerin sampaikan?

"Apa gosip itu benar, Jae?" Hyerin menyibakkan rambutnya ke belakang, tapi kemudian kembali menyisirnya dengan jari untuk merapikannya.

Raejae hanya mengerutkan dahi, tampak kebingungan. Otomatis Hyerin mengerti bahwa Raejae memang tidak pernah berusaha untuk tahu seperti apa orang-orang menilainya selama ini. Dan otomatis juga Hyerin mengerti bahwa Raejae tidak tahu menahu tentang gosip yang menerpa dirinya di lingkungan Park Corporation.

Ice Cream (FF/ Park Jungsoo- Kim Raejae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang