part 3

15.6K 421 5
                                    

"Good morning Leaaa" ujar Mila dengan suara cemperengnya membuatku tidak mood lagi untuk tidur
"Mila bisa nggak sih nanti aja datangnya, kamu sama aja kayak bunda kerjaannya gangguin aku tidur" ujarku kesal
"Dasar putri tidur, ayo bangun temanin aku belanja" ujar mila membuatku makin geram
"Kamu rese deh kalo gak ada aldo disini ujung ujungnya pasti gangguin aku" ujarku makin kesal
"Nah itu kamu tau, hitung hitung ngobatin rasa kangenmu samaku" ujar mila yang langsung kusanggah
"Kamu kali yang kangen" sanggahku
"Udah ah sana mandi, pokonya hari ini kamu milikku, untung aja kamu jomblo jadi kapan pun aku butuh kamu selalu ada"
Ujar mila membuatku memonyongkan bibir

Perkenalkan sahabatku Mila gresita, aku sudah bersahabat dengannya sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama begitu juga dengan Aldo Adiatama sahabat kami berdua yang merangkup jadi pacarnya Mila. Mereka berdua sudah pacaran enam tahun, selama mereka pacaran bisa dibilang aku menjadi tim sukses untuk hubungan mereka, jika mila marah, aldo akan curhat panjang lebar padaku dan meminta bantuanku untuk mendamaikan mereka lagi begitu juga sebaliknya jika aldo yang marah maka mila yang akan curhat panjang lebar padaku dan meminta bantuanku untuk ngomong sama aldo. Satu hal yang kusalut dari mereka berdua, semarah dan sebesar apapun masalah hubungan mereka tidak pernah membuat mereka putus. Mungkin salah satu keuntungan pacaran sama sahabat sendiri ya gitu udah saling mengerti sifat satu sama lain bahkan sifat terburuk sekalipun.

Aldo dan mila bekerja di perusahaan yang berbeda, tapi tidak membuat mereka jarang berkomunikasi dan bertemu.
Terkadang kami jalan bertiga menghabiskan malam minggu dan aku akan menjadi penjaga nyamuk mereka. Mereka berdua menyebutku "Jomblo Abadi" karena tidak pernah sekalipun pacaran, jangankan pacaran ditembak sama cowok aja gak pernah. Tapi bukan berarti aku tidak normal

Hanya saja cintaku selalu bertepuk sebelah tangan setiap kali aku mencintai seseorang. Ada beberapa orang yang berhasil membuatku jatuh cinta dan berhasil juga mematahkan hatiku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak membuka hatiku lagi pada laki laki manapun kecuali sama laki laki yang memang sudah ditakdirkan menjadi partner hidupku. Karena itu jadilah aku jomblo alias belum pernah pacaran.

Sewaktu masih duduk dibangku sekolah, aku menyukai seorang laki laki yang cukup populer dikalangan anak sekolah, setiap hari aku hanya bisa mengamatinya dari kejauhan.

"Leaaa jangan lama lama dikamar mandinya" teriak Mila dari dalam kamarku

"Ia, bentar lagi selesai" sahutku dari kamar mandi

Aku dan mila pamit pada bunda, mila melajukan mobil pribadinya yang berwarna biru muda melintasi jalan yang penuh dengan manusia manusia.

"Kita mau kemana sih mil" tanyaku pada mila
"Udah deh diam aja, yang jelas aku nggak bawa kamu ke jurang" ujar mila kesal
"Habis dari tadi kamu mutar mutar gak jelas, jadi aku kira kamu lupa tempatnya"
"Bisa diam gak sih lea" bentak Mila
"Ia" sahutku dan diam
"Kemarin perasaannya tokonya disini kog gak ada lagi ya" ujar mila kebingungan
"Atau aku yang salah masuk jalan" ujar mila masih sibuk berpikir
"Ingat gak sih lea waktu kita beli kado untuk aldo?" tanya mila tapi aku memilih untuk diam
"Lea kalo ditanya itu dijawab kali bukan diam" gerutu mila
"Kan kamu yang nyuruh diam" ujarku cemberut
"Maaf deh, jangan cemberut lagi ya jonesku" ujar mila mengacak acak rambutku
"Makanya aku tanya tadi, harusnya masuk gang yang pertama, bukan yang ini" gerutuku pada mila. Mila memutar balik mobilnya ke gang yang pertama

"Kamu mau beli sepatu lagi mil? Bukannya sepatu kamu udah gak punya tempat lagi di kamarmu" komentarku melihat mila melihat sepatu yang terpajang di toko sepatu ini

"Ia sih tapi kalo suka gimana lagi lea" mila masih sibuk melihat lihat sepatu yang akan dibelinya

"Kamu itu boros tau jadi orang,bukannya kamu ada rencana kamu sama aldo menikah tahun depan" tanyaku tak habis pikir dengan mila,

Mila sangat tergila gila pada sepatu dan tas, kebanyakan tas dan sepatunya hanya pajangan di dalam kamarnya, sekalipun ukurannya tidak sesuai dengan ukuran kaki mila, dia akan tetap membelinya karena baginya ada kesenangan tersendiri memiliki sepatu yang jarang orang miliki.

Toko ini adalah salah satu langganan mila, bahkan dia selalu mendapat informasi dari pemilik toko ini jika ada barang barang baru yang masuk

"Lea menurut kamu cantikan yang mana? Yang putih atau yang biru?"  mila menanyakan pendapatku sambil menunjukkan sepatu high heels keluaran terbaru ditangan kiri dan kanannya
"Sepertinya yang putih deh mil lagian sepatumu udah kebanyakan warna biru "
"Ia sih lea, tapi suka dua duanya, gimana dong?"
"Ya udah beli aja dua duanya, biasanya juga kamu beli dua duanya"
"Serius nih boleh aku beli dua dua duanya?" tanya mila yang hanya ku jawab dengan anggukan karena percuma saja menasehati mila kalo sudah tergila gila pada barang.
"Jangan kasih tau aldo ya lea" ujar mila yang lagi laki kujawab dengan anggukan

Mila akhirnya memborong kedua sepatu itu, selesai belanja kami berdua mampir ke resto milik pamanya tempat kami biasa nongkrong.

"Aldo kemana mil?" tanyaku pada mila sambil menyantap makan siang kami
"Ada tugas keluar kota lea mungkin pulang besok" jawab mila
"Oh ia lea, kemarin aku bertemu dengan bertemu reinaldi, dia nanyain kabar kamu"
"Oh"
"Kamu gitu amat sih responnya padahal waktu SMA kamu tergila gila sama dia" ujar mila mengingatkanku ke masa sekolah

- Flashback ke masa sekolah Lea -

Hari itu ulang tahun sekolah kami yang ke 84 tahun, sekolah mengadakan beberapa lomba dan setiap kelas harus mengirimkan perwakilan untuk setiap lomba ada pun lombanya itu yaitu lomba akustik, lomba puisi, lomba fashion show dan lomba vokal grup. Aku dan mila mengikuti vokal grup, aldo mengikuti lomba puisi dan reinaldi ditugaskan untuk mengikuti lomba akustik karena reinaldi sangat mahir memainkan gitar,

Pagi pagi buta semua anak cewek sudah berada didalam kelas untuk bersiap siap untuk acara lomba, yang pertama adalah lomba puisi, aldo membacakan puisinya di depan dengan penuh penghayatan. Selesai lomba baca puisi kini giliran lomba fashion show, lomba fashion show ini ditujukan untuk laki laki yang akan di dandani seperti perempuan.

Utusan dari kelas kami sudah siap di dandani dengan high heels 10 cm, rambut palsu yang kelihatan cocok untuknya dan mini dress selutut yang siap menemani penampilannya berjalan diatas karpet merah.
Utusan dari kelas kami meraih begitu banyak tawa dengan langkahnya yang seperti model dengan 10 cm di kakinya tapi tidak membuatnya kesusahan berjalan.

Kini giliran reinaldi yang akan tampil, di mulai memetik senar giat satu persatu dan bernyanyi dengan penuh emosi dan perasaan kebetulan lagu yang dibawakannya adalah lagu kesukaanku
Aku mengagumi caranya bermain gitar dan juga suaranya yang lembut menggetarkan hati.

Setiap kali ada kesempatan aku selalu tertarik melihatnya bermain gitar. Entah sejak kapan rasa kagum ku mulai berubah menjadi rasa cinta.
Aku hanya bisa mengamati aldi dari kejauhan.

Saat kami duduk di kekas tiga, aldo berusaha mencomblangiku dengan aldi tapi aldi menolaknya dengan alasan bahwa aku bukan salah satu tipenya. Saat itu aku berusaha mengubur perasaanku dalam dalam padanya hampir tiga tahun ini aku mengamatinya dari kejauhan tapi aku harus menerima bahwa dia tidak memikul rasa untukku.

Flashback off

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang