Part 10

9.9K 375 2
                                    


Aku menatap layar ponselku, mengamati gambar pria yang akan aku temui. Awalnya aku berpikir pria itu pasti jelek, gendut, hitam, keriting, wajahnya dipenuhi jerawat batu. giginya tonggos makanya bu Diana tidak mau dijodohkan dengannya. Tapi setelah melihat gambar yang di kirim bu diana ke ponselku. Aku tidak habis pikir kenapa bu Diana menolak pria seganteng dan sekeren ini.
Mari kita teliti satu persatu.

Kita mulai dari rambutnya, gaya rambutnya mirip gaya rambut Taylor Launter. Kedua alisnya hitam tebal. Kedua bola matanya coklat hazel. Hidungnya mancung. Bibirnya yang tipis. Giginya teratur putih dan bersih. Badannya yang tegap dan berisi. Sepertinya dia selalu menjaga kebugaran badannya. Kalo dari fotonya aku yakin tingginya mencapai 175 Cm.

Pria dalam Foto ini bisa dibilang Perfecto. Yah walaupun tidak ada manusia yang sempurna sih. Tapi dari segi fisik sih dia hampir sempurna. Beda cerita kalo dilihat dari segi kepribadiannya.

Aku tidak bosan bosannya memandangi foto pria yang berada dalam ponselku ini. Kata bu Diana dia seorang Dokter Bedah di salah satu Rumah sakit Swasta terkemuka di kota ini.
Aku rasa tiap perempuan akan rela sakit jika dia pria ini yang akan menjadi dokternya.

Jalanan masih sangat macet. Satu jam sudah berlalu, taksi yang aku tumpangi belum juga bisa bergerak. Bu diana tadi berpesan agar aku jangan sampai terlambat. Karena pria ini orang yang sangat ontime. Oh ia nama Pria ini adalah Axel Yoan Matthew biasanya orang orang memanggilnya dokter Axel.

Setelah berhasil membelah kemacetan. Akhirnya aku sampai juga dirumah.

"Tumben cepat pulang" tanya bunda saat aku mengambil minum ke dapur.

"Bu Diana memintaku untuk mewakilinya bertemu dengan kliennya bun. Bu Diana ada urusan mendesak dikantor" seruku menjelaskan, bunda hanya mengangguk

"Aku mandi dulu ya bun, takut telat" seruku mencium pipi bunda sebentar sebelum berlalu ke kamarku. Aku segera mandi dan beres beres. Aku sedikit bingung dengan pakaian yanga akan aku pakai. Aku mengobrak abrik seisi lemariku untuk menemukan pakaian yang cocok.

Akhirnya aku menjatuhkan pilihanku pada kaos oblong putih dan celana jeans. Aku memasukkan yang perlu ku bawa kedalam tasku. Aku memakai sepatu kets untuk menemani penampilanku.

Setelah memastikan penampilanku dikaca, aku turun kebawah. Rambutku sengaja aku gerai karna basah.

"Lea berangkat lagi ya Bunda" seruku menuruni tangga terakhir

"Kamu mau kemana dengan pakaian seperti itu?" Tanya bunda menyelidik

"Namanya juga kerja lapangan bun, aku mau bertemu dengan klien bu diana untuk melihat lokasi yang cocok untuk pemotretan" seruku berbohong

"Maafkan aku bunda" seruku dalam hati

"Ya udah hati- hati" seru bunda

Aku mencium pipi bunda dan bergegas berangkat. Aku menyetopkan taksi dipinggir jalan

"Antar ke alamat ini ya pak" seruku menunjukkan alamat dari ponselku pada supir taksi

"Baik bu" seru supir taksi mengendarai taksinya

Jalanan masih agak sedikit macet meskipun tidak separah tadi.
"Tempatnya masih jauh nggak pak?" Tanyaku pada supir taxi
"Nggak bu, habis perempatan ini nanti belok kiri dapat deh tempatnya" jawab supir taxi

Lima belas menit kemudian aku turun dari taxi. Setelah membayar ongkos taxi aku berjalan memasuki cafe tempat janjian bu diana dengan pria itu. Aku berjalan kesana kemari untuk mencari pria itu tapi tidak ketemu.

Kurasakan ponselku bergetar tanda pesan masuk
"Axel menunggu dilantai dua" ternyata itu pesan dari bu diana
Aku langsung menaiki tangga cepat cepat. Karena ini sudah molor lima belas menit dari waktu janjian.

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang