1. Biru

9.5K 447 7
                                    

Malam itu, aku tengah mengaduk sup di hadapan ku dengan enggan, aku memandang orang-orang di sekitar yang tengah asik bercanda gurau, kepergian Oma ternyata sangat berdampak pada rasa masakan di sini, sudah beberapa hari ini Tante Ayu, adik dari Bunda ku memasak makanan untuk kami sehari-hari, tapi makanannya sama sekali tidak enak, bukannya mencela tapi aku berbicara fakta.

Bunda menyadari aku yang tidak begitu minat dengan menu makan malam ini "Ru, kok ga dimakan?"

Semua menatap ku dan menghentikan aktivitasnya "Kenapa nak Biru?" kali ini Tante Ayu yang bertanya

Kenapa katanya? apa orang ini tidak merasa kalau makanannya sama sekali terasa hambar, ada pula yang sangat asin dan masih menanyakan kenapa?

"Gak kok Bun, masih kenyang" jawab ku

"Makan lah Ru, gaenak Tante Ayu udah masak" Ayah ikut-ikutan

"Iya iya" jawab ku asal dengan memasukkan sesendok nasi tanpa mengikut sertakan lauknya

"Oiya, Biru jadi pulang besok?" Om Irwan, suami Tante Ayu angkat bicara

"Jadi, Wan" jawab Bunda

"Iya nih Biru udah mau pulang besok tapi belum packing"

"Iya, habis makan, Yah" jawab ku setelah menelan nasi

"Kakak gak takut pulang sendiri? nanti salah naik pesawat yang ke afrika gimana?" celoteh Zahra, adik ku

"Yakali salah naik pesawat hahaha" aku tertawa, bukan. Zahra tidak bodoh, hanya saja anak usia 10 tahun itu belum mengerti sistem penerbangan yang ada di Bandara, ia pikir orang-orang bisa dengan bebas menaiki pesawat mana pun

"Bisa aja kamu, Ra" Tante Ayu tertawa diikuti lainnya

ו×

Setelah makan malam, meskipun aku sama sekali tidak menikmatinya, aku lalu mulai untuk meng-packing semua barang ke dalam koper, mulai dari baju, sampai perlatan mandi yang aku bawa langsung dari Bandung, kepergian Oma baru-baru saja membuat aku dan sekeluarga harus terbang ke Surabaya, mengingat Bunda yang asli orang Surabaya. Tapi karena lusa aku harus mengikuti mid semester yang tidak bisa aku tinggal, jadinya aku pulang duluan. Bunda, Ayah dan Zahra akan menyusul 3 hari kedepan karena harus menunggu tausiyah 7 hari meninggalnya Oma.

Rasanya senang bisa kembali ke Bandung, bisa kembali bersekolah, karena jujur aku sangat merindukan suasana disana, tiba-tiba handphone ku bergetar menandakan ada notifikasi masuk.

Tami : Merah! lo beneran pulang besok?

Aku memutar bola mata ku membaca pesan dari Tami, cewek itu selalu saja memanggil ku merah, karena ia tidak suka warna biru, dan warna favoritnya adalah merah. Entahlah aku juga sama sekali tidak tahu mengapa aku diberi nama seaneh itu, Nama lengkap ku Anindisya Biru, bukan kah Disya lebih bagus jadi nama panggilan ku daripada Biru? biru adalah nama warna dan kurang enak didengar jika dijadikan nama orang. Benar kan? setiap aku menanyakan hal ini pada Bunda, ia hanya menjawab 'Ya karena warna biru bagus' . Sama sekali tidak memuaskan hati kecil ku yang selalu bertanya-tanya soal itu. Meskipun nama ku Biru, tapi warna favorit ku adalah ungu.

Anindisya : Tami, stop panggil gue merah, gue bukan obat

Balas ku lalu kembali sibuk melipat pakaian lalu memasukkannya ke dalam koper, sesaat kemudian ada balasan lagi

Citra : Tau nih tami, mentang-mentang namanya paling beres di antara kita bertiga

Tami : Diem lo handbody hahaha

Anindisya : Kalau gue sekarang ada di deket lo tam, udah gue tampol lo dari tadi

Aku, Tami dan Citra punya grup di LINE yang isinya hanya kami bertiga, grup itu khusus kita buat meskipun sama sekali tidak ada gunanya, yah setidaknya mengurangi kekosongan pada kami bertiga yang sama-sama jomblo.

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang