6. Pameran?

3.6K 271 6
                                    

Aku berlari dengan tangan memegang roti tawar, mulut yang mengunyah dan mata yang terus menatap ke jam tangan di pergelangan tanganku. Tidak usah tanya kenapa, dari deskripsi diatas sudah bisa dipastikan aku terlambat, aku lalu mempercepat lari ku saat gedung sekolah mulai terlihat.

"Sial" umpat ku saat melihat guru piket yang sudah berjaga di lobi sekolah, dengan buku catatan siswa yang telat atau melanggar setiap harinya

Aku lalu berusaha mengatur napas dengan mulut yang terus bekerja mengunyah roti tawar yang sengaja ku beli untuk saat-saat mendadak yang membuat aku tidak sempat memasak, seperti saat ini contohnya.

Dalam satu tegukan aku menghabiskan sisa roti tadi dan berjalan masuk ke areal sekolah, syukurlah hari ini yang mendapat giliran piket adalah Pak Ishak, beliau guru yang cukup baik dan mengerti keadaan murid, tapi bukan berarti aku bisa lolos dengan hukuman penambahan poin, aku hapal betul Pak Ishak termasuk orang yang
konsisten dengan pekerjaannya.

"Pagi Pak, hehe" sapa ku dengan sedikit cengiran

Laki-laki berusia kurang lebih 40tahunan itu memandang ku heran "Loh Biru? kok kamu telat? bukannya rumah kamu dekat banget dari sini yah?"

Aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal masih memasang senyum "Hehe, anu Pak, yah gitu lah"

"Gitu gimana?" jawab Pak Ishak dengan wajah penuh tanya

"Yah.. telat bangun Pak"

Pak Ishak mengangguk tanda mengerti dan segera menulis nama ku di buku yang selalu menjadi 'teman' bagi guru-guru yang piket tiap harinya "Anindisya Biru, terlambat tanggal 26 juni 2016, poin 10" gumam Pak Ishak dengan tangan yang masih menulis

"Yah.. Pak, kok sepuㅡ"

"Pagi, Pak" baru saja aku ingin memprotes pengurangan poin oleh Pak Ishak, seseorang tiba-tiba muncul memotong pembicaraanku

Aku mengadah melihat orang itu, ternyata Kak Zidan. Astaga, jika Tami dan Citra ada disini, mungkin gendang telinga ku bisa pecah mendengar teriakan mereka karena jarak Kak Zidan dan aku yang cukup dekat.

"Zidan Adiyatmono, telat lagi?" Pak Ishak langsung menghakimi cowok jangkung di sebelah ku ini

Kak Zidan mempelihatkan cengirannya, sama seperti yang aku lakukan tadi "Hehe iya, Pak"

"Oh iya, tadi Biru kamu mau ngomong apa?" Pak Ishak memandang ku diikuti oleh tatapan Kak Zidan

"Heh? Oh iya.. anu Pak, itu.. poinnya kok 10, bukannya 5 Pak?" jawab ku sedikit terbata-bata

"Bentar" jeda Pak Ishak sambil memandang ku dari ujung rambut sampai ujung kaki "Ga pake rim, tambahan 5 poin, rambut belum diikat rapi tambah 5 poin, sepatu tali putih tambah 5 poin" gumam Pak Ishak sambil menuliskannya di buku

"Yah Pak, kok gitu?" respon ku akan penambahan poin secara bertubi-tubi dan membabi buta yang dilakukan oleh Pak Ishak pagi ini

Di SMA Tunas Bangsa, terdapat sistem poin bagi tiap siswa maupun siswi yang melanggar aturan, misalnya atribut tidak lengkap atau tidak rapi, penambahan 5 poin. Bagi yang terlambat akan dikenakan tambahan 10 poin, merusak fasilitas sekolah 30 poin, atau yang fatal seperti tawuran dan berkelahi 50 poin.

Batas maksimum poin yang diterima siswa tiap bulannya adalah 50 poin, jika melewati itu, siswa akan diberi peringatan berupa pemanggilan orang tua dan pemberian surat peringatan atau SP 1, jika sampai SP 3 siswa bersangkutan tak kunjung mematuhi aturan, terpaksa harus dikeluarkan alias drop out.

Kak Zidan tertawa akan respon ku, entahlah apa mungkin wajah ku sekarang yang terlihat menyedihkan?

"Jadi totalnya 25 poin ya, coba pecahin jendela, sekali-sekali orang tua kamu datang ke sekolah nerima SP 1 hahaha" Pak Ishak tertawa renyah, sementara aku memandangnya pasrah

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang