Aku memandang Tami dan Citra di hadapan ku yang masing-masing tengah asyik menyantap mie ayam mereka
"Lo ga makan, Ru?" tanya Citra
"Ga"
"Tumben, yang ada tuh lo yang selalu aja kebelet ke kantin pengen makan" sindir Tami
"Nyokap gue udah pulang, jadi sekarang gue gak kek anak terlantar lagi" jawab ku sambil meminum es teh manis
Tami dan Citra mengganguk lalu kembali menyantap makanan di hadapan mereka, padahal aku sangat ingin memberitahu kedua sahabat ku ini tentang ajakan Kak Zidan beberapa hari yang lalu, tapi seperti ada yang mengganjal sehingga aku enggan.
"Oiya" Tami menelan makanannya "Besok sabtu nih, pada mau jalan gak?"
"Ayo! Mumpung minggu depan kita udah ulangan, ya gak?" tambah Citra
Mereka berdua lalu memadang ku, seperti bisa mengetahui maksud Tami dan Citra aku lalu merespon "Em-m sorry, gue besok ada acara"
"Acara? sejak kapan seorang Anidisya Biru jadi sok sibuk gini?"
Aku menggigit bibir bawah ku memikirkan alasan apa yang harus aku berikan pada Tami dan Citra, aku belum ingin memberitahu mereka bahwa besok aku akan pergi dengan Kak Zidan, timingnya belum tepat.
"Cekos-cekos gini gue ada acara juga kali" bantah ku
"Ah yaudahlah, Biru palingan acara tidur" ucap Citra dan dibalas anggukan Tami
Setelah bel masuk berbunyi, Aku, Tami dan Citra segera beranjak dari kantin dan menuju ke kelas. Pelajaran selanjutnya sejarah tiga jam, aku ulangi, sejarah tiga jam. Memikirkannya saja membuat ku mengantuk dengan celoteh Bu Dewi, guru sejarah yang gemar mendongeng.
Saat berbelok di koridor, aku memicingkan mata ku berusaha melihat dengan jelas sosok makhluk di ujung sana dan berharap itu bukan Kak Zidan, tapi sepertinya gagal, sosok Kak Zidan malah semakin mendekat bersamaan dengan Aku, Tami, dan Citra yang berjalan berlawanan arah.
"Biru, besok jangan lupa, ya"
Oh Tuhan, Kak Zidan memang orang yang paling tidak mengerti situasi saat ini, setelah mengucakan kalimat itu dan ku balas senyum tipis, Kak Zidan berlalu meninggalkan Tami dan Citra dengan mulut menganga. Mereka yang berada beberapa centi di depan ku lantas berbalik membuat ku berhenti berjalan.
"Tami, lo denger kan barusan?" ucap Citra sambil memandang ku tidak percaya
Tami masih menganga dan berusaha menghirup lebih banyak oksigen dengan mulutnya, dan sekarang ia malah nampak seperti ikan yang butuh air "Ga mungkin, semoga gue salah denger"
Sebisa mungkin aku bersikap santai dan kembali berjalan meninggalkan Tami dan Citra "Apaan sih lo, telat semenit bakal disuruh jelasin teori masuknya hindu buddha ama Bu Dewi baru mampus" jawabku mengalihkan pembicaraan
Tami dan Citra lagi-lagi menyusulku dan kembali memblokade jalan "Ru, sejak kapan lo bisa dekat ama Kak Zidan?"
"Nanti gue kasi tahu" ucapku berusaha kembali jalan
"Gue bersumpah. Tidur gue ga nyenyak, makan gue ga enak sebelum lo kasi tau semua dari awal" giliran Citra yang berbicara
"Lebay lo" ucapku seadanya
"Ru, cerita sekarang atau gue bunuh lo di tempat, eh jangan deng, cerita sekarang atau gue ama Citra bakal buang lo dari lantai dua" ancam Tami dengan nada serius
Aku memutar bola mataku akan perkataan Tami, dibuang dari lantai dua itu mempunyai resiko yang sama saja dengan dibunuh di tempat "Gue janji abis pelajaran Bu Dewi bakal cerita, beneran" aku meyakinkan sahabat ku itu dengan membentuk jariku seperti huruf 'v'
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Short Story[16/16 END] Apa jadinya berada dalam satu pesawat dengan cowok bernama Langit, cowok yang senang memberi tatapan intimidasi dan melontarkan kalimat menyebalkan. Bagi Biru, hari dimana ia berpisah dengan Langit adalah hari terindah dalam hidupnya, at...