an: holla im back! dapat bonus muka songong Langit hehe hope you like him, enjoy!
Lagu di radio terdengar jelas menemani keheningan yang sedari tadi meliputi kami berdua, jarak rumahku seketika menjadi jauh tidak seperti biasanya, aku masih diam tidak berani memulai percakapan dengan orang di sebelah.
"Ini di mobil, bukan di pesawat. Gausah tegang" ucapnya juga, memecah keheningan yang sedari tadi mengepung kami berdua
"Gue tau kali" jawabku sedikit ketus, seperti biasanya. Meskipun beribu pikiran di kepala ku yang masih menimbulkan tanda tanya dan sepertinya begitu susah ditebak
Langit berbicara pada Kak Zidan bahwa ia yang akan mengantar ku pulang, dan aku yang berperan sebagai objek tentu saja menolak itu, tapi Kak Zidan justru meng-iyakan dan beralih di pihak Langit. Maksudku, aku tidak tahu bagaimana jadinya jika harus berada dalam ruang gerak yang sama dengan Langit, lagi. Aku tidak tahan mendegar perkataannya yang menyebalkan, hal ini membuat aku berusaha menutup mulut enggan memulai pembicaraan, menghindari perdebatan seperti awal kami berdua bertemu.
Tapi Langit sama sekali tidak menunjukkan sifat dingin yang membuat ku naik darah, bahkan ia terkesan hangat dan banyak bicara. Aku tidak tahu pasti, yang jelas seharian ini cowok di sebelah ku sudah cukup membuat aku nyaris sulit bernapas karenanya. Aku tiba-tiba bertemu Langit dan itu sudah merupakan hal yang mengejutkan bagiku, belum lagi potret ku yang sengaja Langit pamerkan di pameran fotografinya yang masih menjadi tanda tanya besar. Karena ada aku? hahaha entahlah sepertinya ia ingin menggoda ku atau semacamnya, tapi andai Langit tahu, perkataannya itu sanggup membuat aku tidak bisa menahan senyum yang membuatku hanya merespon singkat "Hahahㅡ ngaco lu"
"Jadi.. Zidan siapa lo?" tanya Langit setelah menjeda
Aku masih menatap lurus jalanan yang ada di depan "Bukan siapa-siapa gue"
Aku tidak melihatnya, tapi dari ekor mataku, Langit terlihat menganggukan kepalanya tanda mengerti.
"Lo lagi ga lapar kan? satu yang gue tau dari lo adalah lo doyan makan" Langit berbalik ke arah ku di kursi penumpang dan untuk pertama kalinya aku membalas tatapan cowok itu
Matanya masih sama, sama ketika pertama kali aku menatapnya di ketinggianㅡentah berapa ribu kaki. Warnanya masih sama, sama ketika kami beradu tatap di antara bunyi bising mesin pesawat. Dan semuanya masih sama, matanya yang selalu ingin menembus dan mencari jawaban di kedua mataku.
"Ternyata waktu di pesawat lo diam-diam merhatiin gue ya?" tak tahan dengan sifat sok singkat membalas perkataan Langit, aku akhirnya meluncurkan serangan berusaha menggodanya
Ia tertegun beberapa saat "Gimana gue ga merhatiin lo, orang kita sampingan" jawabnya berusaha membela diri dan aku masih tertawa
"Tapi lo 'kan sampingan juga ama si bapak? tapi ga lo perhatiin tuh" tawaku makin menjadi karena ekspresi dongkol Langit yang terlihat lucu
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Short Story[16/16 END] Apa jadinya berada dalam satu pesawat dengan cowok bernama Langit, cowok yang senang memberi tatapan intimidasi dan melontarkan kalimat menyebalkan. Bagi Biru, hari dimana ia berpisah dengan Langit adalah hari terindah dalam hidupnya, at...