Mobil putih milik Langit berhenti, bersamaan dengan alis ku yang berkerut, seperti di atas kepala ku ini terdapat tanda tanya besar. Langit melepas seatbeltnya dan mulai mengemas beberapa barang bersiap untuk turun dari mobil.
"Kalo muka lo begitu rasanya pengen foto lo lagi tau ga" Langit berujar mencari kamera polaroidnya.
"Kok kesini sih?" aku masih menatap Langit heran berharap cowok itu memberi sedikit penjelasan.
Krek!
Langit mengarahkan kameranya padaku dan apalagi yang bisa cowok itu lakukan selain tertawa? sementara aku malas melakukan perlawanan seperti tadi, toh lagi-lagi cowok itu akan menyimpan foto itu di dashboard mobilnya, dan kapanpun ia bisa kembali tertawa dengan ekspresi ku yang bisa dibilang aneh itu.
"Mau ngilangin puyeng abis ulangan 'kan? ayo turun" Langit memasukkan hasil jepretan dan kamera polaroid ke dalam tas ransel sekolahnya yang siapapun melihatnya tahu kalau tas itu sama sekali tidak mempunyai berat yang berartiㅡtipikal cowo malas belajar.
"Iya tapi ga kesini juga.." Aku berujar pasrah sambil turun dari mobil.
Aku dan Langit bersisian masuk ke dalam area salah satu taman bermain outdoor di Bandung, setelah tadi cowok itu mengtraktir tiket untuk masuk. Masih mengenakan seragam sekolah dan masuk ke dalam Taman bermain ini bisa jadi hal gila yang Langit lakukan. Hal yang mungkin tidak akan pernah ku tahu dari seorang Langit adalah menebak jalan pikirannya.
"Gimana kalau kita mulai dengan wahana yang esktrim?" Langit menghentikan jalannya dan menatap ku yang hanya setinggi bahunya
Aku balik menatapnya, kilatan bahagia terpancar jelas dari mata cowok itu "Sure"
Karena hari ini bukan hari libur, tentu saja wahana bermain outdoor ini terlihat sepi pengunjung, antrian dari tiap wahana sangat pendek dan tidak sepanjang hari libur biasanya.
Yang pertama kami naiki adalah roller coaster. Aku menarik tangan Langit duduk dibarisan paling depan roller coaster, Aku memberinya tatapan menantang dan dia balas menatap seperti 'siapa takut?'
Pegawai taman bermain memberi instruksi bagi penumpang untuk segera memasang pengaman. Tanpa aba-aba Langit memasangkan pengaman untuk ku dan memastikannya aman, setelah itu dia memasang pengamannya sendiri.
"Thanks" aku berterima kasih dan dibalas senyum manis milik Langit. Oh tuhan, andai saat pertama kali bertemu, Langit memberi senyum manis dan bukannya senyum meremehkan tempo hari, pasti aku sudah jatuh pada detik ke tiga aku melihat senyum itu.
Setelah memastikan seluruh penumpang memakai pengaman dengan benar, pegawai tersebut memberi aba-aba dan perlahan roller coaster mulai berjalan.
"Jangan bilang naik, naik, lagi" Langit terkekeh pelan saat di depan kami terdapat tanjakan, mungkin ia mengingat kebiasaan ku pada saat pesawat akan lepas landas.
"Iya, iya ga kok" aku menatapnya risih dan perlahan roller coaster makin menanjak membuat aku makin tidak sabaran kapan roller coaster ini berada di puncak.
Angin bertiup cukup kencang bersamaan dengan roller coaster yang berhenti karena barisan terdepanㅡaku dan Langit yang sudah mencapai puncak tanjakan yang kapan pun siap membawa kami ke bawah.
"Gila!" aku berteriak saat roller coaster dengan kecepatan tinggi itu menuruni tanjakan dan segera berbelok kesana kemari mengikuti jalur.
Sementara Langit tertawa senang dan melambaikan tangannya di udara "Woooo"
Roller Coaster masih bergerak kesana kemari membuat penumpang mengikuti arusnya, ada lintasan terbalik yang sungguh sangat menyenangkan.
Wahana cukup ekstrim tersebut akhirnya berhenti dengan aku yang masih tertawa kegirangan karena sensasi saat roller coaster terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Storie brevi[16/16 END] Apa jadinya berada dalam satu pesawat dengan cowok bernama Langit, cowok yang senang memberi tatapan intimidasi dan melontarkan kalimat menyebalkan. Bagi Biru, hari dimana ia berpisah dengan Langit adalah hari terindah dalam hidupnya, at...