Alarm pagiku berbunyi. Aku merasakan cahaya menusuk mataku melewati sela-sela gorden toska serasi dengan pulkadot pinknya. Kukucek mataku akibat cahaya yang menusuk terlalu tajam. Aku berdiri dan menutup gorden serapat mungkin dan kembali lagi diatas kasur hangatku. Kupeluk boneka teddy besar di sampingku. Mmm... nyaman sekali.
Ceklek.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Terasa berat untukku membuka mata. Kuhiraukan siapa saja yang membuka pintu kamarku. Terdengar suara langkah yang diseret mendekatiku.
"Bangun... hei bangun! Friska!" kuhiraukan saja. Terasa tubuhku berguncang ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba aku merasa lembab di keningku. Aku membuka mata dan mendapati sosok gagah di hadapanku. Aku menatap mata itu lekat. Mata itu mengingatkanku pada seseorang. Papa.
Tak kusangka aku merasa mataku panas. Cairan bening menjelajahi wajahku. Aku menundukkan kepala. Tangan kanan Reza mengangkat daguku. Tangan kirinya mencoba manghapus air mataku dengan ibu jarinya. Wajahku memanas. Aduh! Ini sangat berbahaya. Bagaimana bisa Reza membuatku blushing di pagi hari begini?.
"Ck, blushing!" ketus Reza. Dia menjepit hidungku dengan jari telunjuk dan jari tengahnya sebelum ia keluar kamarku.
Kurasakan tubuhku menegang. Ku palingkan wajahku ke depan kaca. Aku blushing dan itu memalukan.
Reza pernah mengatakan padaku bahwa ia tidak suka melihat wanita yang mudah blushing dan cengeng. Aku masuk dalam kireteria wanita seperti itu. Tapi, kenapa Reza menerimaku ya?. Pertanyaan itu terus mengambang dan berputar-putar di otakku meminta jawaban.
Ceklek.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka lagi. Menampilkan wanita paruh baya yang berumur sekitar 40 tahun. Ya, wanita itu adalah mamaku.
"Loh, anak mama kok belum siap? Reza udah nunggu dari tadi di ruang utama! Kasian!" perkataan mama membuatku tersentak melompat. Aku berlari kecil mengambil handuk dan masuk kamar mandi. Ku lihat dari sudut mataku mama menggelengkan kepala dan langsung pergi.
*****
Reza POV
Lama sekali dia. Aku menunggu di ruang tamu rumah Friska selama 1 jam. Dan ia tidak muncul-muncul?. Padahal tadi aku membengunkannya. Meski harus menciumnya dulu. Meskipun hanya cium kening, tapi itu adalah pertama kalinya aku mencium seorang perempuan selain bunda.
Suara derak kaki sampai di gendang telingaku. Ku dongakkan kepalaku. Menampakkan seorang gadis yang cantik. Dia memakai sepatu coverse, sweeter biru tua, rok selutut, dan rambut yang tergerai. Wow, pemandangan yang indah. Aku tak sabar untuk menghancurkan hidupnya. Kurang berapa hari ya? Semoga secepatnya karena aku tak mau jatuh cinta padanya. Bisa-bisa namaku sebagai best agen tercoret. Ish! Membayangkannya saja membuatku merinding.
"Sudah puas memandangiku?" suara cempreng milik seorang gadis membuyarkan lamunanku. Tampak ia sekarang ada di hadapanku. Dekat sekali. Dasar tolol!.
"Sudah selesai? Jam berapa ini? Tidak ingin lebih lama lagi?" tanyaku ketus. Tampak ia terkejut. Ia langsung mengangkat tangan kirinya. Melihat jam yang ia pakai.
"Hehehe maaf" ucapnya cengengesan.
*****
Dari tadi Friska berayun di lenganku dengan manja. Ia menghiraukan tatapan pengunjung mall yang melihatnya dengan tatapan seperti pelacur. Aku tak suka melihat orang-orang yang menatapnya seperti itu. Apalagi para pria yang lewat sedari tadi bersiul menggodanya tapi, dia tidak sadar. Ck, ada apa dengan gadis ini. Ya ampun.
Author POV
"Hei! Bisa kau lepaskan tanganmu dari lenganku?" ucap Reza santai sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang.
"Kenapa memang? Kau kan pacarku!" gerutu Friska.
"Kau tidak melihat orang-orang yang melihatmu seperti itu?" tunjuk Reza pada salah satu orang yang menatapnya sedari tadi.
Friska mengernyit. Reza menunjuk lelaki itu dengan dagunya. Tampak sosok pria itu melihatnya dengan tatapan lapar pria mesum. Tak menunggu waktu lama Reza menarik tangan Friska dengan kasar dan tergesa-gesa.
"Apa sih?!" teriak Friska sambil melepas tangan yang ia pikir merah.
"Dimana matamu?! Jangan bertindak bodoh lagi! Kau mengerti?" bentak Reza.
"Kenapa kau marah-marah padaku? Memang salah aku bertindak manja denganmu? Kau kan pacarku. Jadi itu sudah wajar kan?" katus Friska tak kalah berteriak kepada Reza.
Reza tampak mengeram menahan emosi. Rahangnya mengeras. Serta tangannya terkepal. Sedangkan Friska, air matanya sudah tak bisa dibendung lagi. Tapi, ia masih kuat menatap Reza dengan geram.

KAMU SEDANG MEMBACA
Disguise
RandomFriska Alluna Valeandro ya, itu namaku. Tak perlu kau panggil semua, panggil Friska saja. Disinilah aku, hidup di tengah-tengah kepingan guci yang mahal. Tentu aku tidak bisa hanya berdiam diri dan membiarkan diriku terjebak di kepingan guci yang se...