Part 6

52 9 1
                                    

Reza POV

"Kenapa kau meminta maaf sayang?" jujur aku sangat geli mendegar ucapanku sendiri.

Tapi, aku sudah memutuskan untuk membahagiakan Friska selama seminggu ini agar ia tidak sedih saat ibunya meninggal nanti. Ku harap berhasil.

Tampak ia terkejut. Kepalanya langsung mendongak menatapku tidak percaya. Matanya membulat. Mulutnya terbuka lebar. Ya ampun gadis ini.

Kulajukan mobil kesayanganku. Mengingat sudah mepet jam 4.

"Friska, kita ke bandara dulu ya?" tanyaku lembut tanpa memandang Friska. Fokus dengan jalanan didepanku.

"E-e-ehm. Ya. Ya boleh" katanya terbata-bata.

*****

Setelah sekian menit perjalanan menuju bandara dengan keadaan sunyi dan hanya ditemani suara radio, akhirnya aku dan Friska sampai di bandara.

*****

"Jibran!" teriakku.

Jibran menoleh menatapku. Ia tampak terkejut.

"Wow! Reza you so handsome dude!" cetus Jibran sambil mengapit leherku. Kebiasaan.

"Oooo. Who is she? Your girlfriend? Wow! She so pretty!. Aku tak menyangka seleramu bagus juga. Ahahahahahaha-mmpht" kubungkam mulutnya. Kebiasaan. Banyak bicara.

"Hai" sapa Friska sambil tersenyum manis.

"Hai juga" balas Jibran antusias. Ia langsung menarik tangan Friska. Digenggamnya tangan mungil itu cukup lama. Huft, aku muak. Ku lepas paksa tangan Jibran. Ku genggam lembut tangan Friska.

"Jangan terlalu lama" ketusku.

Jibran terkekeh. "Kau tidak berubah" katanya sambil menepuk bahuku. Kutinggalkan saja dia. Kutarik lembut tangan Friska yang masih ada di genggamanku.

"Reza! Kau jahat! Meninggalkanku sendiri! Dasar tukang selingkuh!" teriaknya. Aku terkekeh geli. Dari dulu dia tidak punya malu.

*****

Author POV

Reza dan Friska memasuki mall besar di daerah Jakarta. Setelah mengantar Jibran pulang, mereka berencana makan malam.

"Friska kau mau makan apa?" tanya Reza lembut. Sedari tadi, tangannya tidak pernah lepas menggenggam tangan Friska. Walau ia menyetir pun tangannya masih saja menggenggam tangan Friska.

"Emm, Reza apa kau baik-baik saja?" tanya Friska ragu. Ia menggigit bibir bawahnya. Tangannya yang bebas terangkat dan menempelkan punggung tangannya di kening Reza.

Em, tidak panas. Batin Friska.

Reza menggenggam tangan Friska yang ada dikeningnya. Menurunkannya kembali.

Reza tersenyum manis "Aku baik-baik saja sayang. Bagaimana kalau kita makan nasi goreng seafood? Sepertinya enak" Reza hendak menarik tangan Friska kembali. Tetapi, Driska menahannya.

"Kau tadi panggil aku apa?" tanya Friska penasaran. Ia ingin memastikan kalau ini hanya ilusi telinganya saja karea mana mungkin seorang Reza mengatakan itu. It's immposible. Matanya menyipit. Memandangi Reza secara intens.

Reza menghela nafas panjang. "Sayang" balas Reza singkat. Tangannya kembali menuntun Friska masuk ke dalam sebuah restoran.

*****

Friska POV

Reza benar-benar aneh hari ini. Mungkin ia salah makan. Atau dia sakit? Ya ampun jangan sampai. Tapi, aku yakin besok pagi ia akan menjadi Reza yang sebenarnya.

"Hoam" aku benar-benar mengantuk. Waktunya tidur!!"

*****

Reza POV

Setelah mengantar Friska pulang, aku langsung pergi ke rumah lamaku. Mengguyur tubuhku dengan air hangat. Berharap rasa letih hilang seketika. Ternyata berhasil. Syukurlah.

Sambil mengeringkan rambutku yang basah dengan handuk, aku memandangi kealender yang ada di meja kerjaku. Sekarang hari jum'at tanggal 6 kalau ditambah seminggu berarti ibu Friska akan meninggal hari jum'at tanggal 13 pukul 19:00.

Aku tertawa dalam hati. Aku memang brengsek. Memanfaatkan seorang gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Tidak apa Reza. Everything will be okay. Jika kau sudah membunuh ibu Friska, orang tuamu akan kembali ke pelukanmu.

Huft, sebaiknya aku tidur dan bermimpi indah. Sudah lama aku tidak tidur di rumah ini.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Maaf kalau ada typo >-<

DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang