Part 9

47 11 0
                                    

"Iya bos ada apa?" tanya Reza sambil membungkukkan badan ke arah pria yang dipanggil boss tersebut. Pria tersebut menatap tajam Reza.

"Kau tau apa salahmu?" tanya boss dengan suara yang amat sangat tenang. Punggungnya menempel di kursi kebesarannya. Bajunya nampak sangat pas di tubuhnya walaupun sudah berumur senja. Sisa ketampanan di usia muda masih melekat di wajah keriputnya.

Reza tersenyum sinis. "Bos, aku tidak melakukan kesalahan. Justru Jibran yang membuat masalah disini." Cetus Reza dingin.

Perkataan Reza berhasil membuat darah boss naik. Pria tua itu langsung berdiri tegak. Kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya. Giginya bergeletukan. Menandakan bahwa si empunya sedang marah besar.

BRAKK.

Suara itu berasal dari meja yang dipukul boss. Walaupun sudah tua tetapi tenaganya masih sangat kuat. Reza terkejut. Matanya melotot. Ia takut menghadap bosnya itu.

"BERANINYA KAU ANAK GILA!!!! KAU TIDAK PERNAH TAU DIRI!!! KAU TAU APA YANG KAU KATAKAN AKAN MENGAKIBATKAN ORANG TUAMU DALAM BAHAYA?!" bentak bos kesetanan. Ia tidak terima jika anaknya disalahkan seperti itu. Orang-orang tidak tau saja seberapa menderitanya Jibran anak satu-satunya yang masih menghembuskan nafas di sisinya.

"Emm... ma-maaf boss" kata Reza. Ia menundukkan kepalanya takut. Badannya pun ikut bergetar. Sial!. Ia sangat kesal dengan dirinya yang tidak bisa menahan emosi. Hanya karena Friska menyampakkannya bukan berarti ia merelakan kedua orang tua yang ia sayangi dalam bahaya.

Boss mulai tenang. Tubuhnya kembali rileks. Ia duduk kembali di kursi kebesarannya. Sebenarnya, ia tak mau memarahi Reza seperti ini. Ia sudah menganggap Reza sebagai anaknya sendiri. Selama Jibran di London, Reza selalu menemaninya. Entah itu makan, membeli sesuatu, atau hanya sekedar menemaninya ngobrol.

Kedua orangtua Reza adalah sahabatnya. Dahulu, saat Reza masih berumur 14 tahun, ia selalu menemani Reza bermain. Entah itu FIFA, basket, layang-layang, atau apapun itu. Dahulu ia lebih dekat dengan Reza dibandingkan dengan anaknya sendiri. Mungkin ini kesalahannya yang tidak bisa menjaga anak-anaknya dengan benar. Alhasil, kedua anaknya pergi meninggalkannya didunia ini dengan kehampaan. Hidupnya hancur saat itu. Tapi, bertambah hancur lagi saat tahu bahwa istri yang ia cintai bunuh diri karena frustasi.

Semenjak itu ia menjadi orang pendendam. Ia tak akan membiarkan orang yang telah membunuh anak dan istrinya itu hidup damai. Kematian harus dibalas dengan kematian juga bukan?. Ia juga bertekat akan menjaga Jibran dengan sebaik-baiknya. Harta satu-satunya yang ia miliki. Ia merasa memiliki dosa besar kepada sahabatnya karena telah memisahkannya dengan anak satu-satunya yaitu Reza.

Ketukan pintu membawa kembali kesadaran boss yang melayang ditelan waktu. "Masuk" katanya tegas. Orang yang berada di balik daun pintu itupun masuk. Reza masih setia memandangi wajah boss yang datar tanpa emosi. Tapi, ketika mata boss melihat ke arah orang tersebut ia langsung tersenyum miring.

Kepala Reza langsung di datangi banyak pertanyaan. Ia penasaran siapa orang yang baru masuk ke ruangan boss. Ia menoleh melihat orang itu. Wajahnya langsung pias. Matanya melotot sempurna. Badannya juga ikut bergetar. Ia tak percaya apa yang ia lihat saat ini. Benarkah ini?.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Terima kasih sudah membaca. Maaf kalau ada typo. Oh ya, maaf setelah ini kayaknya bakalan update lama. Soalnya aku udah masuk sekolah. Habis ini bakal sibuk pasti. angan lupa vote and comment guys >-<"

DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang