12 (Pilihan)

131 18 6
                                    

Hai peeps! <3

Happy reading <3 <3

.

.

.

"Dia minta ID LINE lo, Rin." Jawabnya cengengesan. Aku menganga dan mematung. Lalu mengedipkan mataku dua kali. Menguras habis jus jambu yang baru diantar bu Tri.

"HAH? SERIUS ZA?" Revi berdiri saking antusiasnya dan hampir saja menumpahkan jus jeruknya. Bisakah dia memelankan suaranya itu? Lihat, berapa pasang mata yang kini memerhatikan kami. Aku melihat Andre sekilas. Dia tampak enjoy saja dan mengobrol dengan romobongan amburadulnya.

"Hahahaha." Aku tertawa getir. Selamat datang di neraka, Airinna.

Setelah kami puas berbincang-bincang, kamipun beranjak dari kursi kantin lalu menuju kelas. Berniat melanjutkan obrolan tak berbobot itu di kelas. Tentunya dengan personil kami yang lebih lengkap. Personil? Sebut saja begitu.

Baru saja bokongku menempel di kursi dan akan memutarnya ke belakang, Jordy menginterupsi.

"Perhatian semua!" suaranya kali ini terdengar tegas. Semua siswa terlihat antusias. Karena, Jordy sebelumnya tidak pernah seserius ini mimiknya.

"Ada apaan, Dy?" Aga mengomentari.

"Jadi, nanti diakhir tahun pelajaran, sekolah kita ada event. Seluruh siswa kelas X dan XI wajib ngikut event ini."

"Lah, Dy! Gue mau pulang kampung abis UAS. Males ah." Keluh Revan.

"Udah diem dulu. Gue jelasin lebih rinci." Siswa perempuan terlihat anteng sekali. Tumben. "Jadi, nama eventnya itu Festival Budaya. Temanya "Keragaman Budaya Dunia", nanti ada perwakilan kelas yang disuruh kumpul dan nanti harus ambil undian. Misal kita dapet negara Korea, nah kita harus bikin stand budaya-budaya dan segala macem tentang Korea, gitu." Sebagian besar siswa sangat antusias. Ini adalah event ketiga kami setelah Bulan Bahasa dan Pekan Olahraga.

"Gue setujunya sih Korea. Semoga aja dapet Korea. Entar lo pada yang cowo bakal kayak boyband EXO. Uuh Kai-oppa, Baekhyun-oppa, D.O, OMG!!." Ceplos Feli yang matanya sudah berbinar itu. Hanna menjitaknya sebal.

"Gue sih gak setuju. Ya gak, bro?" ucap Alfan sambil mengangkat dagunya. "Gue setujunya Jepang. Biar nanti lo orang pose kayak Miyabi. Hahaha"

"Woah setuju gue kalo itu, mah!" Revan yang mulanya tidak setuju, kali ini semangatnya membara. "Gravure, hahahah anjir!" Tawanya menggelegar.

"Gue pilih Airin, Eliza, sama Jessie. Hahaha.." Aku memandang Aga jijik. Jessie sudah ngamuk memukuli Aga.

"Anjir lo menang banyak." Protes Farel.

"WOOOIII! Udah, geh! Sekarang gue bakal kasih tau lomba dan pamerannya." Semua siswa tenang kembali. Ajaib. "Jadi, Festival ini berlangsung selama tiga hari. Setiap hari, kalian harus tampil. Nih gue bacain. Hari pertama ada solo song dan tari-tarian. Hari kedua, ada drama dan penilaian lomba fotografi. Nah, fotografi itu temanya "Dibalik Layar", jadi sebelum festival, bagi yang jadi perwakilan fotografi, harus udah ngumpul fotonya ke panitia. Di hari terakhir ada fashion show dan malemnya ada api unggun." Jordy mengambil napas panjang, lalu membuangnya.

"Api unggun abis festival? Wah ntap tuh buat nembak cewek. Asooyyy!" Gerrard cengengesan. Revi langsung memelototi Gerrard tajam, lalu mengabaikan rayuan receh Gerrard.

"Terus, selama tiga hari itu kita bikin stand dan harus ada makanan dan penjaganya harus pake pakaian khas negara itu. Misalnya kelas kita kebagian Meksiko, kita jualan nachos dan pake baju Meksiko. Kalo kita kebagian Perancis, kita jual croissant. Ngerti? Menunya juga bisa ganti-ganti. Biar gak bosen. Lusa gue sama Revan aja ya yang wakilin kelas buat ambil undian."

PEMBATAS BUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang