21 (Bennedict Talk's)

143 7 3
                                    

So, happy reading ma luv <3

.

.

.

@Cjoanda udah, kak. Makasih ya :)

Semenit setelah aku membalas mentionnya, ponselku berdenting lagi.

From : +628123456XXXX

Ini Joanda.

Seketika aku batuk darah dan mimisan. Okay, just kidding guys!

To : +628123456XXXX

Ya, kak? Ada perlu?

(send)

Tak lama setelah itu,

From : +628123456XXXX

Gpp. Save aja. Kalo ada perlu ttg OSIS kan bisa lngsung sms.

Sekedar hubungan ketua OSIS dan anggotanya, Airin! Tidak lebih!

Kemudian, aku tak tahu harus membalas atau tidak. Point pentingnya sudah kulakukan, yaitu menyimpan nomornya, dan clear. Aku tidak perlu gelisah atau bingung memikirkan darimana kak Jo mendapatkan nomorku. Karena kemarin seluruh pengurus OSIS dimintai nomor HPnya agar mudah memberi tahu tanpa harus menghampirinya di kelas atau memanggilnya lewat pengeras suara.

Ting.

Aku membuang napas panjang.

From : VII A Fira

Urgent!

Hah? Apa maksudnya urgent? Aku buru-buru menscroll pesannya.

Please tlong, rin. Aku bner2 gk berdaya.

Kerjain tugasnya bu Ria dong. Imajinasiku bner2 gk mengalir. Mampet bgt. Please bsok gambarin. Please (/≥ὠ≤)/~~~

To : VII A Fira

Traktir makan siang tmpt mbak Sisri, y?

_

"Fir, ada setan apa sih kok tiba-tiba kamu traktir Airin?"

"Yee, aku mah udah sering traktir Airin."

"Apaan dah? Orang baru dua kali ini, kok," ucapku sambil menyendok lontong yang akan kulahap. "Si duo serigala tumben gak ngintil, kenapa?"

"Bawa bekal dia. Kembar lagi tempat bekalnya." Bella mengembuskan napas lesu. Aku dan Fira mengangguk kecil, lalu fokus kembali pada makanan masing-masing.

Sepuluh menit kemudian, ponsel Fira dan ponselku berdenting bersamaan.

"Biasanya, kalo bareng gini, operator, Fir!" ucapku sebelum mengecek siapa si pengirim pesan. Sedetik kemudian,

"Operator OSIS yang ada," Fira memprotes. "Hah? Abis ini kita rapat? Astoge, kok ndadak banget sih mbak Tata ngasih taunya?"

"Biasanya emang gak mendadak?" tanyaku pada Fira.

"Yowes lah, selesaiin makan dulu. Mbok nanti laper pas rapat."

Kami berpisah dengan Bella di depan ruang OSIS. Membiarkan Bella melanjutkan perjalanan ke kelas sendiri. Saat kami memasuki ruang OSIS, seperti biasa, penyakit tidak tepat waktu selalu saja menyerang.

"Safera! Kamu baru dateng, kan?" tanya kak Jeje sambil mendekat.

"Iya, kak. Kenapa?"

"Tolong umumin lewat pengeras suara ya kalo sekarang kita mau rapat."

PEMBATAS BUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang