20 (Tempat Bersejarah)

151 6 3
                                    

Kemaren aku udah janji ya kan? Kalo readers 50 dan vote 5 di next? Aku ga boong yaaa, :p
Yaaay! Part 20! Gak kerasa udah lumayan banyak :')

So, nikmati ceritaku yang TIDAK nikmat ini!! :*

.

.

.

Sudah lewat sebulan sejak pelantikan pengurus OSIS dan bergabung nya aku di ekskul olimpiade biologi. Dua kegiatan yang bertolak belakang. Kegiatan di OSIS sudah mulai padat, dari menyusun program kerja, meminta persetujuan pembina OSIS, dan meminta tanda tangan kepsek. Program kerja pertama kami adalah koperasi kejujuran yang setahun belakangan sempat tidak berjalan. Jadi tahun ini kami akan membangkitkan koperasi kejujuran lagi, yang pasti perjalanan yang cukup panjang hanya demi sebuah koperasi.

Jujur saja aku lumayan kewalahan mengimbangkan keduanya. Tapi apa gunanya niat tanpa berjuang?

"Airin!"

"Airin!" tubuhku berguncang pelan. Aku membuka mataku perlahan. Silau, aku menyipitkan sebelah mataku.

"Badan kamu panas. Ke UKS aja, yuk! Aku anter," kata Bella sambil memegangi ujung lenganku. "Ayo, sebelum kamu ngigo lagi," lanjut Bella dengan raut wajah khawatir. Aku membolakan mata. Lalu menegakkan tubuhku spontan, namun terasa lemas.

"Serius?" tanyaku. Kulihat Fira hanya menaikkan bahu dan alisnya bersamaan.

"Udah lah jangan banyak tanya. Ayo Fir bantu Airin berdiri," kata Bella lagi. Akhirnya aku dibantu Bella dan Fira menuju UKS.

Tinggal beberapa belas langkah lagi sampai di pintu UKS, suara yang tidak asing ditelingaku terdengar.

"Safera!" Kurasa, Bella dan Fira sama-sama menoleh ke sumber suara. Karena langkah kami terhenti seketika. Langkah kaki itu semakin mendekat sampai suara embusan napasnya terdengar.

"Airin kenapa?" tanyanya.

"Badannya panas, kak!" jawab Bella.

"Yaudah biar gue aja yang bawa Airin ke UKS. Kalian ke kelas aja," kami bertiga berpandangan sejenak. Lalu tanpa kata-kata perpisahan, Bella dan Fira ngacir begitu saja.

Sesampainya di UKS, aku melepas sepatuku dan merebahkan tubuhku di ranjang UKS.

"Makasih ya, kak. Ngerepotin banget," ucapku tanpa melihat wajahnya.

"Oh, santai aja kali." "Eh, ini mbak Cecil dimana, sih?" Sedetik kemudian, " Aku cari dulu mbaknya, kamu sendirian gak papa, kan?" aku mengangguk.

Siapa sangka aku akan bertemu kak Jo di depan kantor guru? Dan selanjutnya dia yang membopongku ke UKS? Siapa sangka?

Aku mendengar suara langkah kaki mendekat,

"Mbak Cecil lagi sarapan, jadi gak bisa kesini," ucapnya sambil membuka lemari obat. Lalu dia menyodorkan sebutir parasetamol dan dua butirnya lagi dibungkus plastik obat.

"Minum yang sebutir, yang dua buat diminum di rumah."

"Makasih kak," ucapku sambil tersenyum tipis.

"Makasih terus, deh. Udah kewajiban ketua OSIS kalo ada anggotanya yang sakit, harus dibantu."

Jadi ini sekedar hubungan ketua OSIS dan anggotanya, tidak lebih.

"Eh, gue disini aja gak papa, kan? Soalnya tadi mbak Cecil pesen kalo gue suruh jaga UKS sebentar." Mau sebentar, satu jam, dua belas jam juga gak papa, kak. Rejeki mah jangan ditolak.

"Iya kak, gak papa." Lalu kak Jo duduk di meja tempat biasa mbak Cecil duduk.

Hening.

Kak Jo maupun aku sama-sama diam. Hanya terdengar suara desir angin dan suara langkah kaki yang berlalu lalang. Tiba-tiba kak Jo mengeluarkan buku kecil dan sebuah pena dari saku OSISnya. Entah menulis apa, aku tidak tahu.

PEMBATAS BUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang