part20

356 16 0
                                    

sebulan kemudian

Sudah dua belas menit yang lalu gadis itu menunggu seseorang yang akan mengantarkannya pulang. Biasanya ia akan pulang dengan sepedahnya, tapi selama ia jadian, ia tak membawanya karena Reyhan selalu memaksanya untuk bareng jika ia tak bolos. Reyhan kalau mau bolos bilang dulu, lewat sms atau telpon kalau ada pulsa, bukan nya ia tak punya uang, hanya saja ia terlalu malas beli pulsa yang berjarak lima langkah dari rumahnya. Tentu saja jika ia bolos Vevi yang akan repot membuat surat ijin palsu untuk menyelamatkan absensi nya.

Vevi masih setia ditempatnya, di halte yang sudah sepi beberapa menit yang lalu. pandangannya masih menatap lurus gerbang sekolah, ingin memastikan bahwa lelaki itu tidak akan pulang terlebih dahulu. Tapi ia yakin Reyhan tidak akan seperti itu. Mobil hitamnya pun masih terparkir dengan damai diujung sana.

sudah kesekian kalinya Vevi menghembuskan nafas. Rasa kantuk nya pun tak dapat ia tolak lagi. Ia menyenderkan kepalanya di tiang besi lalu memejamkan matanya secara perlahan hingga--

"Sorry, nunggu lama." dilihatnya Reyhan yang menyembulkan kepalnya dikaca mobil.

Vevi mengangguk dan segera bangkit dari duduknya. Lalu menepuk-nepuk bajunya, membenahi diri.

Vevi segera mendaratkan pantatnya di jok empuk. Dilihatnya dasbor mobil, tergantung sebuah kacamata jadul. Matanya mulai keliaran seperti mencari sesuatu. Ia baru menyadari kalau jok mobil Reyhan bewarna hitam-merah, banyak yang sudah di modif oleh Reyhan sehingga mobil ini terasa begitu nyaman dan terlihat keren-

"Pakai sabuk nya." ucapan Reyhan membuyarkan pikiran Vevi tentang mobil.

Vevi baru menyadari ternyata mobil Reyhan sejak tadi belum berjalan, "Iya, maaf," kata Vevi seraya memakai sabuk ke badannya.

"Kita makan dulu, ya." Reyhan mulai menginjak pedal gas nya dan perlahan mobil melaju dengan kecepatan sedang.

"Terserah," Vevi mengeluarkan hp nya yang bergetar di saku
Lalu dilihatnya sepuluh pesan yang belum dibacanya.

Kedua alis menaut. Banyak pesan yang dikirim Petra, satu persatu pesan dibaca. Inti dari pesan tersebut adalah Petra yang ingin mengajaknya bertemu.

"Vev, denger gak?"

"Ya? tadi bilang apa?" Vevi terlalu sibuk dengan pikirannya tentang Petra. Membuat ia tidak mendengar omongan Reyhan.

"Lupain aja." Reyhan mulai kesal dengan sikap Vevi yang Acuh.

"Maaf, yaudah ulangin sekali lagi." pinta Vevi, seraya menghadap Lelaki itu dengan senyuman. Ia menunggu ucapan yang akan dilontarkan Reyhan.

"Gak ada pengulangan. Udah sana main hp lagi." Jawab Reyhan cuek.

Vevi menahan senyumnya, Terlihat lucu ketika melihat Reyhan yang menekuk wajahnya karena kesal. "Ceritanya marah, nih? yaudah."

"Siapa yang marah?" Elak Reyhan.

"Itu... mukanya jelek banget." ledek Vevi seraya menekan-nekan hidung Reyhan. Berusaha membuat laki-laki itu tersenyum

Reyhan menepisnya. "Diem Vev, lagi nyetir gua."

Vevi menyerah. Ia menatap lurus kedepan, dan suasana hening menyelimuti mereka. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Permasalahan-permasalahan kecil sering mereka alami. Sampai akhirnya-

"Maaf, Han." Vevi mengalah. Salah satu dari mereka memang harus mengalah, dan kali ini pemikiran Vevi yang lebih cepat merespon, tau bahwa ia yang salah. Kadang Reyhan juga meminta maaf, tapi lebih sering Vevi.

Reyhan tak merespon. Hanya mendengarkan sesekali melirik Vevi. Berpura-pura sibuk menyetir.

----

keep bad boy [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang