Part21

344 15 1
                                    

Pagi yang cerah berawan membuat suasana begitu tampak tentram. Suara teriakan dari para gadis yang senantiasa berceloteh perlihal apa yang dilakukan hari ini, cowok seperti apa yang cocok, hingga perlengkapan para wanita untuk mempercantik diri mereka. Lalu suara berat milik para pria yang tertawa lebar, merangkul sahabatnya berjalan melewati para gadis, tak ketinggalan siulan nakal pun keluar dari mulut saat mencoba menggoda para gadis.

Namun hanya satu yang terlihat tenang dan merasa begitu damai menikmati semilir angin yang bertiup. Vevi duduk dipinggir lapangan tanpa alas yang melindungi rok abu-abunya. Tubuhnya ia senderkan di pohon besar sambil meluruskan kakinya. Tangannya begitu asik memainkan pulpen, menulis sesuatu dibuku kecil.

"Kira-kira Reyhan telat lagi gak ya? atau dia mau bolos lagi?" gumam Vevi lalu tertawa kecil. Lucu mengingat muka Reyhan yang panik ketika telat.

Seseorang menepuk pundak Vevi pelan. "Eh, ngapain lo disini? sebentar lagi mau bel."

Vevi menoleh. Dilihatnya kintan yang tampak bingung dengan aksi Vevi. "Reyhan udah masuk belum, ya?" tanya Vevi

"Mana gue tau." jawab Kintan sambil mengendikan bahu acuh. "lo udah bikin surat palsu?" sambung kintan. Vevi memang sering membuat surat palsu untuk menyelamatkan absensi Reyhan.

Vevi pun tak keberatan sama sekali, ini pekerjaannya. "Udah gue siapin." Vevi melihat sekeliling murid yang terlihat hilir mudik disekitar lorong, siapa tau ada Reyhan diantara mereka. "Tapi, kalau Reyhan bolos pasti dia sms." sambungnya lagi

"Gak punya pulsa kali. Lo kaya gak tau Reyhan aja. Udah yuk masuk." Ajak kintan

Vevi mengangguk dan melangkah pergi menuju kelasnya.

◎◎◎◎◎◎◎
Reyhan membanting stir nya ke arah kanan. Ia menambah kecepatan mobilnya menjadi 60km/jam, ukuran untuk jakarta sangat cepat, mengingat padatnya jalan raya. Setelah sampai di gang Vevi, ia segera turun dan berlari sekencang mungkin memasuki gang yang dipadati penduduk dengan aktivitas dipagi hari.

"Vevi..." Reyhan berulang kali mengetuk pintu Vevi tak sabaran

"Maaf, mas. Vevi nya udah berangkat dari tadi." Salah satu tetangga Vevi keluar dari rumah dan memberitahu Reyhan.

Tanpa ucapan terimakasih, Reyhan langsung berlari keluar gang dan kembali menaiki mobilnya.

"Pulsa pake habis segala lagi." keluh Reyhan didalam mobil

Reyhan memparkir kan mobil nya didepan warung tak jauh dari sekolahnya. Ia berlari kesisi belakang sekolahnya, dengan lihai Reyhan dapat melewati gerbang belakang tanpa suara.

ia mengawasi keadaan sekitar, "Aman." gumamnya, lalu berlari sekencang mungkin

"Reyhan, berhenti!"

Teriakan seseorang membuat Reyhan berhenti sejenak lalu menoleh kebelakang, "Anjrit, bu jun." Reyhan kembali melanjutkan pelarian nya namun terhenti karena menabrak sesuatu.

"Mau kemana lo, kabur?"

Reyhan merasakan bahunya dicengkram kuat, "Lepasin gua!" Reyhan memberontak

"Diem lo, gak guna lo minta lepas. Gue gak bakal biarin hidup lo enak terus." Ucap Diki dingin

"Santai bos..." Reyhan menyingkir kan tangan Diki dipundaknya. "Jangan mentang-mentang lu ketos-- aduh bu.. sakitt." Reyhan merasakan kupingnya begitu nyeri dan panas sehabis mendapat jeweran dari Bu Jun

"Diki, kamu boleh kembali ke dalam kelas." ucap Bu jun,

Diki melangkah pergi, namun tatapan tajam bu Jun tak pernah lepas dari Reyhan. "Kamu masuk dari mana?"

keep bad boy [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang