24

344 17 7
                                    

Vevi masih duduk dengan tenang di halte bis. Entah sudah berapa lama ia disana, menunggu kendaraan umum yang tak kunjung datang. Mendadak perasaan nya berubah menjadi melow, merasakan sesuatu yang kurang di hati nya. Reyhan, Laki-laki itu sepertinya masih marah. Ia menghembuskan nafas nya berat. Lagi-lagi ia menyesal dengan apa yang ia ucapkan waktu itu. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Ia menunduk lalu mengangkat kepalanya untuk menahan air mata nya yang hampir jatuh.

Vevi terdiam, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri.  Ia merasakan seperti ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan nya. Tapi lagi-lagi ia hanya melihat laki-laki berjaket kulit hitam dengan helm yang di tutup kaca nya, sedang menaiki motor ninja hitam nya tanpa menyalakan mesin seperti menunggu seseorang. Sesekali lelaki itu melihat kearah nya lalu ketika di tatap balik, lelaki itu kembali menatap lurus.

Tak beberapa lama motor ninja merah datang menghampiri Vevi. Sang pengendara itu membuka kaca helm nya sehingga Vevi bisa melihat sedikit wajah pengendara itu. "Eh, Naufal, lo kok disini?" tanya Vevi heran

"Gue kebetulan lewat sini. Ayo, gue anter pulang." jawab Naufal. Tak lama setelah itu, pengendara yang di ujung sebrang sana melajukan motor nya dengan cepat. Membuat Vevi sedikit keheranan, sebenarnya dia nungguin siapa sih. kok tiba-tiba langsung pulang

Vevi sempat melihat Naufal yang menoleh kearah pengendara itu sambil menganggukan kepala sebelum laki-laki itu pergi. seperti memberi kode.

"Ayo Vev, malah ngelamun."

Vevi menepuk jidat nya, merasa bersalah dengan Naufal. "Maaf, maaf."

Vevi segera menaiki motor namun Naufal malah terkekeh, "Gue berasa jadi tukang ojek Vev."

"Loh kok gitu?"

"Pegangan kok di pundak. Di pinggang dong, biar keliatan mesra." ucap Naufal dan langsung mendapatkan pukulan dari Vevi

Vevi memutar kedua bola matanya malas. "Cepet jalan,"

"Iya, iya."

◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎

"Loh, kok lewat sini Fal? lo gak berniat macem-macem kan?" Vevi panik saat menyadari bahwa Naufal bukan melewati jalan ke arah rumah nya

"Yailah.. enggak usah panik. Gue gak berani macem-macem lah sama lu."

Naufal memberhentikan motor nya di depan salah satu rumah yang paling besar dengan pagar yang menjulang tinggi. Dengan desain rumah yang modern dan terlihat mewah.

"Kita udah sampai." Naufal melepas helm. Ia menoleh ke belakang

"Eh, lo ngapain berhenti disini?" tanya Vevi yang sejak tadi kebingungan

"Lo gak tau kita dimana? kita di depan rumah Reyhan. Jangan bilang lo gak pernah ke rumah nya?" mata Naufal melebar ketika melihat Vevi yang menggeleng dengan pelan.

"Gila. Lo cewek nya bukan sih? masa gak tau rumah nya."

aku memang tidak tau, Reyhan selalu menolak jika aku ingin main ke rumah nya.

"Mending kita pulang deh, gue takut ganggu Reyhan." mohon Vevi

"Sekali-kali main ke rumah nya gapapa lah. Gue tau kok lu berdua lagi ada masalah. Dan ini waktu yang tepat buat lu berdua untuk ngomongin masalah ini baik-baik."

Yang dikatakan Naufal memang benar, mereka hanya perlu membicarakan masalah ini dengan baik namun ia masih ragu. karena Reyhan selalu menolak jika dirinya ingin berkunjung kerumah Reyhan.

"Gue bisa ngomong setelah Reyhan masuk sekolah nanti."

"Sekarang Vev. Gue temenin. Sekarang lo turun dari motor gue," setelah Vevi turun, Naufal segera mengeluarkan hp nya dan menghubungi seseorang. Setelah beberapa detik Naufal memutuskan sambungan dan menatap Vevi

"Udah sana masuk duluan, nanti gue nyusul."

"Ah, jangan tinggalin gue sendirian Fal. Gue gak berani." rengek Vevi

terdengar gerbang di depan Vevi bergeser sedikit dan keluar lah Reyhan dengan baju lengan pendek serta celana levis panjang. Mata Vevi menyipit menvoba mengumpulkan memori, sepertinya ia tadi melihat celana itu persis seperti pengendara yang ia lihat tadi sewaktu di halte bis

"Vev?" suara Reyhan membuyarkan lamunan Vevi

"Ya?"

"Ayo masuk." ajak Reyhan. "Udah sana Fal lu pulang aja, biar nanti Vevi gue yang anter pulang."

"Siap bos." ucap Naufal. "Gue pulang ya Vev, jangan nangis!" goda Naufal membuat wajah Vevi sedikit memerah.

◎◎◎◎◎◎◎◎

Vevi terdiam sejenak lalu memperhatikan salah satu foto keluarga yang paling besar tergantung di ruang tamu. Disana nampaklah Hatta yang terlihat gagah, lalu dua wanita cantik yang Vevi taksir adalah ibu dan juga adik Reyhan. Lalu Reyhan yang tampak tampan dengan kemeja putih tersenyum manis kearah kamera.

"Itu foto keluarga, yang sebelah papah— itu mamah, dan cewek disebelah—itu Kanza." ucap Reyhan

Vevi hanya mengangguk paham, karena satu-satu nya keluarga Reyhan yang ia kenal hanya pak Hatta as papa nya Reyhan.

"Mungkin kalau Kanza masih hidup, dia bakal secantik wanita di sebelah gua." ucapan Reyhan membuat Vevi menoleh. Ia tahu sebenarnya Reyhan masih sedih karena kehilangan adik yang ia sayang, tapi Reyhan mencoba menutupi nya dengan gombalan receh.

"Rey, gue minta maaf soal kejadian kemarin." Vevi menggenggam tangan Reyhan sambil menatap mata cowok itu dengan lembut

"Gausah dibahas lagi, ya." Reyhan mengelus puncak kepala gadisnya. Lalu menarik gadis itu masuk kedalam dekapan nya. "Gue sayang lu Vev,"

"Gue juga." Vevi membalas pelukan Reyhan. Suasana berubah melow, rasa senang tak dapat mereka gambarkan. Hati Vevi kembali berbunga meski kemarin ia merasa musim salju akan sangat panjang.

"Jangan diulangi lagi, ya." ucap Reyhan

Lalu bagaimana nanti jika Reyhan tau kalau sebenarnya aku masih menyimpan rahasia besar

"Kamu belum makan kan? ayo makan dulu. Nanti pulang nya setelah makan." ajak Reyhan, menarik tangan Vevi

◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎

"Rey, orang tua kamu kemana?" ucapan Vevi yang tiba-tiba itu membuat Reyhan tersedak. "Eh, eh nih minum dulu." Vevi menyodor kan minum kearah Reyhan

"Mau nambah lagi gak Vev?" tanya Reyhan mengalihkan pembicaraan

"Kok malah ngalihin pembicaraan sih."

"Vev, cepet makan. Gausah bahas yang lain." ucap Reyhan tegas, menunjukan sesuatu yang tidak mau dibantah lagi. Membuat Vevi bungkam sekaligus penasaran, pikiran nya tak henti-henti menemukan opsi dengan sikap Reyhan yang berubah ketika berhubungan dengan orang tuanya.

Setelah selesai makan Reyhan mengantarkan Vevi pulang. Kali ini Reyhan menggunakan motor nya kembali. "Makasih ya Rey. Mau mampir dulu?" tawar Vevi

"Gausah Vev, gue langsung pulang. Jangan lupa nanti malam siap-siap. Kita perlu bicara, gue gak mau ada yang di tutup-tutupi lagi setelah ini. gue jemput jam 7 malam." pesan Reyhan.

"Kita mau kemana?" tanya Vevi

"Pokok nya rahasia. Kita akan mulai dari awal lagi Vev. Ingat, gak ada yang boleh ditutup-tutupi setelah nanti malam."

"Tapi Rey-" ucapan Vevi terhenti saat Reyhan memakai helm nya lalu melesat pergi meninggal kan Vevi sendiri.

Tidak Reyhan, aku akan terus menjaga Rahasia ini sampai nanti kau sudah berubah menjadi pria yang lebih baik. Semoga suatu saat nanti jika kamu tau yang sebenarnya, kamu tidak akan pergi.

◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎

komen? silahkan. kritik dan saran nya ditunggu. Jangan lupa di vote, ya. Biar gue jadi semangat nulisnya. hihihi

oh iya soal kesepakatan, kalian mau gue update seminggu berapa kali. jadi biar kalian gak merasa digantungin tapi please jangan minta setiap hari ya.

salam debby 😊

keep bad boy [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang