23

338 14 2
                                    

"Vev, dipanggil kak Diki diruang Osis." seru seorang wanita tiba-tiba berdiri di ambang pintu kelas.

Vevi yang tengah membaca novel Anorak, teralihkan dengan suara teriakan wanita itu. Ia menutup novel lalu menatap wanita itu. "Gue?" tanya nya. Ia menunjuk dirinya sendiri, memastikan bahwa ia lah yang di cari

"Yaiyalah, siapa lagi?" jawab wanita itu sedikit jengkel.

Andai Reyhan ada disini, mungkin gadis itu tak akan berani memarahi nya. Ya, hampir semua siswi disini tidak menyukai dirinya. Pengaruh kakak nya memang sangat berdampak besar bagi dirinya.

"Anterin gue yuk." pinta Vevi kepada Kintan

"Ogah ah, gue enggak mau ketemu kak Diki." tolak Kintan. Mendengar nama Diki membuat mood nya berubah seketika.

"Sebentar aja, nanti lo tunggu didepan."

Kintan berdecak. "Yaudah, tapi jangan lama-lama, ya."

Mereka segera melangkah pergi menuju Ruang Osis. Selama di perjalanan, pikiran Vevi terus menebak-nebak tentang apa yang sekiranya membuat kak Diki memanggil nya. Hingga ia tak menyadari bahwa telah melewati ruang Osis.

"Vev! lo mau kemana? ruang Osis nya disini." seru Kintan yang berada beberapa langkah dibelakang Vevi.

Vevi menoleh. "Eh, iya." sambil menepuk jidat nya. Memamer kan senyum lebar ke arah Kintan. Menutupi rasa malu dari kebodohan nya.

"Mikirin apaan lu?" tanya Kintan

"Enggak, tadi gue lagi gak fokus aja."

"Sama aja mancung. Lo gak fokus pasti mikirin sesuatu." ucap Kintan sambil memutar kedua bola matanya malas

"Enggak usah dibahas lagi. Gue mau masuk dulu. Lo jangan kabur, tungguin gue diluar." titah Vevi lalu beranjak masuk kedalam

Udara dingin langsung menghinggapi tubuh Vevi. Ruang Osis yang Ber Ac menambah rasa nyaman diruangan serba putih. Peralatan Osis, meja panjang dan kursi yang ditata rapih lalu jumlah nya pun sesuai dengan Anggota Osis. Dulunya tak seperti ini, semua berkat Diki yang pandai mengatur semuanya dengan baik, tak salah jika ia menjadi ketua Osis yang sangat berpengaruh untuk sekolah ini

Mata Vevi menangkap sosok yang tengah duduk didepan laptop tanpa menyadari dirinya yang berdiri tak jauh dari Diki.

"Permisi kak," ucap Vevi untuk menarik perhatian Diki dari laptop nya.

"Eh, maaf." ucap Diki, tatapan nya langsung beralih pada Vevi. "Silahkan duduk."

Vevi mengangguk. Ia duduk tepat di sisi kanan diki. "Maaf kak, ada perlu apa manggil saya?"

"Ngomong nya jangan terlalu formal. Gausah berubah jadi super saiya juga. Semua anggota gue juga begitu, santai aja sama gue." ucap Diki menampilkan senyum kearah Vevi

"Oh, gitu ya? maaf, bisa langsung ke inti nya aja kak?" ucap Vevi. Ia ingin segera mengakhiri pembicaraan ini dan langsung pergi. Takut kalau Kintan akan meninggal kan nya karena terlalu lama.

"Maaf. Gue butuh anggota baru untuk jadi sekretaris. Karena yang lama udah pindah sekolah. Jadi gue berinisiatif untuk ngajak lu jadi sekretaris gue." ucap Diki menjelaskan

Hal itu justru membuat Vevi kaget, ia tak mau menjadi anggota Osis. Mengingat betapa sibuknya para anggota Osis. Ia takut pekerjaan nya jadi terganggu, dan juga Reyhan yang sudah pasti tidak akan setuju.

"Maaf kak, saya gak bisa." tolak Vevi secara halus

"Kenapa? gara-gara Reyhan lagi?" tebak Diki

"Bukan kak. Saya gak mau, karena jadi Osis itu susah dan sibuk." ucap Vevi walau sebenarnya yang paling berat adalah karena Reyhan.

"Oh, gitu ya. Yaudah gapapa kalau lu gak mau. Gue gak maksa. Nanti gue bakal bilang bu Jun kalau lu gak bisa." ucap Diki dengan raut sedih

"Bu jun? Apa bu Jun yang suruh kak?" ucap Vevi sedikit terkejut

"Iya. Dia yang suruh gue buat ngajak lu. Lagipula Gak ada yang bisa gue andalkan selain lu. Gue percaya lu bisa jalanin tugas ini." ucapan Diki membuat Vevi terdiam.

Lama terdiam membuat Vevi menghela nafas. "Yaudah kak, saya mau." jawab Vevi pasrah. Menolak pun percuma, pasti Diki akan terus memaksa. Lagipula bu Jun yang meminta.

Diki menampilkan senyum bahagia. "Kalau gitu, mulai besok kita Rapat untuk memperkenal kan anggota baru, sekalian kita akan menentukan jadwal untuk nengadakan amal." Diki terlihat senang. Ia menampilkan deretan giginya yang putih dengan lesung pipi yang dalam di kedua pipi nya.

Tapi tidak dengan Vevi, ia sama sekali tidak senang dengan hal itu. "Yaudah kak, saya permisi dulu." pamit Vevi

"Oh, oke. Hati-hati dijalan."

◎◎◎◎◎◎◎

"Gue kesel!" rengek Vevi ketika mereka sudah berada di dalam kelas. Untung saja suasana kelas tidak terlalu ramai Karena masih jam istirahat.

"Lo tenang dulu. Sebenernya lo kenapa?" tanya Kintan yang masih kebingungan. Tadi, setelah Vevi keluar dari ruang Osis, ia malah kabur ke dalam kelas tanpa mau menunggu Kintan yang lelah mengikuti di belakang.

"Dia ngajak gue masuk jadi anggota Osis!"

"Apa!" pekik Kintan, "duh,sorry muncrat." sambil menutupi mulutnya

"Gue gak mau---"

"Kenapa gak ditolak?" tanya Kintan

"Udah, tapi yang suruh gue masuk jadi Osis itu bu Jun. Ya, gue gak bisa nolak lah." balas Vevi dengan tatapan mata yang tajam

"Et dah, biasa aja kali tuh mata. Gausah berubah jadi serem gitu." sindir Kintan tak terima mendapat tatapan tajam

"Abisnya gue kesel. Kemarin Reyhan marah sama gue, sekarang Diki malah ngajak gue masuk jadi anggota Osis."

"Wait. Lo berantem sama Reyhan? pantesan Reyhan gak masuk." ucap Kintan lalu menatap Vevi lekat

Vevi mengangguk. "Iya kemarin Reyhan marah sama gue karena gue baru bilang kebenaran nya soal hubungan gue dengan Tasya. Dan gue nyesel udah bilang Tasya adalah kakak gue. Ini semua gara-gara lo Tan."

"Loh kok gue?" Kintan mengerutkan kening nya.

"Gue kan udah bilang, kalau jujur sama Reyhan tuh salah. Liat kan, sekarang dia marah sama gue." Vevi membenamkan kepalanya diatas meja

"Vev, yang lo lakuin itu gak salah. Gue yakin kok Reyhan bakalan ngerti. Mungkin saat ini dia butuh sendiri dan mencoba berfikir positif." ucap Kintan lalu mengelus pundak Vevi perlahan, mencoba menyalurkan kekuatan kedalam tubuh Vevi

Vevi mendongak. "Sejak kapan lo jadi bijak gini? lo gak salah makan kan." lalu tertawa kecil

Kintan mencubit pundak Vevi hingga membuat gadis itu meringis. "Lo itu, lagi pms ya? sedikit-dikit nangis. Sedikit-dikit ketawa."

"Selamat siang anak-anak."

Mendengar sapaan itu, membuat Kintan dan Vevi membenarkan posisi duduk nya.

"Eh Fal, Hari ini gue duduk berdua sama Vevi, soalnya Reyhan gak masuk." ucap Kintan kepada Naufal, cowok itu baru saja duduk selepas ke Kantin

"Kebiasaan kan lu. Gue ditinggal terus." ucap Naufal dengan raut yang dibuat se-dramatis

"Apa sih lu, alay." sengit Kintan

"Hei kalian, yang duduk diujung sana. Saya sudah masuk kedalam kelas, apa kalian tidak bisa menghargai saya?" Ucap bu Tirta dengan dingin

Kintan dan Naufal hanya terpaku diam sambil merundukan kepala. Vevi hanya mampu menahan senyum melihat Kintan yang melempar tatapan tajam ke arah Naufal.

keep bad boy [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang