vera

398 22 2
                                    

Author pov

Vevi keluar dari ruangan kapsek dan berlari menjauh sebisa mungkin, menjauh dari kenyataan yang dapat membunuh vevi secara perlahan.

Apa salah ku Tuhan? Batinnya terus meneriaki takdirnya. Takdir buruk yang hinggap dalam dirinya, takdir yang mengikat nya, bisakah ia mendapatkan takdir baik? Hanya Tuhan yang tau, Ia telah merencanakan yang terbaik

Tidak ada takdir buruk yang tidak bisa dihadapi, selama kita menghadapinya dengan ikhlas dan terus berserah diri kepada yang kuasa. Bukankah Tuhan menguji umatnya sesuai kemampuan hambanya masing-masing.

Wanita berambut panjang itu terus berlari melewati setiap kelas tanpa menghiraukan tatapan bertanya dari beberapa siswa yang berpapasan dengan nya

Dari kejauhan sosok pria tinggi yang tak lain adalah reyhan menatap vera khawatir 'apa yang terjadi dengan wanita itu?' Batinnya

Reyhan dengan sengaja berdiri di tengah koridor, tatapannya hanya tertuju pada satu objek 'vevi'

Bhukk!

Vevi menubruk sosok bertubuh tinggi yang menghalangi jalannya "sorry gua gak liat" ucap vevi

Reyhan bisa mendengar suara vevi yang bergetar, tangan besar reyhan menggenggam lengan vevi dengan lembut "lu kenapa?" Reyhan merutuki kebodohannya, mendengar suaranya sudah pasti wanita ini menangis

"Gua gapapa, minggir" vevi menepis tangan reyhan dan berjalan dengan cepat.

Wanita itu berjalan ke arah taman belakang, dia butuh ketenangan. Tapi sepertinya akan ada yang menemani kesedihannya kali ini, sosok reyhan muncul dan menghampiri vevi yang duduk di kursi taman

"Gua gak suka liat cewe nangis" ucap reyhan sambil mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik dari sakunya

Vevi mendongak, meliahat siapa yang berbicara. "Lu ngapain disini, pergi" wanita itu hanya ingin sendiri

Reyhan menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam lalu menghembus kannya secara perlahan "gua mau hibur lu" ucapnya walau ia tak yakin dapat menghibur wanita itu, ini pertama kalinya ia begitu perduli pada seorang gadis yang baru dikenalnya

"Terimakasih atas tawaran nya tapi gua gak butuh tawaranlu, gua mau sendiri" tolak vevi sambil menyeka air matanya yang sudah membasahi pipi

"Apa gua harus jadi badut, biar lu ketawa?"

"Lelucon yang payah" ucap vevi sarkastik

"Gua emang payah dalam menghibur, apalagi ke cewe, dan lu seharusnya bersyukur karna lu satu-satunya cewe yang gua hibur" reyhan menghisap rokoknya lagi dan menghembus kannya

Vevi terdiam, ia merasa jantungnya berpacu begitu cepat 'apa benar? Atau hanya ingin membuatku baper?' Ia bingung, perkataan reyhan membuat perasaan aneh timbul, dan ia baru merasakannya

"Lu mau denger cerita gua gak?" Tawar reyhan

"Gua gamau denger curhatan lo, disini gua juga lagi sedih" tolak vevi

"Gua punya adik, namanya kanza" vevi menoleh ke arah reyhan yang ternyata sudah duduk manis disebelah vevi. Reyhan diam sejenak "dia persis kaya lo, kadang cengeng, kadang cerewet, jaim pokoknya persis kaya lo"

"Ha-ha-ha cerita lu garing" vevi tertawa hambar

"Dia meninggal 2 tahun yang lalu, dan gua merasa gak punya siapa-siapa saat itu, bokap gua sibuk dengan kerjaannya dan nyokap gua juga sibuk sama harta, mungkin gua salah satu korban broken home" kenangan itu muncul lagi setelah ia berusaha melupakannya tapi entah sejak kapan saat bertemu dengan vevi, ia ingin menceritakan keluh kesahnya selama bertahun tahun. reyhan menampilkan senyum sinisnya betapa ajaibnya wanita disebelah nya

"Huaaa...hiksss" vevi menangis cukup keras dan membuat reyhan menatapnya bingung

"Eh kok lu nangis, kenapa? Tadi gua salah ngomong?" Tanya reyhan khawatir

"Gua sedih denger cerita lu hikss.." vevi menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya

"Hah? Duh sorry sorry... ah bodoh nya gua, sial!" Umpat reyhan

Vevi terdiam, ia menatap reyhan dengan senyum jahilnya. Reyhan terlihat lucu saat mengumpat, ia akan memukuli kepalanya berkali kali

Vevi menahan tangan reyhan "udah jangan dipukulin terus, ntar otak lu konslet" vevi terkikik "kalau otak lu konslet, ntar siapa yang bantuin gua jawab pertanyaan kaya tadi?" Vevi memperlihatkan cengiran khas nya

'Duh manisnya'batin reyhan

"Ternyata bikin lo ketawa susah juga ya" reyhan tersenyum lega melihat vevi yang sudah tertawa kembali

"Kalau boleh tau, adik lu meninggal kenapa?" Tanya vevi hati-hati

"Rahasia! Udah ah masuk ke kelas yuk, istirahatnya udah habis 5 menit yang lalu, dan ini gara-gara lo" reyhan membuang putung rokoknya lalu menginjaknya

"Siapa suruh ngikutin gua" pekik vevi tak mau disalahkan

"Yaudah ayo masuk" reyhan menarik pergelangan tangan vevi dan menyeretnya secara halus menuju kelas

Saat masuk ke kelas pun tangan reyhan tak mau melepaskan vevi, hingga tatapan teman sekelasnya mengarah pada vevi dan reyhan yang bergandengan, vevi pun tak menyadari, itu karna sentuhan reyhan yang membuat kerja otaknya melambat

"Duh mesra nya"

"Ihh iri gua liatnya"

"Ahh adek sakit hati bang..."

"Yaampun vevi lu beruntung banget sih"

Ocehan beberapa siswi dikelasnya menyindir vevi

"Aih gebetan gua di embat!"

"Untung bukan gebetan gua yang di embat"

"Sejak kapan tuh dia pacarannya"

"Kapan gua bisa seganteng reyhan"

Para siswa di kelasnya pun tak mau kalah, mereka menyindir reyhan yang tampak santai dan tak mempermasalahkan ceplosan mereka

Vevi yang menyadari sesuatu yang ganjil langsung menarik tangannya dari genggaman reyhan

"Kok dilepas?" Tanya reyhan

"Lu gak denger? Atau pura-pura tuli? Kita itu jadi bahan gosip gara-gara lu megang gua!"

Reyhan menatap sekeliling "lu semua gak ada kerjaan lain selain nge gosip?"

Mereka semua diam hanya karna melihat tatapan reyhan. Reyhan mempunyai mata yang indah tapi dibalik keindahan itu ada tatapan dingin yang dapat membunuh

Vevi memutar kedua bola matanya malas "matanya biasa aja kali" sindir vevi dan langsung berjalan ke tempat duduknya

Reyhan pun mengikuti vevi dan duduk dikursinya "gua gak suka aja mereka ngurusin hidup kita"

'Hah kita? Apa gua gak salah?"batin vevi. Ia menatap reyhan dengan pandangan tak percaya

"Kenapa?"tanya reyhan bingung

"Gapapa, ada yang aneh aja" dahinya mengkerut

"Lu yang aneh, sebentar-bentar nangis, sebentar-bentar ketawa"

Kintan yang sejak tadi melihat adegan vevi dengan reyhan langsung membalikkan badannya menghadap vevi "kalian udah pacaran?" Tanya kintan memasang wajah hebohnya

"Ihh.. enggak!" Vevi menepis ucapan kintan

"Kok pegang-pegangan?" Tanya kintan lagi

"Eh tan gurunya belum masuk kan?" Vevi berusaha mengganti topik

"Iya. Katanya sih bu rani sakit" rencana vevi berhasil, ia tau bahwa kintan orang yang gampang di kibulin, buktinya sekarang kintan sudah tak menanyakan hal tadi

Update nya malem jum'at biar greget! :D

keep bad boy [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang