Aku menikmati kopi sepekat langit waktu itu,
bersama deru dan angin menghempas dinding,
sementara menunggu konser parak berlabuh tirai,
di penjuru bilik diatas meja-penuh buku buku,
menjadi pentas tuk kita bertemu,
dengan rokok yang berbaki separuh,
asap yang dihembus keluar adalah duka duka dulukau mula berjalan mendekati ku
menarik kerusi rebahkan punggung
meletakkan segala pilu yang ada diatas meja
dan sejenak membisu
-sama seperti akuaku menghulur buku
paling tebal warna biru
yang telah dulu seseorang meronai didalam itu
kau mula membaca satu persatu
menyelak menahan sedu
mengukir senyum dihalaman baru
-sama seperti akubeberapa ketika
usai habiskan memahami resah resah kita yang meralikkan
kau kembali termangu
barangkali berfikir
-sama seperti akudalam detik itu
kembali kita merawati memar dulu
seperti lewat mata kita tidak ingin berjauh
untuk cinta yang kian rapuh
untuk rindu yang tidak membantu
aura auranya membesikan lidah sendiri
hanya mata yang tedas membaca soal soal lamamungkin kita sama dalam hal hal hubah
mungkin juga kita harus teruskan bersamadalam hal hal seterusnya
YOU ARE READING
Perasaan yang kembali
PoetryDi hujung-hujung waktu Kau akan terlihat juga aku tetap menunggu