Tunggu,
biar aku rungkai seketika,
kita hanya biarkan ingatan terus menguntum rondah
hingga membukit,
walau tak disiram dan dibaja oleh mana mana tangan
namun kenangan akan tetap membentuk-jagakau dan aku
takkan pernah ingin mengaku;untuk pernah memiliki hati
insan insan yang dalam kehausan dulu,
secara mimpi,
kita pernah masuk ke dalam lohong lohong hati yang dibuka sendiri,
pernah berjanji biarpun tersakiti,
pernah menyambut sentuhan,
terkandung dalamnya cinta dan cinta,
pernah menampal lopak lopak setia,
melorek kerinduan dengan airmata,
kesemuanya pernah merasa titis-titis peluh mengernaMungkin lebih elok jika,
biarkan saja ingatan itu membukit,
membebankan hati hati kita sendiri dengan memaksa,
sampai waktu,
untuk kita ingin mengalah mendongak kearah bukit itu
dan
mengaku pernah merayu serta merinduuntuk tempoh itu,
lenalah kita dalam rencam sedu
tidur dalam gebar renai-rindu
tiada mimpi selain masa lampau
serta laungan ingin bangun menikam
kita cuma punya kenangan, tidak lebih apa apajika lenamu diganggu
mengupas sepatutnya janji dahulu
lalu kau berjaga dan
nyalakan lilin kembali biar terang segalaBaiklah,
usai itu kejutkanlah aku setiap masa,
kerana aku ingin akhiri setiap yang ada semua
YOU ARE READING
Perasaan yang kembali
PoetryDi hujung-hujung waktu Kau akan terlihat juga aku tetap menunggu