KB : Bab 2

11.2K 268 0
                                    

Kecelakaan kedua terjadi pukul 20:30

Saat itu Mat Somplak sampai di depan rumah dengan napas hampir putus setelah lari sejauh 2 km. Saat membuka pintu, tiba-tiba sebuah cobek batu mendarat mulus di jidatnya. Mat Somplak meraung kesakitan. Jidatnya berdarah. Kepalanya terasa berputar diantara bintang. Pandangannya agak kabur, menatap sang istri yang berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.
"Kenapa kau lakukan ini padaku, sayang?" tanya Mat Somplak sambil bersandar di pintu. Tangan kirinya penuh darah memegangi kening. Sedang tangan kanannya lunglai tak berdaya setelah terlindas roda becak.
"Tutup mulut berbisamu itu!" sentak sang istri tanpa belas kasihan. "Harusnya aku yang tanya, kenapa kau lakukan ini padaku? Tiap hari aku kerja keras banting tulang untuk dirimu. Tapi apa balasannya? Kau khianati aku. Kau selingkuhi aku. Kurang apa aku coba?"
"A... apa maksudmu? Aku... aku sama sekali tak mengerti..." Mat Somplak masih berlagak pilon. Biasa, mana ada maling yang ngakuin perbuatannya begitu saja?
"Jangan kura-kura di tiang bendera deh..." sang istri melotot. Napasnya memburu menahan marah. "Barusan ada perempuan bernama Mawar yang nelpon aku. Ayo, berani bilang kau tak mengenalnya... Aku hantam kepalamu pakai kulkas!"
Wajah Mat Somplak pucat pasi. Bukan saja karena sudah tak bisa mengelak lagi. Dia juga takut kepalanya benar-benar dilempar kulkas. "Sabar sayang... Aku bisa jelasin semuanya..." katanya melas.
"Sudah, tak ada yang perlu dijelasin lagi. Angkat kaki dari rumah ini sekarang juga!" teriak si istri sambil mendorong tubuh Mat Somplak keluar rumah.
"Mohon maafin aku, sayang... Tolong kasih aku kesempatan sekali saja. Aku janji tak akan selingkuh lagu. Demi Tuhan aku bersumpah..." Mat Somplak merengek, memohon bagai anak kecil yang tak berdaya. Tapi istrinya seolah tak mendengar dan membanting pintu dengan keras. Brak!!
Sungguh menyedihkan. Mat Somplak menangis. Duduk bersimpuh sambil mengetuk ketuk daun pintu. "Tolong bukain pintu sayang... Kalau kau mengusirku, aku tinggal dimana?" ratapnya pilu.
"Bodo amat!" teriak sang istri dari dalam. Suaranya jelas diantara isak tangis kepedihan. "Cepat pergi atau aku panggil polisi!!"
Mendengar keributan, para tetangga keluar rumah dan bergerombol di luar pagar sambil bisik bisik. Tapi mereka tak berani untuk mendekat. Hanya memandang dengan senyum sinis. Mereka sudah menduga apa yang terjadi. Bukan tanpa alasan. Di kompleks ini, Mat Somplat dikenal suka tebar pesona dan menggoda anak gadis atau para istri. Bahkan, pembantu rumah tanggapun tak luput dari rayuan gombalnya.
Mat Somplak melangkah lunglai meninggalkan rumah. Diiringi pandangan mengejek tetangga, lalaki pecundang ini berjalan gontai menyusuri temaramnya jalan kompleks perumahan. Tanpa arah tujuan. Tanpa harapan.

Humor Ngakak [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang