Buk
"ADUHHH!"
---
"Jalan tu pakai mata dong!" bentak Mia.Tubuhnya menabrak tubuh orang lain atau orang lain itu yang menabrak tubuhnya. Mia kembali mengutuk siapapun orang yang membuatnya kesal hari ini termasuk-
"Maaf, Mia." suara itu begitu parau. Seperti suara cowok.
Lily mencubit lengan Mia. Gadis itu melotot hebat ke arah sahabatnya itu. Ketika Mia menoleh ke arah didepannya, dia mendapati seorang cowok bertubuh tinggi, badannya lumayan kekar ditambah lagi otot bisepnya yang terlindungi oleh kaos yang dipakai cowok itu kesekolah. Mata cowok itu indah, warna hijau lembut. Jakunnya sangat terlihat dan wajahnya terukir begitu sempurna.
Peter.
"Maaf . Tadi aku nggak nampak kamu" ucapnya. Ekspresi Peter terhadap Mia sangat datar.
"Iya, nggak apa-apa kak. Maaf tadi aku kira orang lain. Udah bentak-bentak segala"
Ekspresi Peter yang tadinya begitu datar kini berubah drastis menjadi khawatir. Matanya melotot, bukan karena takut melainkan ngeri.
Cairan merah mengalir begitu saja dari pinggir telinganya. Gadis itu pertamanya tidak menydari akan hal itu. Peter menyentuh telinga Mia , lalu pipinya. Karena Mia tidak sadar akan darah yang mengalir dari pinggir telinganya, dia justru menjadi malu. Pipinya terasa panas dan memerah sedikit karena tersipu malu. Tapi lama kelamaan, Mia menyadari ada yang salah dari wajahnya. Basah.
"Kamu berdarah" ucap Peter.
Tanpa pikir panjang atau meminta persetujuan dari siapapun, dia merobek ujung baju Mia. Gadis itu spontan mendorong dirinya menjauh.
"Apa-apan sih kak!" bentak Mia.
"Eh Mia. Telinga mu berdarah!" teriak Lily.
Murid-murid yang berada disekitar mereka langsung menoleh ke arah Mia. Beberapa dari mereka ada yang berhenti hanya untuk menonton.
"Sini, biar ku tutupi." ia menggulung kain tadi. "Jangan ditutupi pakai tangan. Nanti bisa enfeksi"
Peter maju mendekati Mia lalu mentutupi luka telinganya dengan serpihan kain yang ia robek dari baju Mia. Terdengar ada murid yang berteriak ke kantin : "WE.. ADA ADEGAN ROMANTIS ANTARA SENIOR DENGAN JUNIOR!!" spontan saja murid-murid yang merasa tertarik langsung berhamburan kekoridor yang ditunjuk.
Seorang gadis merekam adegan romantis diantara Peter dan Mia. Peter menatap kejam gadis itu lalu menyuruhnya untuk berhenti merekam atau dia akan menyesal telah kehilangan wajah cantiknya.
Peter dengan perlahan lahan menekan kain itu ke telinga Mia. Posisi mereka kini sangat dekat, hanya berjarak 10 cm. Peter bisa mendengar detak jantung Mia yang berdegup lebih cepat. Begitu pula Mia. Dia bisa mendengar degup jantung yang cepat diantara mereka berdua.
Peter langsung mengantarkan Mia ke UKS yang letaknya tidak jauh dari tempat kejadian. Kerumunan memberikan jalan kepada Mia dan Peter. Para gadis menatap mereka berdua dengan iri, terutama pada Mia. Peter melihat Mia dari ujung matanya.
Walapun berdarah, kamu tetap terlihat cantik batin Peter.
----
Peter's POV
--"Kamu tidak apa-apa?"tanyaku kepada Mia yang telinganya kini ditutupi perban.
Aku sangat khawatir ketika melihat darah bercucuran dari telinga Mia. Entah siapa yang melakukan hal gila itu kepada Mia. Tentu saja Mia tidak segila itu untuk menyakiti dirinya sendiri hingga berdarah.
Gadis didepanku ini terlihat lelah. Aku berjalan menuju lemari penyimpanan yang letaknya tak jauh dari tempat tidur UKS yang tengah dihuni Mia. Lemari penyimpanan itu penuh dengan makanan dan minuman untuk para pasien UKS

KAMU SEDANG MEMBACA
LAKE WITNESSED
Teen Fiction"Hiduplah, mengenang hanya untuk orang-orang tua" Seorang gadis cantik nan jutek namun memiliki kepribadian penyendiri meskipun dia merupakan gadis yang digandrungi oleh banyak cowok. Kepribadiannya banyak mengundang tanya oleh sebagian murid disek...