THE ARGUMENT

19 10 3
                                    

Teman-teman Jake tertawa terbahak-bahak. Tak hanya teman segengnya saja, bahkan seluruh murid yang ada di kantin meletakkan perhatian mereka ke arah Jake dan kedua gadis tersebut. Ada beberapa orang yang meneriakkan "Jake, lo masa kalah dengan cewek!", "cewek cantik tapi jutek!", dan sebagainya. Jake pun masih melekatkan pandangan tajamnya kepada Lily dan Mia namun mereka menatap Jake dengan santai, terutama Mia.

Karena sudah tidak sabar dengan tingkah kedua juniornya, Jake menghampiri mereka dan berdiri dibelakang mereka, berada ditengah-tengah Mia dan Lily. Perlahan dia meletakkan kedua lengannya di bahu mereka. Siulan jahil pun memekakkan ruangan kantin dan sebuah suara berkata " embat Jake. "

Kedua gadis tersebut justru merasa risih. Mia mencoba untuk melepaskan rangkulan Jake dan dia bahkan menggigit lengan Jake. Cowok itu sempat meringis kesakitan. Bahkan gigitan Mia cukup kuat sehingga meninggalkan bekas dilengan Jake.  Namun laki-laki itu tetap merangkul Mia lebih erat. Lily pun melakukan hal yang sama, menginjak kaki kiri Jake dan dia pun merontah kesakitan. Tapi sekali lagi, Jake tak kunjung menyerah.

Dia juga mendapat dukungan dari teman seangkatan.  Para junior pun juga tertarik akan perdebatan antara senior dan junior itu. 

Tak lama dari itu, sebuah tangan meraih baju Jake , melepaskan rangkulan Jake dari kedua gadis junior itu. Pemilik tangan yang berani tersebut ternyata adalah kapten basket di sekolah, Peter Hawkins. Sepenjuru sekolah sepakat menjadikan dirinya sebagai murid terseksi dan terpopuler di acara Prom Night 2 tahun lalu. Dia memang sangat tampan, terutama matanya yang biru membuat tatapannya begitu menyamankan seseorang yang melihatnya.

Jake melepaskan rangkulan dari Lily dan Mia. Dia menatap Peter dengan penuh amarah. Seiring gosip yang beredar, Peter dan Jake pernah berkelahi habis-habisan di sebuah kafe dekat sekolah. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah cewek. Cewek tersebut memacari Peter dan Jake secara bersamaan namun kedua laki-laki tersebut tidak mengetahuinya. Untung saja cewek itu bukan berasal dari sekolah yang sama dan itu jugalah yang membuat Peter dan Jake tidak mengetahui bahwa mereka mengencani seorang cewek yang sama.

Yang lebih parah lagi, ternyata cewek tersebut memiliki identitas ganda. Bersama Peter, cewek tersebut dikenal dengan Carol sedangkan bersama Jake, cewek itu dikenal sebagai Carla.

Momentum ketika mereka mengetahui hal tersebut begitu mengejutkan. Kala itu, Peter bersama Jake sedang nongkrong disalah satu kafe dekat sekolah. Sebearnya sebelum hal itu terjadi, mereka begitu akrab. Lalu cewek tersebut jalan memasuki kafe bersama seorang pria lain. Spontan saja, Jake dan Peter langsung terkejut dan berkata "itukan cewek ku!" Tak hanya dikejutkan dengan keberadaan Carla atau Carol bersama pria lain, mereka pun terkejut bahwa ternyata yang mereka maksudkan itu adalah cewek yang sama.

Mereka menghampiri Carla/Carol dan memarahinya. Didepan gadis itu, Jake dan Peter berkelahi hebat sehingga diusir dari kafe. Sejak saat itu juga mereka memutuskan tali persahabatan mereka.

"Kenapa sih lo!  Gue kagak  punya urusan dengan lo ya" bentak Jake.

Seketika saja seluruh kantin menjadi lebih senyap dan menonton perdebatan kedua mantan sahabat itu. Tak hanya murid saja, pegawai kantin pun juga ikut memerhatikan.

"Lo seharsunya tidak bersikap seperti itu kepada mereka"

"Terus kenapa? Santai, man. Ini hari pertama masuk sekolah. Para senior wajar ngejahili junior. " gerak-gerik Jake menjadi luwes dan santai namun tidak dengan Peter. Wajahnya berubah jadi serius.

"Bukan berarti lo senior tapi bisa bertindak seenaknya. "

Karena geram dengan pernyataan Peter, Jake melangkahkan kakinya lebih maju kedepan sehingga jarak antara wajah Peter dan Jake cuman berjarak 10 cm. Jake mendorong bahu Peter dengan pelan dan seketika itu juga sorakan dukungan memenuhi ruangan. Lily dan Mia menyudahi makan mereka lalu berdiri dari tempat mereka, menuju Peter.

"Udah kak, nggak usah diladenin" ucap Mia.

Sorakan kembali terdengar. Kali ini sorakannya terdengar seperti meremehkan dan itu ditujukan kepada Peter. Jake hanya tertawa kecil melihat adegan 'sok romantis' didepannya.

"Takut ?" goda Jake, dia melangkah mundur ,memasang ancang-ancang untuk berkelahi dengan mantan sahabatnya.

Peter menatap Mia beberapa detik lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Cih..  Lo lagi hamil sampe narik nafas gitu? Banci!"

Spontan saja seisi ruangan terbahak bahak mendengar perkataan Jake. Wajah Peter mulai memerah akibat marah. Dia kembali menatap Mia lalu meninggalkan Jake. Namun baru 2 langkah meninggalkannya, Peter kembali menghampiri Jake lalu melayangkan tonjokannya kearah wajah tampan Jake. Ruangan menjadi senyap. Jake terjelengkang kebelakang, terbaring dilantai dengan hidung berdarah dan pipi yang membiru.

"Itu untuk memanggilku banci" dia maju selangkah lebih dekat dengan Jake yang tengah terbaring kesakitan dilantai.

Tanpa memikir ulang atau menerdulikan lingkungan sekitar, Peter menendang kaki Jake dengan begitu kuat sehingga Jake mengerang kesakitan. Dia bahkan sempat-sempatnya mengumpat.

"Dan itu untuk memainkan perasaan Cole"

Peter langsung meninggalkan Jake dan kantin yang penuh senyap-sunyi. Kawanan Jake menghampiri Jake lalu membantunya berdiri. Hidung laki-laki itu masih mengeluarkan darah, mengundang keprihatinan kawanannya namun ia tak memperdulikan sedikit pun. Lily dan Mia berjalan mengikuti Peter dibelakang bagaikan itik yang membuntuti induknya. Dari kejauhan, Jake memandang Peter dengan kebencian dan dendam.

"Tunggu saja pembalasan gue,njir!"

Peter berada didalam kelasnya. Dia mengompres tangan yang ia gunakan untuk menonjok wajah Jake. Ada rasa penyesalan yang dialami namun itu semua untuk kebaikan Jake yang bersikap bajingan.

Lily memutuskan untuk masuk ke kelas lebih awal , meninggalkan Mia yang berjalan lurus menuju lorong kelas 12. Ketika sedang mencari kelas yang tepat, ia akhirnya melihat Peter yang sedang duduk di meja guru.

"Hai" sapa Mia, ada rasa ketakutan di nadanya.

Peter tak memandang Mia ataupun menjawab sapaanya. Dia hanya fokus dengan batu es yang ia genggam.

"Makasih kak, udah ngebantuin gue tadi" Mia perlahan melangkah memasuki kelas Peter lalu duduk didepannya.

"Oh ya, kakak tadi pasti tadi nggak sempat makan. Gue ada makanan di tas kalau kakak mau"

"Tangan kakak masih sakit?"

"Makasih ya kak"

Meskipun Mia berusaha untuk mendapati perhatian seniornya itu, namun Peter tak meladeni sepatah katapun yang keluar dari mulut Mia. Hening beberapa saat, akhirnya Mia keluar kelas. Ketika sampai di daun pintu, Peter akhirnya berbicara ,

"Gue nggak ngelakuin itu untuk lo"

Mia tersenyum, lalu meninggalkan kelas.

Jangan lupa vote&comment nya ya:) Jgn lupa tambahkan ke reading list kamu trus share ke teman-teman :) Happy Reading

PS: baca juga one shot story ku yang Surat Botol. Dont forget to leave your votes and sweet comments. I'd love to hear any of them

LAKE WITNESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang