STUPID CUPBOARD!!

10 5 1
                                    

“Mia nya senyap, kak.”
------

“Terus?” tanya kedua cowok itu dalam waktu bersamaan.

“Tadi dia teriak-teriak minta tolong. Terus sekarang malah senyap.”

Masih tidak mengerti maksud dari juniornya, Jake menarik Lily dan menempatkan gadis itu diantara dirinya dan Peter.

“Maksudmu apa sih?”

“Jangan-jangan Mia pingsan, kak.”

Peter langsung menyuruh Jake untuk mengambil linggis di ruang olahraga. Jake pun langsung berlari keluar kelas dan menuju ruang olahraga. Ruangan olahrga hanya terletak 3 kelas jauhnya dari kelas Mia. Ketika dia berusaha memegang ganggang pintu ruang olahraga, ternyata ruangan tersebut terkunci. Dia melihat kesempatan besar dan hanya satu-satunya kesempatan untuk bisa masuk kedalam ruangan olahraga. Jendela ruangan ada yang terbuka. Dia pun langsung memanjatkan tubuhnya melewati jendela tersebut. Dengan hati-hati Jake mendaratkan kakinya di kursi guru.

Sembari berusaha untuk berhasil masuk dia terus menyumpah-nyumpah semua benda yang menghalanginya. Ketika sudah berhasil masuk dengan usaha yang menyesalkan, Jake membuka lemari penyimpanan yang sering digunakan Pak John untuk menyimpan alat-alat seperti linggis.

Benar saja. Dia menemukan sebuah linggis. Dibawanya linggis tersebut lalu menginjakkan kakinya di kursi dimana dia mendaratkan kakinya. Lalu dia pun berlari dengan terburu-buru menuju kelas Mia. Ketika sampai dikelas, Peter sedang mencoba untuk membuka lemari tersebut dengan menarik lobang kecil bekas gagang pintu yang patah tadi. Sedangkan Lily terduduk di kursi Mia dengan perasaan penuh harap dan khawatir.

Peter melihat linggis yang dipegang oleh Jake. Dia pun langsung merebut linggis tersebut dan menyelipkan nya disisi atas lemari.

Sekali, dua kali, dan tiga kali mencoba akhirnya linggis itu berhasil membuka pintu lemari penyimpanan. Jake menarik pintu lemari itu dan mereka bertiga begitu terkejut ketika mendapati Mia yang tersandar di sisi kiri lemari. Tubuhnya ditutupi jaring laba-laba. Peter menggendong Mia dengan gaya bridal . Jake menatap iri Peter yang menggendong Mia namun bagaimana pun keselamatan Mia adalah yang lebih utama.

“Lily, kamu tau rumah Mia dimana?” tanya Jake. Dia dan Lily berjalan dibelakang Peter. Mereka menuju mobil Peter yang terpakir tidak jauh dari pintu keluar.

“Enggak tau, kak.”

Lily seakan mengingat sesuatu lalu ia membuka tas Mia dan mengeluarkan buku catatannya. “Waktu pertama kali kami masuk, wali kelas kami nyuruh untuk buat biodata. Aku masih ingat waktu itu Mia nulisnya di buku coret-coret yang ia sering bawa setiap hari.”

Lily masih merogoh-rogoh tas Mia. Mereka bertiga sampai di mobil CRV Peter. Jake membuka pintu belakang dan membiarkan Peter masuk bersama Mia yang masih ia gendong.

“Kau yang menyetir, Jake.”perintah Peter, membuat wajah Jake menjadi kesal.

“Lah, kan kau pemilik mobil ini. Kenapa harus aku yang menyetir?” bantah Jake. Tatapan mereka kini bertemu dan perasaan benci itu pun muncul.

“Iss, kok malah berantam sih! Mending aku aja yang nyetir!” bentak Lily. Tangannya masih merogoh tas Mia dan pada akhirnya-

“Nah! Ini dia alamat Mia.”

“Biar aku yang nyetir. Kamu duduk didepan.” Ucap Jake. Dia pun duduk dibangku setir, Lily duduk dibangku depan sedangkan  Peter duduk dibelakang, memangku Mia yang tengah pingsan. Raut wajah Peter berubah drastis. Perasaannya pun begitu. Dia senang bisa menatap wajah Mia yang begitu cantik ketika terlelap. Namun disisi lain, dia merasa sedih karena Mia itu pingsan dan bukannya tidur normal.

LAKE WITNESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang