Mia's POV
----
Kamarku sangat berantakan. Tempat tidurku penuh dengan pakaian yang aku lempar-lempar. Tak ada pakaian yang cocok untuk ku pakai. Padahal sudah jam 5 dan aku bahkan tidak bisa menemukan pakaian yang tepat.Astaga Mia! Kenapa kau jadi centil sekali!
Tidak seharusnya aku memilah-milih pakaian seperti itu. Ini bukan kencan. Aku yakin pasti Peter hanya membutuhkan bantuanku sehingga dia mengajakku pergi bersamanya. Atau hanya makan malam bersama.
Bukankah makan malam itu disebut kencan juga?
Entahlah. Mana aku tahu. Aku belum pernah berpacaran sebelumnya. Tidak sama sekali.
Jam dindingku seakan berputar lebih cepat dari biasanya. Aku menatap miris ruangan kamarku yang seperti tongkang pecah. Rok disana. Kaos disini. Dress di ujung sana. Dan seterusnya.
Pilihan terakhirku sedang bergantung di hanger lemari .
Celana jeans panjang yang dimana ada model sobekan di bagian lututnya. Aku mengambil jeans tersebut. Lalu t-shirt tee berwarna hitam, di tengahnya terdapat tulisan ' I'm a girl'. Dengan terpaksa, aku memilih kedua pakaian itu. Seusai mengenakannya, aku memandang diriku di depan cermin lemari.
"Tidak terlalu buruk" ucapku pada diri sendiri. Aku menggerai rambut cokelatku. Di depan meja dandan, aku memikir berulang kali apakah aku harus mengenakan sedikit make up atau tidak. Sebenarnya peralatan make up ini hanya aku pakai jika ada acara formal tertentu.
Akhirnya aku memutuskan untuk memoleskan sedikit lip gloss di bibirku. Aku tidak ingin berdandan. Ini bukanlah kencan. Lalu aku pergi ke tempat rak sepatu di sebelah pintu depan masuk rumah. Sepatu wedges. Sepatu converse. High Heels. Sendal.
Mungkin sepatu converse lebih baik.
Setelah memakainya aku langsung pergi menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Ketika aku sedang meneguk air putih tersebut, suara ketukan pintu berbunyi. Aku pun menyemburkan air putih itu karena terkejut.Jam tanganku menunjukkan pukul 5:30 sore. Masih ada 30 menit lagi tetapi dia justru datang lebih awal. Dasar Peter bodoh.
"Iya, kak. Tunggu bentar" teriakku dari dapur.
Aku membersihkan lantai yang basah akibat semburanku barusan. Hanya berjaga jaga kalau Peter ingin ke dapur untuk minum tapi justru mendapati air liur dari seorang gadis yang akan dibawanya pergi.
Aku membuka pintu depan dan mendapati seorang pria yang tinggi dan nan elok. Tinggiku hanya sebatas dadanya saja."Hey, Mi." sapa Peter. Aroma parfumnya tercium oleh ku. Astaga, dia harum sekali.
"Hey"
"Jadi kita pergi?" aku mengangguk. Ku tutup pintu depan rumah lalu menguncinya.
Peter menungguku di depan mobilnya.
Dia membuka kan pintu depan mobil untukku dan menungguku untuk duduk duluan "Ladies first"Peter bertingkah sangat manis sekali. Aku bisa melihat senyumnya dan itu begitu indah. Bibirnya tipis dan berwarna pink. Sangat lucu. Jantungku berdegup ketika berada berdua didalam mobil. Aku baru menyadari kalau udara sore kali ini begitu sejuk. Aku bahkan lupa membawa jaketku.
"Siap?" tanya Peter. Aku mengangguk dan ia pun langsung menancap gas meninggalkan perkarangan rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKE WITNESSED
Teen Fiction"Hiduplah, mengenang hanya untuk orang-orang tua" Seorang gadis cantik nan jutek namun memiliki kepribadian penyendiri meskipun dia merupakan gadis yang digandrungi oleh banyak cowok. Kepribadiannya banyak mengundang tanya oleh sebagian murid disek...