HE ASKED!

6 5 0
                                    

Sudah hampir 6  bulan berjalan. Jake sudah beribu kali mencoba untuk berbicara dengan Mia tetapi gadis itu selalu menghindar dengan alasan yang tidak masuk akal. Cowok itu tahu kalau Mia sengaja menjauhinya karena hidupnya sudah cukup berantakan sejak Diana menjambak rambut Mia. Terkadang setiap kali Mia dan Lily melewati koridor senior untuk pergi menuju kantin, Diana dan para penguntitnya merekam Mia sambil mengatakan hal-hal jahat dan keji terhadap gadis itu.

"Inilah dia... Mia si cewek murahan yang merusak hubungan orang lain"

Tapi untung saja gadis itu mempunyai kesabaran berlapis ribuan baja. Dia masih bisa mengendalikan kemarahannya. Tidak dengan Lily.Meskipun Lily gadis kutu buku, emosinya sungguh tak bisa dibendung. Hampir suatu kali ia menampar Diana karena menyebut dirinya ‘jalang’ tetapi Mia menahan Lily karena jika ia melakukannya, hal lebih buruk akan terjadi kepada mereka berdua.

Bagaimana dengan Peter? Peter tidak terlalu mengejar-ngejar Mia untuk berbicara dengannya. Dia justru bersikap tenang dan seperti tidak memperdulikan keberadaan Mia. Gadis itu pun juga merasa bingung dengan sikap Peter sekarang. Seingatnya, 5 bulan yang lalu ketika ia pingsan akibat terjebak di lemari penyimpanan yang penuh laba-laba, Mia bisa melihat beribu kecemasan di wajah Peter. Mia merasa kecewa karena sikap Peter karena dia merasa…rindu.

Seiring waktu yang telah berlalu, Steve, salah satu teman Jake mulai mendekati Lily. Cowok itu sangat menyukai Lily. Setiap pulang sekolah, Lily sering pulang lebih awal karena Steve menawarkan Lily untuk pulang bersama. Lily merasa bersalah dengan Mia tetapi Mia mengerti karena Lily pun juga memiliki perasaan yang sama terhadap Steve. Mungkin dalam hitungan hari, Steve akan membuat kejutan untuk Lily agar ia mau berpacaran dengan Steve. Ditunggu saja tanggal mainnya.

Di parkiran sepeda, Mia mendengus kesal ketika mengetahui ban sepedanya bocor. Dia yakin seratus persen kalau Diana dan para penguntitnya pasti telah melakukan hal bodoh itu kepada ban sepeda Mia. Ia pun langsung mendorong sepedanya sepanjang jalan.

Betis Mia mulai terasa sakit dan keram. Dia duduk di sebuah bangku jalan untuk beberapa lama ketika sebuah mobil CRV berhenti didepannya. Seorang cowok mengeluarkan kepalanya dari kaca mobil.

“Kak Peter?” Mia langsung berdiri , menatap Peter dengan ekspresi datar.

“Mau nebeng, Mi?” Peter seakan menanti sebuah jawaban ‘setuju’ dari Mia. Tepat sekali. Mia mengangguk setuju.

“Ya udah. Kamu masuk aja. Biar aku yang masukin sepedanya kedalam mobil”
Peter membuka pintu bagian belakang lalu memasukkan sepeda Mia. Padahal setiap senti dari badan sepeda itu bergesekan dengan sisi kiri kanan mobilnya.

Peter sempat meringis karena dia harus mengeluarkan uang ratusan atau mungkin jutaan rupiah jikalau mobilnya rusak parah. Tapi dia tidak memerdulikannya untuk sepenuhnya.

Peter berlari kecil, membuka pintu mobil lalu duduk dikursi kemudi. Disebelahnya sudah ada Mia yang tengah duduk manis, menanti kedatangan Peter. Jujur saja, Mia sedikit merasa canggung bersama Peter karena mereka sudah berbulan-bulan tidak bercakap.

Setidaknya mengucapkan ‘hi’ saja ketika bertemu tidak pernah.

Sebelum memutar kunci mobil, Peter hening sejenak. Mia mengangkat alis kirinya. Suatu hal yang paling ia benci ketika dirinya sangat menginginkan suatu jawaban atau kalimat yang keluar dari mulut seseorang. Peter menyadari tingkah Mia dan langsung saja gadis itu menurunkan alisnya dan bersikap biasa. Seniornya itu justru tergelak melihat tingkah konyol Mia.

“Jadi gini, Mi.” Mia memfokuskan perhatiannya kepada Peter yang sedang berusaha keras menemukan rangkaian kata yang pas untuk di ucapkan. “Kamu kan tau kalau aku kelas 12. Terus kan kamu juga tahu kalau kelas 12 sudah mau tamat? Nah, sekolah kita selalu mengadakan Prom Night 6 bulan sebelum genap setahun.”

Peter menjatuhkan pandangannya ke pada Mia. Gadis itu memandang Peter dengan tatapan berbinar-binar dan penuh semangat. Sebenarnya Mia masih belum mengerti apa yang sedang Peter coba katakan tapi dia terus menanti agar cowok disebelahnya itu menyelesaikan kalimatnya.

“Kamu mau jadi pasanganku saat Prom Night nanti?”

BYUSSHH

Mia terdiam. Nafasnya tertahan selama sekian detik. Dia merasa lebih canggung dari sebelumnya. Peter, sang senior terkenal mengajak juniornya, Mia Gilberts ke Prom Night dimana acara itu dipenuhi oleh seluruh senior.

Sebenarnya sih para junior juga pasti datang tetapi kalau Mia menjadi pasangan Peter, tentu saja dia harus terus bersama Peter. Dan Peter pasti akan berkumpul dengan teman-teman seniornya dimana disitu juga terdapat si parasit gila, Diana dan penguntitnya.

“Ehm…”

Mia sedikit ragu untuk mengiyakan. Tetapi jujur saja dia sangat menginginkannya. Dia pasti akan terkenal setelah itu namun sayangnya bukan itu yang dicari oleh Mia.

“Okelah , kak.” Akhirnya Mia pun menyetujui.

Peter langsung menyalakan mesin mobilnya. Dari sudut mata kanannya, Mia bisa melihat kalau Peter sedang tersenyum seorang diri. Dia terlihat bahagia karena Mia akan pergi ke Prom Night bersama nya. Mia pun begitu. Dia merasa begitu senang. Sekilas dia mengukirkan senyuman , sekilas lagi senyuman itu hilang ketika Peter menoleh kearahnya.

Hanya menjaga image

Mereka berdua telah sampai diperkarangan rumah Mia. Peter turun lebih dulu untuk membuka pintu mobil Mia.

“Terima kasih, kak.” Ucap Mia. “Eh, sepedanya, kak?”

“Eh iya. Untung kamu ingatin” Peter berlari menuju pintu mobil belakang lalu mengeluarkan sepedanya. “kalau nggak nanti malah kejual samaku.”

Peter dan Mia tergelak.

“Oh iya , Mi.” Peter menghentikan langkah Mia. “ Malam nanti kamu ada acara?”

“Enggak kayaknya, kak. Kenapa?”

“Hmm…” Peter memainkan jari-jari telunjuknya. Tubuhnya sedikit bergemetaran.

“Kamu mau pergi denganku tidak malam ini?”

Mia terdiam. Lagi. Sudah dua kali permintaan pergi bersama itu datang dari Peter. Dia tidak menyangka saja. Setelah berbulan-bulan tidak berbicara dengannya dan tiba kali ini dia melumpahkan segalanya.

“Ya udah, kak.”

Dan lagi. Peter tersenyum. Bahagia. Tapi karena tidak bisa ditahan lagi, dia justru berjingkak ria.

"YASS!"

Mia hanya bisa tergelak melihat tingkah seniornya. Dia baru sadar, sedingin-dinginnya seseorang pasti akan meleleh juga. Peter yang sikapnya begitu datar dan dewasa disekolah justru sekarang seperti anak kecil yang baru saja diberi permen tangkai.

“Oke. Nanti jam 6 sore aku jemput , ya.”

Mia mengangguk. Peter pun memasuki mobilnya. Pertamanya, dia justru duduk dibangku sebelah kemudi. Karena sadar dia sedang salah tingkah, Peter keluar dari mobil dan berpindah ke bangku kemudi.

“Kakak kan tadi bisa geser aja. Nggak perlu sampai keluar mobil gitu.”

Ucapan Mia barusan membuat Peter merasa malu dan konyol.

Dasar Peter bodoh  gumam Peter.

Mia melambaikan tangannya sebagai lambaian perpisahan kepada Peter. Bukan perpisahan juga sih. Sebab 2 jam ke depannya Peter akan datang kembali untuk mengajak Mia pergi. Entah itu disebut kencan atau cuman hal sepele. Mia tidak ingin mengambil pusing hal tersebut.

LAKE WITNESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang