Pertemuan dengan Nicholas

380 28 2
                                    

"Mama aku berangkat kuliah dulu ya!" Setelah sarapan bersama, Luna pun pamit.

"Iya sayang, hati2 di jalan, jangan ngebut ya!"

"Oke Mamaku sayang" Luna memeluk dan mengecup mamanya. Giselle tersenyum, ia terus mengawasi Luna yang kini sedang mengeluarkan mobilnya dan menghilang dari pandangannya.

"Dan jangan sungkan untuk 'menghukum' mereka yg jahat padamu nak..."

*****

Luna mengemudikan Audi R8 miliknya dengan santai, mengingat pesan mamanya untuk selalu berhati2. Giselle memberikan Luna banyak barang2 mewah, mengingat Giselle sendiri adalah salah satu pemilik toko perhiasan terkenal dan terbesar di Manchester, Inggris. Sebelumnya Luna merasa tidak enak menerima semua barang2 mewah dari Giselle. Namun Giselle terus memaksa Luna agar menerimanya.

Giselle ingin Luna tampil tanpa cela, sehingga orang2 tidak meremehkannya. Luna yang sangat menyayangi mama angkatnya tersebut pun menuruti semua keinginan Giselle, dan mengingat bahwa mamanya adalah pengusaha yang cukup terkenal di Manchester, tentunya Luna tidak mau mengecewakan apalagi mempermalukannya.

Ia merombak habis penampilannya agar terlihat lebih cantik dan berkelas, mati2an belajar, dan mengikuti berbagai kursus untuk mengasah bakatnya. Jadilah ia si gadis serba bisa.

Ia populer dikampusnya karena semua hal yang ia miliki. Cantik, kaya, pintar, berbakat, dan kerja sampingannya sebagai model. Menjadi teman Luna merupakan keinginan dari hampir seluruh mahasiswa di kampusnya. Walau sebagian besar dari mereka hanya ingin menumpang tenar darinya, Luna tidak peduli.

Selama mereka tidak mengusiknya saja~

"Selamat pagi Luna"

"Morning Lovette!"

"Hai Luna"

"Hai, pagi semua"

Luna membalas semua sapaan itu, tak lupa senyum menawannya, membuat mahasiswa yang memperhatikannya terpesona.

Mama menginginkannku menjadi gadis yang mempesona, dan aku harus melakukannya. Pikir Luna

Teman2nya pun menghampirinya, mengiringi jalannya sambil mengajaknya mengobrol. Sesungguhnya Luna sama sekali tidak tertarik terhadap mereka. Baginya mereka hanya penjilat saja!

Hingga saat ia memasuki lorong kelasnya, ia melihat laki2 itu berdiri dihadapannya. Ia menatap Luna sambil tersenyum gugup, namun mata birunya memancarkan binar kebahagian saat melihat Luna. Membuat jantung Luna berdegup kencang.

"Pa..pagi Luna, umm semoga harimu menyenangkan"

Luna terdiam terlebih mata biru itu terus memandangnya penuh cinta, hingga sebuah suara menghentikan lamunannya.

"Hoi cupu! Kau ini benar2 ga ngaca ya, udah miskin berani mencari perhatian Luna? Jangan ngarep woy!"

Sontak semua mahasiswa yang berada dilorong tertawa dan ikut mengejek laki2 tersebut.

"Cih! Mentang2 biaya kuliahnya ditanggung keluarganya Luna, dia jadi ngarep!"

"Ga tau diri banget sih!"

"Ih jijik, muak liatnya"

Luna ingin menghentikan ulah teman2nya, rasa2nya ia ingin menyobek bibir mereka satu persatu, namun Nicholas -nama laki2 tsb- sudah mendahuluinya.

"Aku cukup tau diri mengenai posisiku, aku tidak mengharapkan apapun. Luna dan ibunya telah menolongku, dan aku ingin membalas kebaikanmu, aku ingin menjadi sesuatu yang berguna untukmu Luna"

Lagi, senyuman yang selalu Nick hadirkan untuknya membuat dadanya berdesir. Tidak! Ia tidak boleh jatuh cinta! Itu akan menyulitkannya.

"Cukup menyingkir saja dari hadapanku Nick, aku mau masuk kelas"

Luna LovebloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang