Si Pelipur Lara

156 6 0
                                    

Aku duduk termenung sendirian ditaman, entah mengapa akhir-akhir ini aku bimbang pada diriku sendiri. Pada awalnya aku merasa senang menjalani permainan ini, namun setelahnya muncul perasaan hampa, sakit, dan aku merasa telah kehilangan jati diri.

Jika benar aku merasakan hal itu, apakah itu artinya aku telah gagal membahagiakan mama? Apa aku gagal menjadi seorang Loveblood ?

Sudah 1 jam aku termenung dibawah pohon ini memikirkan nasibku, sekaligus menunggunya...

Kenapa dia belum datang? Entah mengapa setiap bertemu dengannya, aku merasakan kedamaian, seolah2 ia adalah obat penenangku.
Aku tau ia selalu melewati taman ini setiap perjalanan sebelum dan sesudah kerja, bahkan membaca buku dikala senggang dibawah pohon yang kududuki ini.

Sekarang sudah jam 3 sore, dan dihari sabtu ini biasanya jam segini ia tengah asyik membaca buku disini. Tapi kenapa ia tidak muncul? Aku ingin bertemu, aku ingin ia mengajakku ngobrol, aku ingin ia memperhatikanku, walau biasanya aku selalu bersikap dingin dan mengabaikannya, namun aku melakukan hal itu dengan berpura-pura. Karena pada dasarnya aku senang saat ia mencurahkan perhatiannya khusus untukku.

Nick... Kamu dimana? Cepatlah datang~

"Luna apa yang kau lakukan disini?"

Seketika aku mendongakkan kepalaku begitu mendengar suara yang sangat kuhapal itu. Aku tersenyum lebar saat ia datang, namun senyum itu mendadak luntur.

Disampingnya ada seorang gadis cantik yang terlihat sangat feminim dan ramah. Mereka berdua sama-sama membawa buku dan keduanya tampak serasi.

Orang baik seperti Nick, pasti bersanding dengan gadis baik. Apa kau sudah tidak menyukaiku lagi Nick?

"Aku..." Suaraku serak, mataku terasa panas, kehadiran keduanya terlihat sangat menyakitkan untukku.

"Aku... Merasa kurang sehat" Suaraku mencicit dan tanpa bisa ditahan air mataku mengalir.

"Luna! Ya tuhan, dimana bagian yang sakit? Coba sini kuperiksa" Nick bertanya dengan nada panik, kulihat kekhawatiran dimatanya.

"Hiks... Aku ga tau Nick.. Hiks.. Semuanya sakit, aku bingung.. Aku takut!" Tangisku makin deras, kupeluk dirinya erat sambil menangis. Kulepaskan topeng dingin yang selalu kupakai saat berhadapan dengannya.

Hanya di depan dia, sisi manusiawi yang kumiliki keluar. Dan baru kali inilah aku menumpahkan segala emosiku dihadapan orang lain.

"Luna... Kuantar kedokter ya? Biar kita tau apa penyakitmu"

"Ga mau... Ga mau kedokter!" Aku menggeleng keras, karena penyakit ini bukanlah berasal dari fisikku, tapi dari lubuk hatiku.

"Sama kamu saja Nick!" Kupererat pelukanku, Nick pun mengusap punggungku menenangkan.

Sesaat kemudian aku tersadar, sikap manjaku yang sangat memalukan ini disaksikan oleh teman perempuan Nick, atau mungkin saja pacarnya!

Rasa takut akan kehilangan menyergapku, aku terus menggumamkan kata-kata bahwa aku ingin bersama Nick.

"Jangan khawatir Luna, aku akan menemanimu" Nick tersenyum, sepertinya ia memahami ucapanku. Lantas ia menoleh kepada temannya.

"Jenny aku minta maaf, sepertinya aku tidak bisa mengerjakan tugas bersamamu. Biar sisanya aku saja yang mengerjakan"

"Apa tidak apa-apa Nick? Aku akan menunggu hingga urusanmu selesai" Dapat kulihat raut kecewa diwajah Jenny, apa ia sangat dekat dengan Nick? Apa Nick akan menemuinya lagi? Tolong jangan Nick!

"Maaf Jenny, kau tidak usah menungguku, aku ingin menemani Luna hingga ia benar-benar merasa baik, tak apa biar aku yang selesaikan sisanya"

"Oh begitu.. Baiklah Nick, sampai jumpa nanti lagi. Bye Luna, semoga kau merasa baikkan nantinya" Jenny pun pamit dan tersenyum padaku. Dan entah mengapa, aku merasa sedikit bersalah padanya.

"Jadi... Kau ingin kutemani kemana Luna?" Ia tersenyum padaku, namun kulihat pipinya bersemu merah. Aku pun tersadar bahwa sedari tadi aku memeluknya erat dan tidak melepaskannya sedikitpun! Astaga... Betapa malunya aku!

Segera kulepaskan pelukanku, wajahku pasti semerah tomat, lalu aku pun berdehem untuk menetralkan rasa gugupku.

"Umm.. Nick, kau masih tinggal dipanti asuhan?" Kenapa aku menanyakan tempat dia tinggal?!

"Tidak, semenjak kau membantu panti asuhan dan kuliahku, aku tinggal diflat dekat kampus. Disana aku lebih konsen belajar, lagipula dekat dengan tempat kerjaku" ia tersenyum dengan manis dan binar matanya menunjukan rasa terima kasih padaku.

"Boleh aku kesana?" Ia tampak terkejut mendengar permintaanku. Kenapa Nick? Tidak bolehkan? Atau hanya pacarmu yang boleh kesana?

"Tidak boleh ya Nick?" Aku menunduk meremas ujung dressku.

"Ah bukan begitu Luna, hanya saja flatku sangat kecil dan lembab, berantakan pula. Kau pasti tidak nyaman"

"Tidak apa, aku ingin ketempatmu Nick"

Ia pun terdiam sesaat, lalu menyetujui permintaanku. Kami pun berjalan menuju flatnya yang memang tak begitu jauh dari taman. Sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara baik aku ataupun dirinya. Tapi yang pasti kami sangat menikmati suasana ini. Tangan kami saling bertaut, namun masing2 dari kami hanya tertunduk malu, canggung atas situasi ini. Sekali2 kami saling melirik lalu tersenyum malu. Persis seperti remaja tanggung yang sedang kasmaran.

Nick... Aku ingin terus bersamamu selamanya, mungkinkah itu terjadi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luna LovebloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang