#Happy Reading All :D
Rose mencoba membuka pintu lemari tempat persembunyiannya, ia tahu ini adalah hal yang bodoh jika dirinya menampakkan dirinya didepan Peter dan Ben sekarang tapi ia sangat ingin mengetahui apa yang terjadi dengan ibunya.
"Aku yakin Marie baik-baik saja sekarang Peter" Guman Ben berusaha meyakinkan Peter yang terlihat gusar.
Rose kembali mengurungkan niatnya untuk keluar dari tempat persembunyiannya ketika mendengar suara dari Ben.
Peter mendengus mendengar perkataan Ben, bahkan Ben tidak percaya bahwa Peter dapat mendengus kepadanya dalam keadaan mabuk dan Pria itu benar melakukannya.
"Baik-baik saja katamu? Setelah.." Gumam Peter tertahan dan Rose berani bersumpah ia mendengar suara isakan kecil dari suara Peter.
Peter menatap Ben dengan tatapan penuh kesedihan, matanya yang berwarna hijau terang tertutup dengan air matanya.
"Setelah dirinya terjun dari te..tebing" Gumam Peter sambil menatap kearah Ben dengan suara tertahan seakan menahan dirinya untuk menangis tapi isakan tetap terdengar ditelinga Rose.
Tebing? Batin Rose dengan wajahnya yang mulai memucat, ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Kenapa ibunya harus terjun dari tebing? Tanya Rose bingung, seluruh otaknya seakan berhenti untuk berpikir dirinya tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah mendengar perkataan Peter mengenai ibunya.
Rose merasa Kakinya sangat lemas untuk berusaha menompang dirinya berdiri tegak, Rose ingin menyandarkan tubuhnya sambil menangis tapi tidak, ia tidak bisa melakukannya sekarang.
Ben berusaha menelan ludahnya untuk menenangkan dirinya sedangkan tangannya menepuk pundak Peter yang terlihat bergetar karena isakkan. Jujur bukan maksud Ben kemari untuk membuat Peter mengingat lagi mengenai Marie.
"A..aku yakin Marie masih hidup"
Peter kembali menatap Ben sambil menggelengkan kepalanya " Tidak, bahkan tubuhnya tidak ditemukan.. seharusnya aku tidak memberitahu kepadanya kalau Rose tenggelam didanau itu" Gumam Peter mengingat kembali dimana Marie bersikeras mencari Rose.
Rose berani bersumpah mendengar dirinya sedikit menjerit ketika mendengar namanya keluar dari mulut Peter.
Ben masih terdiam menatap Peter yang terlihat gemetar didepannya, Peter yang terlihat kuat sekarang begitu memperlihatkan kelemahannya.
"A..aku sungguh mencintainya.." Gumam Peter kembali sambil menatap kearah lain seakan pikirannya memikirkan hal lain.
"Berkali-kali aku mendekatkan diriku agar ia bisa mencintaiku" Lanjut Peter pelan mengenang seluruh rasa cintanya pada Marie
"Tapi tidak Marie bahkan tidak memandangku dan ketika aku tahu bahwa Marie sedang mengandung anak pria itu!" Gumam Peter terlihat marah, pandangannya menatap kearah Ben dengan penuh amarah.
"Dia bahkan lebih menyayangi anak itu dibandingkan dengan diriku padahal aku sudah membuatnya bebas dari penjara yang mengurungnya" Gumam Peter dengan suara tertahan seakan menahan semua amarahnya
"Ya akulah yang bodoh, seharusnya aku tidak membiarkan anak itu lahir agar Marie bisa mencoba untuk mencintaiku!" Gumam Peter penuh penyesalan karena telah membuat dirinya kehilangan akan cinta sejatinya.
Rose menutup mulutnya dengan kencang, berusaha menahan suara yang keluar dari mulutnya karena terkejut dengan perkataan Peter.
"Padahal aku sudah membuatnya bebas dari penjara itu, Marie sedang mengandung anak pria itu!" Kata-kata yang Peter ucapkan tergiang dengan jelas didalam pikiran Rose, dirinya bahkan tidak mengerti dengan maksud Peter.
"A..apakah ini alasan kenapa Peter tidak begitu menyukaiku sejak kecil?" Bisik Rose kepada diri sendiri.
Rose merasa sedikit lega mengetahui permasalahan dirinya dengan Peter tapi sekaligus sedih karena jujur Rose sudah menganggap Peter sebagai ayahnya walaupun Peter selalu tidak bersikap baik kepadanya sebagai seorang ayah.
"Pe..Peter" Gumam Ben sedikit gugup mendengar perkataan Peter, Peter hanya terdiam membisu dengan tatapan kosong seakan tidak mendengar panggilan Ben.
"Ma..Marie.." Guman Peter dengan suara Lirih kemudian terjatuh dari kursinya dalam hitungan detik.
Ben terlihat panik ketika ia melihat Peter terjatuh tepat didepannya dengan cepat Ben mengangkat Peter dari lantai.
"Peter..?" Tanya Ben sambil menatap Peter yang terlihat lemas didalam lengannya, Ben berani yakin Peter sudah terlalu mabuk.
Ben mencoba menompang tubuh Peter dan membawanya keluar dari ruang dapur menuju kamar Peter yang berada tepat diatas.
Rose terus menutup mulutnya untuk menahan suara isakkannya ketika Ben berjalan melewatinya sambil membopong Peter disampingnya.
Rose menatap Peter dengan penuh kesedihan, ia bahkan tidak pernah melihat Peter seperti ini, Rose merasa Peter sungguh tulus mencintai ibunya dan.. dan dirinyalah yang merenggut wanita tercintanya.
Rose membuka pintu lemari tempat persembunyiannya dengan perlahan kemudian dengan cepat pergi meninggalkan rumah itu sebelum Ben menyadari dirinya berada disana.
***
Luke memacu kudanya dengan cepat menuju tempat kediaman Rose, entah kenapa ia sangat cemas mengingat Rose pergi sendirian kerumah itu tanpa pendamping.
Luke berusaha mempercepat langkah lari kudanya hingga akhirnya ia tiba diatas bukit dekat rumah Rose.
Luke merasa jantungnya berdebar kencang ketika ia melihat gadis itu keluar dari rumahnya, ia melihat Rose menaiki kuda yang dibawa gadis itu kemudian pergi menuju arah lain.
Luke mengikuti Rose dari belakang, ia tidak tahu apa yang ingin dilakukan gadis itu tapi yang ia tahu sekarang dirinya merasa tenang melihat Rose baik-baik saja.
Luke melihat Rose menghentikan kudanya tepat didekat atas tebing, gadis itu terlihat begitu tenang berjalan mendekati arah tebing seakan gadis itu bersiap untuk melompat dari sana dan membuat Luke harus melompat turun dari kudanya untuk menarik tangan gadis itu.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Luke dengan wajah pucatnya terlihat jelas ia begitu cemas dengan keadaan Rose.
Rose menatapnya, matanya terlihat bengkak dan penuh dengan air mata. "Le..lepaskan" Guman Rose dalam isakkannya, Luke tidak mengerti apa yang terjadi tapi ia tidak bisa melepaskan tangan gadis itu karena ia merasa gadis itu akan melakukan hal-hal aneh.
Luke mempererat genggamanya dilengan Rose, ia menggelengkan kepalanya untuk menolak permintaan Rose.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu" Gumam Luke cepat dan menyadari Rose sedang menatapnya dengan tatapan penuh amarah.
"Ini semua salahmu!" Gumam Rose dengan nada tertahan terlihat ia sungguh membenci Luke.
"A..apa maksudmu? A..aku tidak mengerti Rosslyn" Tanya Luke bingung, ia bahkan tidak merasa melakukan hal yang menurutnya pantas disalahkan.
Rose tersenyum seakan mengejek Luke sambil mendengus "kau tidak mengerti?" Tanya Rose sambil tertawa namun tawa penuh kepahitan.
"Ini semua karena kau, jika waktu itu kita membawa ibuku pergi dari tempat itu.." Gumam Rose dengan penuh Amarah sambil menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Luke.
"Ibuku tidak akan mencariku sampai dirinya harus melompat dari tebing ini!"Teriak Rose kesal melepaskan semua amarahnya pada Luke tetapi sesungguhnya ia lebih membenci dirinya sendiri karena alasan menyalahkan Luke adalah agar dirinya lebih tenang karena ia tahu ini semua kesalahannya.
Seharusnya ia mendengar kata-kata ibunya untuk menjauhi Peter tapi ia tidak menurutinya hingga terjadi hal seperti ini.
Luke membuka mulutnya seakan ingin berbicara namun ia kembali mengurungkan niatnya, ia bahkan tidak tahu harus berbicara apa untuk sekarang yang ia tahu adalah membuat Rose tenang.
#Sankyu All for Comment and Vote, and Thanks a lot because u're already reading this story.. Happy Reading all.. ^-^
-Ai_Yaotome-
![](https://img.wattpad.com/cover/68385835-288-k200406.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke In Love (Completed)
Vampirgeschichten#1. Vanderbilt Story Part 1-11 :public Part 12-end : private Hidup selama bertahun-tahun dengan harta, pesona dan hubungan singkat yang panas tidak membuat seorang Lucius beth Vanderbilt yang dikenal dengan Luke puas dengan hidupnya. tapi keti...