1. Hari Pertama

209 16 2
                                    

Suara bising dari jam weker terdengar sampai ke telinga gadis yang masih terlelap dalam tidurnya yang nyenyak itu. Waktu telah menunjukkan pukul enam pagi dan gadis itu sama sekali tidak mempedulikan suara jam weker yang terus berbunyi

"SELAMAT PAGI ADIKKU YANG JELEK" pintu tiba tiba terbuka lebar dan membiarkan seorang laki-laki yang berteriak sambil masuk ke kamar gadis itu.

Airina yang masih mengantuk itu mengerutkan dahinya karna merasa terganggu oleh teriakan Deva yang udah mirip banget sama toa

"bangun bangun bangun bangun bangun bangun bangun" Deva terus bersuara sambil naik dan lompat-lompat diatas kasur Airina.

Airina pun berdecak sebal merasakan mahluk halus yang telah menganggu acara tidurnya. "berisik banget sih lo" gerutu Airin membuat Deva terkekeh.

"mangkanya bangun atau gue bakal terus lompat lompat sampe kasur lo jebol" mendengar hal itu akhirnya Airina pasrah dan duduk dari tidurnya sambil mengucek matanya yang sembab

"jangan kira mentang mentang lo ninggalin gue empat tahun gue lupa sifat kebo lo. Udah sono mandi" Deva turun dari kasur Airina sambil merapihkan seragam sekolahnya yang sedikit berantakan

"iya iya udah keluar sana" Deva tersenyum kemenangan dan berjalan keluar dari kamar Airina

setelah melakukan rutinitas paginya, Airina segera turun kebawah menyusul keluarganya untuk sarapan sambil merapihkan rambutnya

"pagi" sapa Airina lalu duduk di sebelah Deva yang sedang memainkan ponsel sambil memakan roti bakarnya

"pagi. Ayo makan dulu Rin habis itu berangkat sama Deva ya" ucap mamanya sambil memberikan sepiring roti selai kesukaan Airina

"makasih ma" Airina mengambil roti itu dan langsung melahapnya. "pa, Deva mau motor baru dong pa" tiba tiba suara rengekkan Deva terdengar

"udah lah nanti aja kalau kamu udah kuliah Dev, lagian papa takut kalau kamu naik motor nanti ada apa apa lagi" Deva pun mendengus sebal membuat Airina mendekatkan wajahnya ke telinga Devan

"mampus lo" bisiknya sambil terkekeh dan melanjutkan makannya. Deva mencibir Airina dan mendengus sebal. "hati hati aja lo dek. ntar di sekolah kalau ada yang nyulik terus gebokin lo sampe masuk ugd, gue gak tanggung jawab"

Airina mengerutkan dahinya dan menatap kakaknya "serem banget sih omongan lo. amit amit deh" gumamnya "yah gak percaya. pokoknya hati hati aja deh lo. gue gak mau tanggung jawab pokoknya" Deva melanjutkan makannya dan membiarkan Airina kebingungan dan menatapnya sinis

"Deva jangan gitu dong sama adeknya. Jagain lho mama gak mau sampai Rina kenapa napa" omongan mama sukses membuat Airina memeletkan lidahnya ke Deva "dengerin tuh"

"iya iya lagian mana ada yang mau ngisengin kebo kayak dia" balas Deva acuh membuat Airina melototinya "ma, Deva ma" Airina mengadu tak terima

"udah udah. berangkat gih keburu telat! salam sama papa" Airina dan Deva pun berdiri dari duduknya dan bergantian mencium tangan orang tuanya lalu berjalan masuk ke mobil Deva yang terparkir di halaman depan rumah

keduanya pun memasuki mobil dan Deva mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. "eh kak emangnya sekolah kita nanti horor banget ya? sampe mama bilang lo harus jagain gue?"

Deva menengok ke kanannya sekilas "iya yang kayak gue bilang siap siap di culik" jawab Deva asal "ih kak serius" Deva terkekeh pelan melihat adiknya

"pokoknya kalau ada apa-apa lo bilang ke gue. ada masalah, lo konsultasi ke gue. gue gak mau lo kenapa napa" Deva mengarahkan tangannya untuk mengelus pelan kepala Airina

"iya kak lo tenang aja" Airina memberikan senyumnya. "Empat tahun gak ketemu lo udah gede aja Rin. Tau gak rumah rasanya sepi banget gak ada lo sama papa"

Airina terkekeh mendengar curhatan kakaknya "emang gue ngangenin kali" jawabnya pede "tuhkan mulai. nyesel gue ngomong lo nya jadi kegeeran"

setelah saling mencibir di mobil, lima belas menit kemudian mereka sampai di gerbang sekolah. Deva memakirkan mobilnya di sudut lapangan parkir yang ada tulisan 'cxi' entah apa artinya itu

"yuk turun" Airina mengangguk lalu ia melepas seatbelt dan keluar dari mobil. Mereka pun mulai memasuki gedung sekolah dan semua orang yang lewat menatap mereka heran. ya mungkin karna Airina berstatus murid baru disini dan itu membuat Airina seketika gugup

"relax aja kali tangan lo sampe gemetar gitu" ucap Deva tanpa menengok ke arah lawan bicaranya itu "mereka ngeliat gue kayak ngeintimidasi tau" Deva terkekeh pelan

tak lama mereka sampai di depan ruang kelas Airina yaitu kelas 10-3. "nih kelas lo, semua kepentingan pindahan udah gue urusin semua jadi santai aja" Airina tersenyum "thanks Dev lo baik deh"

Saat mereka sedang berbincang, seseorang dari kejauhan tiba menghampiri mereka "Airina?" tanya orang itu. yang dipanggilpun menengok dan seketika matanya berbinar-binar

"Ian?!" pekik Airina dan tanpa aba-aba gadis itu segera memeluk sosok yang sangat dirindukannya selama di Jerman. Sahabat sejak kecilnya, Sebastian

"astaga akhirnya lo balik juga ke Jakarta! lo sombong banget udah gak pernah bales email gue" Sebastian melepaskan pelukan mereka. "sori yan, gue sibuk banget soalnya" Airina menekuk bibirnya

"gak cuma lo doang yan yang dikacangin. gue aja kakaknya dikacangin sama dia" Deva ikut dalam perbincangan mereka "sok sibuk lo" canda Sebastian sambil tertawa pelan

"eh betewe, kelas lo disini?" tanya Sebastian dan dijawab anggukan oleh Airina. Sebastian tersenyum lebar "kita sekelas dong" Airina mengangkat sebelah alisnya "lo disini juga?"

Sebastian menjawab dengan anggukan antusias "yaudah kalo gitu lo sama Ian aja ya Rin, gue harus ke kelas dulu" Deva mengacak pelan rambut Airina sebelum pergi meninggalkan gadis itu dan Sebastian

"oke, bye kak" Airina melambaikan tangannya kepada Deva yang sudah jalan menjauh. "yuk ke kelas"

. . .

chapter 1 yey! vote&comment💕

No Matter HowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang