7. Terlambat

126 10 9
                                    

"raffa! berhenti kamu!"

langkah cowok itu terhenti ketika mendengar suara cempreng yang menyerukan namanya.

hentakkan sepatu terdengar semakin mendekat ke arah cowok itu. Dan dia hanya bisa pasrah dan berbalik

benar dugaannya kalau yang memanggil namanya adalah guru killer yang tak lain adalah Bu Inul

"aw aw aw!" Raffa memekik ketika Bu Inul menarik telinga kanan Raffa secara tiba-tiba dan menariknya hingga ke ruang guru

"aduh bu! lepasin dong! sakit tau" rutuk Raffa sambil mengusap telinga kanannya yang terasa perih itu

Bu Inul berkacak pinggang sambil menatap tajam ke arah Raffa "bagus kamu ya! telat aja terus sampe sukses! udah berapa kali saya negur kamu?"

"udah 17 kali bu" jawab Raffa polos

brak!

"Saya gak suruh kamu jawab!" Bu Inul menggebrak meja membuat bahu Raffa naik karna kaget

"tadi kan ibu nanya, ya sebagai siswa yang baik saya harus jawab dong emangnya ibu mau saya kacangin? kacang sekarang mahal loh bu dua belas rebu per ki-"ucap Raffa tidak mau kalah

brak!

gebrakkan meja terdengar kembali membuat Raffa akhirnya diam dan melihat Bu Inul yang bahunya sudah naik turun menahan emosi

"udahlah! sekarang kamu berdiri di lapangan sampe jam istirahat"

Raffa hanya mengangguk enteng dan segera pergi ke lapangan. Baginya ini adalah hal yang biasa karna memang sudah sangat sering terjadi

Terik matahari yang panas sama sekali tidak berpengaruh bagi kondisi fisik Raffa. Hanya saja keringat sudah mulai membanjiri pelipis,leher dan juga punggungnya

merasa bosan dengan pemandangan tiang, Raffa pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling

lalu matanya terpaku ke arah gerbang sekolah. Disana terlihat ada seorang gadis yang sedang berusaha memanjat pagar sambil celingukan

gadis itu mulai mengaitkan kakinya pada pagar dan memanjat naik. kebetulan sekali satpam yang bertugas sedang tidak ada jadi gadis itu masih aman

gadis itu sekarang mulai menuruni pagar tapi nyatanya kakinya salah menginjak membuat dia terpeleset dan

"AAAAAA"

yap, gadis itu jatuh tepat diatas tanah yang lembut tapi menyakitkan

"bodoh" gumam Raffa sambil terkekeh pelan melihat gadis itu sedang merintih kesakitan sambil memegang lututnya

karna terus terusan meringis akhirnya Raffa memutuskan untuk menghampiri gadis itu

Raffa menyodorkan tangannya kehadapan gadis itu membuat gadis itu mendongak ke arahnya

Raffa sedikit kaget karna ternyata gadis bodoh si pemanjat pagar itu adalah Airina. Tapi ia menutupi rasa kagetnya dengan wajah dinginnya

Airina menatap Raffa sebentar lalu meraih tangan Raffa untuk membantunya berdiri

"thanks" ucap Airina sambil membersihkan rok nya yang kotor serta telapak tangan dan kakinya

"eh lutut lo berdarah" Raffa menunjuk lutut Airina yang terluka dan ada cairan merah disekelilingnya

"ke UKS yuk, gue anterin" tawar Raffa

No Matter HowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang