4. Erina Pratama

120 11 17
                                    

"awas aja ya ada yang enggak ngerjain tugas lagi. Bersyukur kalian mood saya lagi bagus jadi tidak saya geplak satu-satu" Bu Inul terus mengomeli kelas 10-3 karna hampir 10 orang tidak mengerjakan tugas yang diberikannya kemarin

"ih si ibu serem amat masa lupa ngerjain tugas digeplak? saya gak kebayang kalau suami ibu lupa bayar tagihan listrik diapain ya" celutuk Sebastian dengan wajah polosnya. Semua murid pun tertawa mendengarnya. Bu Inul melebarkan matanya ke arah Sebastian dan ia hanya nyengir tak berdosa

Emang gitu, gak tau diri :)

Sebelum Bu Inul memarahi Sebastian, bel istirahat berbunyi dan semua murid ngacir keluar kelas. Bu Inul hanya bisa menghela napasnya dan mengelus dadanya untuk sabar menghadapi salah satu muridnya yang tengil itu.

Airina membereskan buku-buku di mejanya dan mengeluarkan kotak makan dalam tasnya. "Rin makan yuk" Ajak Emma yang tiba tiba muncul di sebelahnya

"yuk"

mereka berdua berjalan beriringan di koridor sekolah. Tetapi, langkah mereka terhenti ketika ada yang menghalangi jalan mereka. Airina mengadahkan kepala nya untuk melihat siapa di depannya

dan seketika sekujur tubuhnya terasa kaku. jantungnya memompa dengan sangat cepat. Kakinya terasa lemas karna Raffa dan ketiga temannyalah yang berdiri di hadapannya

"hai, mau makan ya? ohya, lo inget kan kalau lo masih ada urusan sama gue?Erina?" Tanya Raffa dengan nada dingin sambil menaikkan sebelah alisnya. Airina hanya diam tidak berani menjawab karna ia merasa sangat gugup. Padahal ia berniat untuk membenarkan namanya

"ohya temennya Erina, lo lebih baik pergi. Karna gue berurusan cuma sama dia bukan sama lo" ucap Raffa. Emma mengangguk kaku dan mengusap bahu Airina pelan sebelum pergi menjauh karna ia tidak mau mencari masalah

kini Airina hanya bisa menundukkan kepalanya . "tenang aja, kita gak akan main fisik sama cewek kok. Ya paling kalau kebawa emosi aja" seorang yang bernama Aldo itu angkat bicara lalu mereka tertawa di akhir kalimatnya.

Airina bergidik ngeri.
awas aja kalau mereka macem-macem, batinnya berbicara walau sebenarnya ia takut

"Annes, Moran, Aldo kalian cabut duluan deh. Biar gue yang ngurusin dia" ucap Raffa. "eh? yakin lu Raf mau kita pergi?" tanya Annes dan dibalas anggukan oleh Raffa

"oh yaudah deh. kita cabut ya Raf bye adik kelas yang manis" ucap Moran genit sambil mengedipkan sebelah matanya lalu ketiganya pergi menyisakan Raffa, Airina dan murid murid yang berlalu lalang di koridor sambil memperhatikan mereka berdua

Raffa yang merasa masih belum cukup dengan kepergian teman-temannya pun mulai berbicara lagi. Namun kali ini dengan suara yang lebih keras "gak ada yang boleh lewat koridor ini sampai 5 menit kedepan! pergi lo semua!" ucapnya tegas membuat semua orang langsung berjalan cepat bahkan berlari meninggalkan mereka

berdua, di koridor kelas 10

setelah keadaan sudah sepi, Raffa menatap dalam gadis yang ada di depannya itu. Dahinya sudah berkeringat dan wajahnya pucat. Raffa tertawa dalam diam ketika melihat wajah Airina yang takut setengah mati

Ia pun melangkah mendekat ke arah Airina. Airina melangkah mundur ketika Raffa mendekatinya. Tapi, Raffa tetap melangkahkan kakinya begitu juga sebaliknya sampai

deg.

punggung Airina sudah menyentuh dinding. Raffa langsung mengunci tubuh Airina dengan kedua tangannya ke dinding. Dan saat itu, jantung Airina berdetak begitu cepat merasakan Raffa yang berjarak hanya beberapa meter darinya

Airina menundukkan wajahnya karna ia terlalu takut untuk menatap mata Raffa. "look at me please?" Raffa angkat bicara.

sial

Airina dengan ragu mengangkat kepalanya dan berusaha tetap tenang menatap wajah Raffa. "gue tau bagi lo gue berlebihan hanya karna lima ribu. Tapi, asal lo tau apapun yang gue perintah itu harus lo lakuin. Karna gue senior lo dan karna gue paling benci penolakan

dan karna lo udah berani nyari masalah, gue wajar dong ngasih lo hukuman" Raffa memberikan jeda sebentar dalam kalimatnya

"dan hukumannya nanti lo harus pulang bareng gue" Airina langsung membelalakkan matanya. Raffa melepaskan tangannya pada dinding dan mundur beberapa langkah sehingga mereka tidak sedekat tadi

"m-maksud lo?" tanya Airina tak yakin. "ya hukumannya nanti pulang sekolah lo harus pulang bareng gue Erina Pratama" Airina terdiam sejenak untuk berpikir. "lo gak terima? atau mau gue suruh lo jadi asisten pribadi gue sama temen-temen gue?"

"eh! enggak enggak! oke! gue pulang bareng lo nanti" Airina langsung menolak. Memang lebih mending pilihan pertama dariapada pilihan kedua.

menjadi asisten pribadi? yang benar saja

"oke, gue tunggu pulang sekolah nanti di gerbang. see you Eri" Raffa langsung pergi meninggalkan Airina yang masih mematung di tempatnya. Pikirannya masih belum bisa mencerna kejadian ini

"eri" gumamnya. Tapi tidak, yang lebih penting adalah

Raffa mengajaknya pulang bareng?

ok.

🌸

"udah lo tenang aja, gue pulang bareng temen gue kok" saat ini Airina sedang bersama kakaknya, Deva di lapangan sekolah. Kelas 12 sedang pelajaran olahraga dan kebetulan guru yang mengajar kelas Airina sedang absen jadi sekarang adalah jam bebas

Airina menggunakan waktu ini untuk meminta ijin kepada Deva pulang bersama temannya -Raffa. Tapi Airina gak akan bilang kalau dia pulang bareng Raffa karna udah pasti kakaknya gak bolehin. Kelakuan Raffa dan temen-temennya emang udah terkenal disini

"Rin, mending kalau yang nganter lo Ian nah ini temen baru. Lo baru dua hari disini. Jangan langsung gampang percaya sama orang gitu lah" Deva menolak. "ayolah kak, masa gue gak boleh sih pulang sama temen doang?

lagian gue udah besar. Gue di Jerman aja bisa jaga diri kok. Boleh ya? plis plis plis plis pliiisssss" Airina melipat tangannya sambil memberikan ekspresi muka memelas

Deva menghembuskan napasnya " iya deh iya. Tapi lo harus hati-hati ya? kalau ada apa-apa telfon gue" Airina bernapas lega. "thanks Dev! lo belajar yang bener ya, gue ke kelas dulu"

Airina langsung ngacir ke kelasnya dengan perasaan lega. Setidaknya ini adalah hukuman yang cukup mudah baginya. Sulitnya cuma minta ijin sama Deva aja

Dan kalau udah gini, urusannya dengan Raffa selesai deh!

tapi yakin gak ya udah selesai?

. . .

vote&comment! jan lupa

add to libary

kalau emang belom mau baca sekarang dengan alasan belum complited

karna gue sendiri biasanya uga gitu hehe :p

oke sekian, trims❤️

No Matter HowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang