12. Kegugupan

91 8 2
                                    

"KAAAAAAAAAAAAAAK!!!!!"

Deva yang sedang makan langsung saja memekik mendengar jeritan yang sangat kencang dari lantai atas. Tanpa melihat, semua juga tau itu Airina

"APAAN?" teriak Deva tak kalah kencang dari bawah. Tak lama, terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga dan terlihatlah Airina masih dengan muka bantal, memakai pakaian semalam dan rambutnya yang ia kuncir kuda

"semalem lo kemana?" tanya Airina membuat Deva gelagapan

gak ada yang tau kan Deva sekarang jadi anak malam? Tapi gak macem-macem kok, cuma nongkrong sama temen-temennya, kalau lagi mood ya balapan motor

Mama tau hal ini, tapi yang belom tau cuma papa dan Airina. Akhir-akhir ini Deva emang suka keluyuran malem-malem buat ngumpul sama geng nya

Mamanya sudah sangat sering menasihati tapi Deva tetap pergi dengan alasan 'mumpung masih muda,Ma' selalu seperti itu sampai ibunya kewalahan sendiri

"Hoy!" Deva tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya. "emang semalem gue kemana?" tanya Deva dengan raut wajah biasa -berusaha- agar Airina tidak curiga

"tapi kemaren malem gue kebangun dan enggak nemu lo di kamar" Deva pun diam mencoba mencari alasan yang tepat

"oh iya, semalem gue ke minimarket beli camilan" kebohongan yang cukup membuat Airina mengangguk mempercayai jawaban Deva

Airina pun ikut duduk untuk sarapan. Mereka berdua sama-sama makan dalam diam. Orang tua mereka sepertinya masih tertidur mengingat sekarang masih pukul 6 pagi

untung Deva cepat pulang, kalau tidak Airina bisa tau kalau semalaman ia tidak dirumah karna keluyuran bersama teman-temannya

"Rin, gimana Daniel?" Airina berhenti mengunyah dan terdiam. Deva langsung gelisah "b-bukan, maksud gue, lo masih kesel sama dia? eh enggak, lo udah pasti masih kesel. Tapi maksud gue lo masih shock gak dia nelpon lo semalem? atau lo panik or masih sedih atau ma-"

"plis, jangan bahas ini"

Deva memandang Airina yang wajahnya sudah kembali muram. Tertekuk. Ada rasa bersalah dalam diri Deva membuat Airina begini tapi ia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak gak membahas hal ini

ini hanyalah sebuah kesalahpahaman. Hanya perlu sebuah penjelasan untuk meluruskan semuanya

ibaratkan baju yang kusut kemudian disetrika sehingga menjadi tertata rapih. Deva sangat ingin menjelaskan sesuatu tapi kesedihan Airina yang selalu membuatnya kembali mengurungkan niatnya

"lo coba cek sms dari dia semalem terus pikirin mateng-mateng"

kali ini Deva tidak bisa menahan lagi

"Dev,jangan bahas ini"

"lo baca dulu. Pikirin, baru memilih"

"Dev, please!" emosi Airina mulai naik

"Jangan nurutin ego dan sifat ceroboh lo yang seenaknya itu!" Deva mulai meninggikan suaranya

"Deva!" Peringat Airina

"Lo cuma perlu baca sms dia! dengerin penjelasan dia! jangan sok-sok tuli tentang dia!" Deva tetap kekeuh dan makin meninggikan suaranya

"Devando Pratama!"

"dengerin dia!"

"udah Deva cukup! Deva, cukup!!" Bantah Airina yang sudah tidak bisa menahan emosinya

"Gue tau lo masih cinta sama Daniel! Jangan nutupin perasaan lo sendiri Rin" Deva melemaskan suaranya "lo egois tau gak?"

Airina langsung bungkam sambil menahan tangisannya. Wajahnya dudah memerah dan matanya sudah bergelinang air mata

Deva langsung berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Airina yang pada akhirnya sudah kembali menangis sesenggukan. Nasi di makanannya sampai terkena teresan air matanya

karna satu hal yang tidak bisa ia pungkiri adalah kenyataan bahwa hatinya masih mencintai Daniel.

🌸

keesokan harinya, seperti biasa Airina dan Deva berangkat ke sekolah bersama-sama. Namun, perbedaannya adalah hari ini mereka hanya diam selama di mobil. Tidak ada yang mau bicara semenjak kejadian kemarin pagi

Deva memakirkan mobilnya di tempat biasa ia parkir. Airina langsung turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam gedung sekolah sama seperti Deva. Dan mereka masih saling membisu

Airina menaruh tas nya di kursi kemudian duduk. Ia menghela napas panjang sebelum ia meringkuk di atas meja. Semalam, ia tidak bisa tidur karna membaca sms dari Daniel

hatinya jadi kacau dan labil. Dia tidak ingin melihat Daniel karna itu hanya akan membuat hatinya semakin rapuh. Namun jauh di dalam hati, Airina sangat ingin memeluk laki-laki itu. Ia ingin bertemu Daniel, Ia merindukannya

"hoy! bulu singa!" Airina tersentak kaget mendengar penggilan dari Tian yang tiba-tiba datang dan sudah berdiri di sebelahnya

"eh, tumben anteng pagi-pagi. Biasanya udah ngoceh duluan" Tian mengambil kursi dari meja sebelah Airina lalu mendudukinya

Ia memperhatikan Airina yang masih diam dalam posisinya tanpa ada niat sama sekali untuk membalas ucapan Tian

"lagi ada masalah ya Rin?" tebak Tian. Airina mengangguk dalam posisi meringkuknya membuat Tian terlekeh melihat tingkah Airina

"cerita dong, jangan tiba tiba jadi moody gini" bujuk Tian. Tadinya tidak ada tanda-tanda pergerakkan dari Airina sama sekali, namun akhirnya Airina memutuskan untuk menceritakan permasalahannya tentang Daniel kepada kawan kecilnya itu

Tian yang mendengar hanya mengerutkan dahinya berusaha mencerna curhatan Airina. Jujur ia tadinya kaget karna Daniel tiba-tiba kembali dan mengusik hidup Airina lagi

"Jadi gue harus gimana Yan?" tanya Airina dengan nada pasrah. Ia benar-benar labil untuk saat ini. Ia tidak bisa memilih untuk menemui Daniel atau membiarkannya

"menurut gue, lo datengin dia sore ini" jawab Tian dengan yakin. "s-serius lo?" tanya Airina ragu. "yakin wan handret persent!" jawabnya semangat

Airina menjadi lesu kembali. Ia takut kalau ini adalah keputusan yang salah. Tian tersenyum lembut kearah Airina dan memegang pundak Airina

"gue bakalan nemenin lo nanti. Tenang aja, kalau dia macem-macem bakalan langsung gue habisin"

Airina membalas senyuman Tian

"semoga ini keputusan yang benar"

. . .
vote&comment gaes!

No Matter HowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang