3. Trouble

122 11 1
                                    

"tuhkan gara-gara lo nih. Lagian ngaco banget sih lo Dev! nama gue itu Airina A-I-R-I-N-A! bukan Erina" kesal Airina sambil melihat seragamnya yang baru saja di jahit dengan name tag yang ejaan namanya salah itu

"lo kangen mantan, doi atau ngode biar punya adek lagi terus dikasih nama Erina?" Airina lanjut mengomeli Deva yang sedaritadi hanya memakan serealnya berusaha tenang dan pasrah mendengar adiknya yang cerewet tingkat akut itu

"iya Rin gue kan udah bilang maaf dari tadi" akhirnya Deva angkat suara membuat Airina mencebik "gue gak nyuruh lo ngomong ya Dev! ah udahlah cepet gue mau berangkat! gue gamau telat"

"dasar cewek! sabar Dev,sabar" gumam Deva sambil mengelus dadanya. Airina dan Deva berdiri dari duduknya kemudian berjalan keluar rumah menuju ke mobil Deva yang terparkir di garasi karna semalam hujan

di mobil keadaan hening. hanya terdengar alunan musik kecil dari radio dan Airina yang melipat tangannya di depan dada, cemberut sambil menghadap ke jendela membuat Deva terkekeh melihat tingkah Airina yang kadang kekanakan itu

Deva meraih tangannya untuk mematikan radio. "Rin" panggil Deva namun tidak ada sahutan dari Airina. "Rin jangan ngacangin gitu laah" Airina mencebik kesal dan membenarkan posisi duduknya tanpa mempedulikan Deva

Deva yang pasrah akhirnya membelokkan mobilnya ke pinggir jalan dan berhenti disana. "eh? Dev? lo ngapain?" Airina akhirnya angkat bicara. "kalau lo ngambek, gue juga bisa ngambek. Kita gak akan lanjut jalan sampe lo udah gak ngambek sama gue"

kini gantian Deva yang melipat tangannya di depan dada membuat Airina pasrah. Masalahnya 10 menit lagi bel sekolah akan berbunyi bisa-bisa ia terlambat masuk sekolah.

Airina menghela napasnya "oke, gue maafin deh" Deva tersenyum kemenangan. "nah gitu dong jangan ngambek terus" Deva terkekeh pelan

"yaudah jalan kok malah diem disini?" tanya Airina dan Deva melemparkan senyum jail nya. "apa?" Airina kebingungan melihat kakaknya itu.
Deva mengarahkan telunjuknya ke pipi kirinya

"astaga ya Tuhan, untung ya lo abang gue kalo enggak udah gue gampar kali" Airina menyondongkan badannya dan mencium sekilas pipi kiri Deva. "oke! kita jalan!"

🌸

Airina menaruh tas nya di bangku dan mendatangi meja Sebastian yang berada di ujung kelas. "pagi iaaan" sapa Airina sambil memasang senyum manisnya

"pagi Rinaaa" balas Sebastian. "ian lagi ngapain?" tanya Airina sambil menarik kursi untuk duduk di dekat Sebastian. "gue lagi ngafalin visi misi sekolah soalnya nanti ada seleksi pengurus osis" jawab Sebastian

"oh lo ikut seleksi? semoga berhasil ya! gue pasti akan dukung lo" Airina menyemangati Sebastian membuat Sebastian terkekeh. "iya thanks. Lo gak ada niatan buat gabung gitu?" tanya Sebastian

Airina menggelengkan kepalanya "gue males ikut osis. Nanti fans gue nambah lagi. Secara gue kan cecan ya ja-" ucapan Airina terhenti ketika Sebastian menggetok kepalanya pakai kertas yang ia pegang

"aw!" Airina meringis dan memberikan tatapan tajam ke arah Sebastian. "mimpi lo ketinggian" Airina mencibir Sebastian. "rese lo"

Tiba-tiba pintu kelas terbuka lebar membuat semua murid menengok ke arah pintu dan melihat empat laki-laki dengan baju yang dikeluarkan, dan tidak mengenakan dasi

mereka adalah Annes, Moran, Aldo dan Raffa

"goceng goceng" teriak salah satu dari mereka yang bernama Annes. Para murid kelas 10-3 mengerti maksud itu dan langsung berhamburan menghampiri keempat lelaki itu sambil memegang selembar lima ribu rupiah di tangan mereka

terkecuali Airina. Ia terdiam di tempat dengan badannya yang kaku setengah mati. Bagaimana tidak? Airina tidak membawa duit sekecil apapun karna ia  membawa bekal dan tidak ada niat membawa uang

mati gue batin Airina. Ia merutuki dirinya sendiri ketika salah satu dari keempat lelaki itu menghampirinya. Airina gugup setengah mati ketika mata itu menatapnya tajam

"kok lo diem aja disini? mana duitnya?" ucap laki-laki itu to the point. Airina menelan ludahnya "i-itu kak. eh anu, duitnya- duitnya"  Airina menunduk. Ia tidak bisa menatap mata yang menatapnya dalam itu

"lo lupa bawa atau duitnya mau dipake buat jajan?" tanya laki-laki itu menatap Airina dengan dingin. "b-bukan gitu kak. g-gue gue lupa! gue gak bawa duit sama sekali" jawab Airina spontan dan berusaha menatap lawan bicaranya

Lelaki itu memicingkan matanya dan melihat ke arah baju yang Airina kenakan. "Erina, Erina Pratama. Lo beruntung gue belom mau bikin heboh pagi-pagi. Jadi ya siap-siap aja karna gue bisa dateng kapan aja" setelah melempar kata-kata itu, laki laki itu pergi keluar kelas disusul ketiga temannya yang lain

Airina bernapas lega melihat kepergian mereka. Semua seisi kelas melihat Airina dengan tatapan kasihan. "astaga Rin, lo kenapa harus nyari masalah sama mereka sih?" tiba tiba Emma mendatanginya dengan wajah panik

"gue gak bermaksud. gue bener-bener lupa untuk bawa duit" jawab Airina pasrah sambil kembali duduk ke kursinya. "lagian lo sih nyuruh gue bawa bekel! gue jadi gak bawa duit deh" lanjut Airina

"iya nyesel gue nyuruh lo bawa bekel"

tak lama setelah itu, guru memasuki kelas dan pelajaran dimulai. Tetapi pikiran Airina melayang ke bagaimana nasib nya setelah ini.

semoga gue bisa ngehadepinnya batinnya berbicara

. . .

butuh kritik dan saran supaya ceritanya lebih bagus :) so give me some! sama pencet bintang sabi lah yaa

add to libary
^ biar kalian dapet notif kalau cerita ini update, thanks

No Matter HowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang