"Pelan-pelaaaan. ADAW! AOWW! EMAAAK TOLOONG! ADADAWW AOWW!"
Lintang meringis melihat manusia di depannya yang sedang mengaduh heboh saat ia membersihkan luka pada telapak tangan cowok itu. Mereka berdua sekarang sedang duduk di sebuah pos ronda yang berjarak lumayan jauh dari tempat kejadian perkara kerusuhan tadi.
Setelah bersih, Lintang kemudian mengambil kasa pada kotak P3K yang selalu ia bawa dalam ransel. "Iya, ini udah pelan kok." Lintang membalut telapak tangan cowok berseragam SMA di depannya itu dengan hati-hati. "Lagian apa untungnya sih ikut tawuran? Luka-luka gini. Kalau mati gimana?"
"Buset cewek SMP, lo ngomelin gue?!"
Lintang memutar bola matanya. Ini orang kenapa mengira dia anak SMP terus sih? "Saya bukan anak SMP."
"Aelah. Bocah mah bocah aja."
"Nyebelin banget sih lo," sungut Lintang sembari mendongakkan muka dan menatap tajam cowok di depannya.
Cowok itu lumayan terkejut dengan panggilan 'lo' dari Lintang. "Seriusan lo bukan anak SMP?" tanyanya lagi dan terkekeh geli saat Lintang semakin memelototkan matanya. "Iya-iya dah percaya. Jadi, lo sebenarnya kelas berapa?"
"Empat," jawab Lintang sembari kembali fokus untuk membalutkan kasa.
"BAJIGUR! LO MASIH SD?!"
Hampir saja Lintang mengempaskan tangan cowok itu karena kaget. "Eh bukan, maksudnya semester empat. Gue ini mahasiswi, tau!" seru Lintang geregetan.
"Hah? Mahasiswi?!"
"Emang kenapa kalau gue mahasiswi?"
Cowok itu memandang Lintang dari atas kepala sampai ujung kaki. "Ngga ada potongannya udah jadi mahasiswa lu."
Lintang langsung mencibir. Pasti karena ukuran tubuhnya yang jauh lebih mungil dari cowok tiang listrik ini.
"Berarti lo lebih tua dari gue dong! Astaga, lo mbak-mbak?!" tanya cowok itu dengan tampang terkejut.
"Umur lo berapa?" tanya Lintang balik.
"17 Agustus tadi 17."
"Siapa yang nanya tanggalnya coba?" gerutu Lintang dalam hati. "Berarti kita seumuran!"
"Gimana ceritanya seumuran?" tanya cowok itu heran.
"Gue ikut akselerasi dulu."
"Buset, serius?"
"Ngga percayaan banget sih!"
"Mana sini kartu mahasiswa lo," tagih cowok itu mengulurkan tangannya meminta.
Lintang meraih dompetnya dengan kesal. "Nih, nih! Masih nggak percaya?"
Cowok itu mengamati kartu tanda mahasiswa milik Lintang dengan saksama dan tersenyum geli melihat foto gadis itu yang terlihat begitu imut.
"Wedewww, Binar Lintang Aninda. Fakultas Kedokteran. Program studi Pendidikan Dokter. Alamat—"
Lintang merebut KTM miliknya dan kembali memasukannya ke dalam dompet.
"Ikut aksel ... anak FK. Berarti lo pinter, dong."
"Hm, nggak tau."
"Ceileh. Tapi lo kan pinter, nih. Kenapa lo baca sambil jalan sampai nggak ngeh ada tawuran depan lo? Pake earphone, lagi. Bahaya oneng. Denger lagu apaan lo? Lagu metal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Police Love Line (Back to High School) [complete]
ActionCover by: nailayaa❤ Highest Rank: #3 in Action Kematian adik laki-lakinya yang secara tak wajar, membuat Binar Lintang Aninda memutuskan untuk menjalani profesi sebagai dokpol. Lintang tak menyangka bahwa misi besar yang akan ia jalani menyangkut ny...