Berlian terus berlari tanpa mengenal arah dan tujuan. Mengabaikan segala rasa pedih atas luka yang menghinggapi tubuhnya akibat kecelakaan yang memang telah direncanakan itu. Kedua kaki letihnya yang tak menggunakan alas, tergores-gores karena menapaki kasarnya permukaan aspal.
Langit dengan kilau lazuardi berhias jingga menyapu wajah Berlian yang pucat pias. Darah bercampur peluh menetes di pelipisnya. Gadis itu gemetar hebat. Rasa takut yang begitu menguasai membertik jiwa rentannya bak ilalang yang diterpa angin sore berderu-deru. Langkah kakinya membawa gadis itu memasuki kawasan hutan belantara. Kendati banyak pohon-pohon besar yang mampu menyembunyikannya, Berlian tetap saja merasa bahwa ia akan dengan mudah ditemukan oleh orang jahat itu.
Jauh di belakangnya, pria dengan aura angkara itu berjalan dengan tempo sedang. Namun, derap langkah yang menyapu permukaan tanah berselimut hamparan daun dan dahan-dahan kering mampu mengintimidasi Berlian sampai ke ubun-ubun.
"Aku melihatmu, Nona muda." Suara bengis yang sarat akan ancaman dan diiringi oleh kekehan mengerikan itu terus menghantui indra pendengaran Berlian. Dan yang hanya bisa ia lakukan hanyalah terus berlari, berlari dan berlari serta berdoa dalam palung hati.
Entah sampai kapan ia harus hidup dalam pelarian. Ironi-ironi ini telah muncul sedari dirinya masih kecil. Jabatan sang ayah sebagai Jendral Kepolisian dan berkecimpung dalam menangani kasus-kasus kriminal kelas kakap. Kemudian terpilih menjadi seorang Presiden adalah penyebab yang utama. Berlian baru saja menghirup kehidupan dalam kutip normal setelah diasingkan dan statusnya sebagai putri Presiden dihapuskan dalam hidupnya. Sembilan tahun terakhir, ia masih bisa bernapas lega dalam persembunyian. Namun, semua itu berakhir, kala para seteru ini menemukan keberadaannya.
Berlian tak bisa membayangkan, jika ia akan berakhir tragis seperti kakak perempuannya. Jingga Aprilia Cahaya Effendie, yang bahkan mayatnya tidak bisa ditemukan karena ganasnya samudra. Kala itu, Berlian belum dilahirkan. Ia tidak memiliki kenangan apa pun bersama Cahaya. Gadis itu mengenal sosok Cahaya semata-mata melalui foto dan cerita-cerita masa kecil yang sang bunda sampaikan padanya.
Berlindung di balik bongkahan batu raksasa, kini Berlian mencoba mengatur napas dan mendudukkan diri di sana. Duduk tersimpuh dan tak berdaya. Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangan untuk menahan isakan. Bulir airmatanya merebak dengan begitu deras. Membasahi pipi dan tangannya lalu jatuh menimpa tanah.
Matahari beranjak turun. Cahayanya kian redup ditambah dengan rimbun pohon yang menaungi. Remang, hening dan mencekam. Kicau burung gagak dan jangkrik yang bersenandung membuat rasa takutnya kian menjadi. Daun telinga Berlian otomatis melebar kala gerak langkah itu kembali terdengar. Berlian beringsut mundur dan merapatkan dirinya ke arah batu besar tempat ia bersandar. Bayangan hitam sosok itu terlihat jelas di hadapannya. Jantung Berlian secara otomatis semakin memompa dengan kuat. Hampir tak terkendali.
Berlian tahu, ia telah ditemukan. Sebentar lagi, nyawanya pasti akan lenyap. Dan jasadnya, entah dapat ditemukan ataukah menghilang ditelan bumi.
"Berlian?"
Gadis itu membelalak. Lantas, ia menoleh ke arah suara itu. "Ga ... Galang?"
Galang menaruh telunjuknya di depan bibir. Cowok itu mengedarkan pandangan lalu melangkah cepat ke arah Berlian.
"Lo baik-baik aja?" tanya Galang cemas. Mata cowok itu seolah memindai kondisi Berlian dari atas kepala sampai ujung kaki. Luka luar Berlian terlihat cukup parah akibat kecelakaan yang terjadi ditambah harus berlari-lari menghindari orang jahat itu.
Berlian hanya mengangguk. Gadis itu menumpahkan tangisannya dengan perasaan yang telah agak sedikit lapang karena menemukan sang penolong. Walaupun ia sedikit bingung tentang bagaimana cara Galang menemukannya dan alasan mengapa Galang bisa ada di hutan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police Love Line (Back to High School) [complete]
AcciónCover by: nailayaa❤ Highest Rank: #3 in Action Kematian adik laki-lakinya yang secara tak wajar, membuat Binar Lintang Aninda memutuskan untuk menjalani profesi sebagai dokpol. Lintang tak menyangka bahwa misi besar yang akan ia jalani menyangkut ny...