26 - Akhtaj

16.5K 1.8K 157
                                    

Pintu utama segera tertutup tatkala Presiden dan Adipati memasuki bangunan itu. Mereka disambut oleh tepuk tangan dan tawa seorang Jacob Zarkandh. Pertemuan ini sangatlah dinantikannya. Mengingat betapa banyaknya percobaan pembunuhan yang Jacob lakukan terhadap Presiden, tetapi jendral kepolisian dengan bintang empat itu selalu saja lolos dari terkamannya.

Jika tak bisa membunuh orang nomor satu itu, Jacob bersumpah akan mengambil nyawa orang-orang terdekat Presiden selayaknya negara ini mengambil nyawa adiknya yang divonis dengan hukuman mati. Maka dari itu, ia memerintahkan anak buahnya untuk membunuh putri pertama Presiden, Jingga Aprilia Cahaya Effendi yang bahkan tak pernah ia ketahui bagaimana parasnya. Bagi Jacob, gadis kecil itu haruslah mati untuk membayar apa yang telah ayahnya lakukan.

Jacob telah memberi peringatan keras. Namun, Welny Effendi seolah tak gentar meski telah kehilangan sang putri. Pria itu malah semakin membara untuk memberantas peredaran narkoba dan memburu dirinya. Penculikan Berlian di masa lalu juga tak melemahkan langkah Presiden. Jacob semakin naik pitam. Ia telah menyusun segala rencana yang bisa dilakukan untuk pembalasan dendamnya.

Jacob tentu tidak membiarkan pasukan bersenjata yang ada di luar untuk masuk bersama Presiden. Cukup Adipati. Jacob berpikir anggota Paspampres itu tak akan mungkin sanggup melawan kekuatan anak buahnya.

Usai Presiden dan Adipati masuk, Handoko dan Widia meneliti blue print bangunan bekas pabrik besar ini. Mereka beserta anggota lainnya mencoba mencari celah untuk masuk ke dalam. Widia dan Handoko juga memantau keadaan dari alat komunikasi milik Lintang dan Galang.

Berlian lantas terhenyak karena kehadiran sang ayah yang telah begitu lama tidak dijumpainya secara langsung. Presiden memandang Berlian nanar. Rasanya, ia ingin berlari dan memeluk putri kesayangannya. Namun, keadaan sungguh tidak memungkinkan. Pandangannnya kemudian beralih pada Galang, Lintang dan Alvian yang telah menyelamatkan putrinya.

"Sekarang, biarkan mereka keluar dari tempat ini," perintah sang Presiden pada Jacob.

Jacob tertawa keras. "Kau ingin menukar nyawamu dengan mereka?"

"Aku adalah targetmu, jadi jangan libatkan mereka," sahut Presiden berusaha tenang.

Jacob melipat tangannya di depan dada. "Jika aku bisa membunuh kalian semua, mengapa aku harus membunuh kau saja?"

Bajingan keparat, Adipati memaki dalam hati. Ia sudah akan mengambil pistol dan meledakkan kepala pria berhati iblis itu. Namun, Presiden memberi isyarat agar ia mengurungkan niat.

"Kemudian apa maumu?"

Jacob mengusap bagian rahangnya. "Aku ingin kau mematuhi segala perintahku. Kita bisa bekerja sama. Ayolah, Bung. Aku hanya ingin berbisnis di negara yang kau cintai ini dengan tenang."

Kepalan tangan Presiden semakin menguat. "Kau tak hanya berbisnis. Kau membunuh generasi bangsa kami."

"Mereka yang menginginkannya. Aku hanya sekadar menawarkan dan memfasilitasi," jawab Jacob lugas seraya menaikkan alis. "Dan negara tercintamu ini akan berada dalam ambang kehancuran!"

Bandar narkoba kelas kakap itu tertawa dengan puasnya. Entah berapa kali sudah ia tertawa seperti ini. Ah, menyenangkan sekali rasanya. Jacob merasa sangat berkuasa. Ia memasok zat haram tersebut dalam jumlah yang begitu besar. Dengan berbagai strategi dan upaya untuk menyelundupkannya. Bahkan, tak jarang uang panasnya tersebar luas pada petugas-petugas terkait.

Miris sekali saat menyadari maraknya orang di negeri ini, dari lapisan masyarakat manapun, yang secara sadar dan sengaja menjerumuskan diri pada lembah hitam itu. Entah karena rasa penasaran, coba-coba atau terbawa arus pergaulan yang keliru. Ada juga yang beralasan bahwa itu sebagai bentuk pelarian.

Police Love Line (Back to High School) [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang