Epilog

15K 1.3K 99
                                    

Tepat sebelum bom itu meledak, Galang merebut bom waktu tersebut dari Jacob dan melemparkannya sejauh mungkin. Bom tersebut masih tergeletak di atas atap tempat mereka berpijak dan akan meledak dalam hitungan detik. Jacob terus memberontak ketika Galang memaksimalkan sisa-sisa kekuatannya untuk menyeret Jacob ke bagian tepi atap gedung ini.

"Lepaskan aku, Sialan!" geram Jacob. Galang tak acuh dan terus menarik Jacob mati-matian.

Ledakan dari atap gedung itu membuat jantung siapa pun yang mendengarnya terasa sakit. Dan tepat dengan detik ledakan itu terjadi dengan bunyi luar biasa menggemparkan, Galang berhasil menarik Jacob untuk terjun bebas bersamanya. Gaya gravitasi menarik tubuh mereka dengan cepat. Keduanya terhempas di atas matras penyelamatan yang telah tim yang dipimpin oleh Pak Handoko sediakan.

Napas Jacob tercekat. Belum sempat ia tersadar dengan apa yang terjadi, semua moncong senjata telah mengepungnya dari berbagai arah. Pria itu benar-benar tak bisa berkutik lagi.

Sementara itu, Lintang berlari sekuat tenaga. Puing-puing kaca akibat ledakan itu jatuh berserakan di sekitar markas Jacob. Tubuhnya gemetar hebat dan tak bisa membayangkan apa yang kini terjadi pada Galang. Sungguh, Lintang tak mau melihat Galang terluka. Ia tak mau kehilangan pria itu.

Lintang terperangah ketika Jacob digiring oleh beberapa petugas dengan tangan terborgol. Pria itu terus memberontak hebat dan mulutnya tak berhenti meneriakkan makian. Tidak bisa menerima fakta bahwa ia berhasil dikalahkan.

Jacob dimasukkan ke dalam mobil kepolisian yang kemudian melaju dengan cepat. Meninggalkan Lintang yang masih membeku. Bertanya-tanya tentang keberadaan Galang saat ini. Garis polisi telah direntangkan di sekeliling markas sindikat narkoba jaringan internasional itu.

Seperti orang kehilangan arah, Lintang berjalan linglung mencari-cari sosok Galang di antara petugas kepolisian yang tersisa. Sebagian dari mereka memasuki markas Jacob untuk mematikan titik-titik api yang diakibatkan oleh ledakan di atap bangunan ini. Namun, api tidak sampai merambah sampai lantai di bawahnya.

"Galang ...."

Air mata Lintang bergelimangan ketika melihat sosok Galang muncul di belakang bentangan  garis polisi berwarna kuning bertuliskan POLICE LINE DO NOT CROSS itu. Wajah pria itu dihiasi oleh luka bahkan darah. Gurat lelahnya terpancar dengan jelas. Namun, Galang masih bisa mengulas senyuman. Sangat tulus dan ungkapan rasa lega karena semua ini telah berakhir.

Kemudian, keduanya berjalan mendekat ke arah satu sama lain secara perlahan. Mereka berdiri berhadapan dengan bentang police line yang memisahkan. Tangan Lintang terulur untuk menangkup kedua pipi Galang sambil terisak-isak. Gadis itu tak bisa membayangkan kehancurannya jika Galang gugur dalam misi berbahaya ini.

Detik selanjutnya, Galang bergerak untuk menyingkap garis polisi itu dan melewatinya. Jemarinya bergerak untuk menghapus jejak air mata Lintang dan meraih gadis itu dalam dekapan erat. Bibirnya membisikkan jutaan kata menenangkan.

Lintang menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Galang yang masih terbalut rompi anti peluru. Lintang sepenuhnya sadar akan keputusannya memilih untuk menambatkan hati pada seorang abdi negara seperti Galang. Banyak konsekuensi yang harus ia ambil. Galang yang melibatkan diri dalam misi-misi berbahaya. Galang yang berhadapan dengan pelaku kriminal yang seringkali tak berpikir secara wajar dan melakukan tindakan ekstrem. Nyawa bahkan Galang pertaruhkan ketika melakukan tugasnya. Lintang tak bisa menahan Galang untuk tak pergi melakukan semua hal berbahaya itu. Lintang tak bisa memaksa Galang untuk selalu berada di sisinya. Sesuai dengan new modern police philosophy yang disepakati sebagai paham kepolisian di seluruh negara, Vigilant Quiescant yang berarti polisi berjaga sepanjang waktu agar menjaga ketenteraman masyarakat.

"Bahkan setelah apa yang terjadi di masa lalu, sekarang atau masa depan nanti. Apa lo tetap bersedia nikah sama gue?" Galang bertanya lirih sembari mengusap bagian belakang kepala Lintang dengan lembut.

Lintang melepaskan pelukan mereka dan menatap Galang tepat di manik mata. Gadis itu mengangguk sambil menangis haru.

***

Waktu berjalan, Jacob kini mendekam di sebuah lembaga pemasyarakatan yang benar-benar terasingkan dari lingkungan masyarakat dan memiliki tingkat keamanan maksimum. Rambutnya bertambah panjang dan kumis serta bulu halus menghiasi sisi wajahnya. Setelah lelah terus mengamuk di dalam sel tahanannya yang sempit, Jacob duduk tanpa ekspresi di hadapan seorang psikiater karena masalah kejiwaannya. Pria itu kerap berteriak frustrasi sebab halusinasinya yang cukup berat. Jacob sering berkata bahwa ada orang-orang mengerikan yang melancarkan teror dan ingin menghabisi nyawanya.

Guncangan secara psikologis itu menyiksanya teramat sangat. Hal ini baru saja terjadi, mengingat betapa banyak korban yang telah pria itu lenyapkan tanpa rasa bersalah dan secara sadar. Jacob kembali ke sel tahanan bersama para petugas penjara yang menjaganya di kanan-kiri. Mereka mengunci pintu sel dan Jacob bersandar di balik pintu tersebut.

Kembali, bayangan-bayangan mengerikan itu membuatnya ingin mati. Jacob memeluk kedua kakinya dan menekan kepalanya ke lutut. Badan Jacob gemetar secara keseluruhan dan bahunya terguncang parah. Kepalanya seperti berputar-putar dan embusan napas pria itu terdengar amburadul. Teriakan Jacob terdengar menggelegar, pria itu berdiri dan kepalan tangannya tertuju kuat menghantam dinding. Membuat buku jarinya berdarah.

Jacob perlahan mundur. Dalam bayangnya, hadir sesosok pria yang berwajah begitu mirip dengannya. Pria itu Jackson, adiknya yang sedang memandanginya dengan ekspresi penuh kesedihan. Untuk pertama kali dalam puluhan tahun kehidupannya yang penuh kekejaman, Jacob menangis tersedu-sedu melihat bayangan itu melebur bersama angin. Tangis penuh kepiluan mendominasi keheningan dan kesendiriannya.

FIN

Police Love Line (Back to High School) [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang