Setetes embun mulai berjatuhan di dedaunan, udara pagi yg menyejukan jiwa serta gemuruh angin yg bersautan, sinar mentari yg sudah berada di peradapan seperti tak malu-malu memperlihatkan sinar yg cerah. Tampaklah seorang gadis merasa terusik dengan sinar matahari yang merobos masuk dibalik jendela kamarnya, Prilly terbangun ia mengecapkan matanya menyesuaikan cahaya yg masuk, ia mengitarin setiap sudut dalam kamarnya mencari sesuatu. Prilly menghembuskan napasnya kasar lagi-lagi ia terbangun dengan sendiri, kemana seorang yang sudah memeluknya 2 hari yang lalu, apa benar pria tersebut memeluknya untuk terakhir kali. Jika iya, Prilly hanya menghembuskan napas panjang, karena pria tersebut sama saja pengecut, Prilly hanya meminta waktunya untuk menunggu karena Prilly belum bisa menerima Ali sepenuhnya lagi, tapi kenapa justru sekarang Ali meninggalkannya.
Prilly mengelengkan kepalanya membuyarkan segala pikiranya tentang Ali, dan bergegas menuju kamar mandi membersihkan dirinya.
*********
Prilly menghampirin Bunda yg berada di ruang keluarga seperti sedang menonton televisi, Prilly tiba-tiba saja menubruk Bunda dan memeluknya erat, Bunda yg sedang menonton terlonjak kaget saat mengetahuin putrinya yang entah kenapa Prilly malah menangis dalam pelukan Bundanya.
"Hey kamu kenapa Prill, kok tiba-tiba nangis? Sakit di kepala lagi, kita ke dokter yah." ucap Bunda cemas, kenapa Prilly nangis sesunggakan.
"Prilly gapapa kok Bun, Prilly kangen Bunda." ucap Prilly melepas pelukannya dan mulai menghapus airmatanya. Sebenarnya Prilly tak benar-benar kangen dengan Bundanya, hanya saja Prilly menyembunyikan sesuatu yg tak ingin bundanya ikut bersedih.
"Gimana kamu udah baikkan nak?" ucap Bunda merapikan rambut Prilly yg sedikit berantakan karena tangisnya tadi.
"Prilly sudah sehat kok Bund, Prilly baik-baik saja liat nih Prilly strongkan." ucap Prilly mengepalkan tanganya dan mengakatnya sebatas bahu menandakan bahwa ia benar-benar wanita yang kuat sambil memasangkan senyum palsunya. Bunda tersenyum senang melihat putrinya kini terlihat bahagia, Bunda kembali memeluk Prilly dari samping untuk ikut berlarut dalam sebuah flim yg sedang ditonton. Sebenarnya Prilly tak benar kalo dia merasakan kebahagian, justru saat ini lagi dan lagi ia harus mendapatkan luka, luka yg tadi sudah tertutup rapat kini kembali menyayat hatinya.
"Bund, Prilly mau pergi ke toko bunga sudah lama aku tak kesana."
"Oh yasudah, Bunda senang kalo kamu sudah mau keluar lagi."
"Yaudah Prilly pergi dulu yah Bund,"
***********
Prilly membawa mobilnya untuk pergi ke toko bunga, bukanya kenapa hari ini langit terlihat sangat gelap padahal baru saja pukul 8 pagi, Prilly tak ingin tubuhnya basah oleh air hujan jika nanti turun hujan. Jadi Prilly memutuskan untuk membawa mobil saja dari pada sepeda kesayanganya.
Prilly menyetir mobilnya dengan perasaan kacau, sebelum ia menghampirin Bundanya tadi Prilly sempat keluar dari rumah untuk sekedar menyiram tanaman di halaman depan, yah sekedar menghirup udara pagi. Tapi sampai di depan pintu Prilly justru menemukan sebuah paket amplop berwarna coklat, Prilly membolak-balikan amplop tersebut untuk melihat nama sang pengirim ternyata tak ada satu pun tulisan di bagian depan.
Prilly yang sudah penasaran akan isi dalam amplop tersebut mulai membukanya, ia mengambil semacam udangan pernikahan dan sebuah kertas di dalamnya. Prilly mulai membuka kertas undangan tersebut dengan penasaran siapa yang akan menikah, apakah Prilly punya teman yang ingin menikah, Prilly rasa sih enggak. Perlahan Prilly membuka undangan dan matanya kini membulat sempurna ia tak menyangka orang yg akan menikah itu adalah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Flowers (END)
FanfictionAku suka hujan karena saat turunnya hujan aku merasa tenang, nyaman, dan damai. Aku suka hujan karena saat itu pula aku bisa merasakan bertapa berartinya hidupku saat ini. ~Prilly Allena Rain Aku suka bunga tulip karena tulip adalah bunga yang indah...