Chapter 17

620 71 12
                                    


Burung berkicau begitu merdu
Angin yg melambai dengan tenang
Air tak hentinya mengalir menuju muara
Pagi yg sangat indah untuk memulai aktivitas.

**********"

Prilly POV

Pada sinar mentari pagi, selalu ada rindu yang aku rangkai, seperti aku merangkai bunga menjadi untaian yg indah. Pekat malam yang kini mulai menghilang terganti biru terang yg membangkitkan diri ini untuk menyambut pagi hari.
Di sela hembusan angin pagi,
Di situlah mulai aku sebut sehelai namamu, dan... aku mulai tersenyum tanpa sebab karena pikiranku tentangmu. Aku merangkai bunga rose warna merah pesanan dari pelangganku yg kebetulan adalah pria, katanya Ia akan memberikan bunga tersebut untuk hadiah ulang tahun kekasihnya, aku rasa pria tersebut sangat menyayangi kekasihnya kalo tidak, tidak mungkin Ia meminta aku langsung merangkainya dan yg lebih membuat aku tercengang saat ia bilang bawah dia ingin dua buket rose merah yg bentuknya besar, aku melonggo di buatnya. Gimana caranya aku bisa menyelesaikan itu semua, dia hanya memberiku waktu yg sangat singkat. Bayangkan dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore, tapi akan aku usahakan gimana pun juga dia adalah pelanganku. Aku mulai membuat salah satunya, Ia menyuruhku membuat 2 big rose dengan rangkaian yg menurutku lumayan sulit.

Satu big rose akhirnya sudah selesai cukup membuatku kesulitan, tapi aku mampu menyelesaikannya sendiri dalam waktu 2 jam. Aku beristirahat sejenak, jangan kalian pikir bahwa merangkai bunga adalah perkerjaan yg mudah, Ia tak semudah itu karena membutuhkan ketelitian yg khusus. Aku membuka ponselku banyak sekali pesan masuk dan telphone yg semua itu datangnya dari Ali. Astaga, aku baru saja ingat bahwa pagi ini aku sama sekali belum memberi kabar, terlebih lagi sekarang sudah waktunya jam makan siang, pasti Ali akan marah sekali karena sudah membuatnya merasa khwatir. Aku mulai menekan nomer Ali dan mencoba menelponnya.

"Hallo Li," ucapku saatku rasa telphoneku sudah di angkat olehnya.

"Prilly kamu kemana aja coba, aku khawatir, kamu bisa tidak kalo pergi tuh bilang sama aku. Telphone aku atau sms, aku nyariin kamu dari tadi. Prill.. Jawab jangan diam aja." ucap Ali. Aku menjauhkan telingaku dari ponsel rasanya telingaku tak berfungsi lagi secara normal.

"Iya Ali maaf, aku lupa. Lagian biasanya juga kamu udah tau, aku akan menghabiskan waktu di toko."

"Yasudah kamu sedang apa?"

"Sedang merangkai bunga rose."

"Merangkai masa depan kita kapan?"

"Gimana mau merangkai di lamar aja belum."

"Emangnya kalo di lamar mau?"

"Mauu...."

"Di lamar sama siapa?"

"Ali,"

"Alinya siapa?"

"Alinya Prilly."

"Prilly siapa?"

"Prillynya Ali. Udah ah jangan mengodaku."

"Kamu lagi sibuk enggak?"

"Enggak kok kenapa?"

"Entar malam kita dinner yah."

"Boleh,"

"Tapi aku tidak bisa jemput kamu, kita ketemuan disana aja yah."

"Iya gapapa."

"Udah dulu yah entar aku sms alamatnya. Love you."

"Love you too."

Setelah mengakhirkan telpon, aku kembali merangkai bunga rose yg masih tersisa satu lagi, aku menyelesaikannya dengan cepat karena rangkaian bunga kali ini terkesan simpel tetapi elegan.

Rain And Flowers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang